Site icon SumutPos

Kader Tak Terlalu Seksi, Golkar Diminta Realistis

Foto: Sumut Pos
Gubsu Erry Nuradi (kiri), foto bersama Ketua DPP Golkar Setya Novanto, serta ketua DPD Golkar Sumut, Ngogesa Sitepu (kanan).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pengamat politik Walid Musthafa Sembiring menilai, Golkar hari ini harus realistis dalam mengusung kadernya untuk bertandem dengan Erry. Karena tak bisa dipungkiri bahwa di internal Golkar saat ini mengalami banyak masalah, termasuk saat pengusulan nama Ngogesa sebagai Cawagubsu.

“Di pihak Tengku Erry pun saya melihat, tidak ada komunikasi kondusif dengan Golkar. Contohnya Nasdem deklarasi tanpa wakil, padahal Golkar sudah deklarasi Tengku Erry dan wakilnya Ngogesa,” katanya kepada Sumut Pos, tadi malam.

Persoalan saat ini juga, menurut dia ada dinamika sosial atas kasus yang melibatkan Ketum Golkar Setya Novanto. Bahkan peta pilkada se Indonesia dalam tubuh Golkar sebut dia, sedikit banyak akan berubah. “Nah, semua orang pasti akan melihat begitu. Saya kira ada baiknya Golkar sekarang harus realistis. Memangnya kalau mereka tarik dukungan lantaran tidak ada kadernya buat pendamping Erry, Golkar mau apa, mau sama siapa?” katanya.

Artinya menurut Walid lagi, jika memang masih bisa membangun komunikasi politik dengan Erry, kiranya hal tersebut harus tetap dilakukan. Karena ia prediksi, jika Golkar mau keluar dari hubungan dengan petahana, akan sulit mencari tandem lain kecuali memang mau bergabung dengan PDIP.

“Tapi kalau bertarung tanpa Ngogesa, di mana banyak nama kader Golkar yang siap sebagai pengganti, katakanlah itu Irham Buana, Syahrul Pasaribu atau Doni Siregar, masih sangat memungkinkan untuk gabung ke Tengku Erry,” kata dosen sekaligus peneliti dari City Research Centre (CRC) itu.

Meski sejumlah nama tersebut kembali mengemuka paska Golkar membuka penjaringan baru, Walid menyebut nama-nama kader partai berlambang beringin itu tidak menjual seperti Ngogesa. Menurut dia, kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki Bupati Langkat tersebut masih yang teratas antara kader Golkar Sumut saat ini.

“Harus kita akui Golkar sekarang tidak seksi lagi. Kursi mereka saja yang banyak, namun kadernya belum ada yang menjual kayak Ngogesa. Di internal mereka goyang saat ini, dimana Dewan Pertimbangan Kehormatan minta digelar munaslub. Tentu untuk pemenangan pilkada berharap mesin Golkar, itu tidak mungkin karena dirusak oleh Setnov,” katanya seraya menyebut kembali bahwa Golkar memang harus realistis bahwa kini mereka tinggal mengandalkan kursinya saja.

Kekuatan petaha ia akui tidak bisa dipungkiri, ditambah pasangan Edy-Ijeck sudah pasti maju. Oleh karenanya jika Erry berpasangan dengan orang yang salah menurut Walid akan sulit menjadi pemenang. “Tengku Erry tetap mempertahankan Golkar itu pasti. Dia gak mau ambil resiko juga bila harus merapat ke PDIP. Apalagi sempat ada komunikasi yang macet dengan PDIP saat ingin mengambil posisi wakil. Kalau dengan Golkar kan sudah selesai, tinggal bertemu di tengah antara Golkar dan Erry meski tak menutup kemungkinan juga Golkar bisa lari dari Tengku Erry. Golkar kan banyak elit dan toke di dalamnya, partai mapan dan keduanya kalau bisa dibilang masih saling membutuhkan,” tutupnya. (dik/prn/adz)

Exit mobile version