MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kepala Unit Budaya UNESCO Jakarta, Moe Chiba baru-baru ini mengungkapkan, masalah sumber daya manusia (SDM) masyarakat di kawasan Danau Toba masih belum memuaskan. Karenanya, perlu dibangun dan ditingkatkan kreativitas SDM, terutama generasi muda, dalam hal memanfaatkan warisan budaya yang dimiliki. Warisan itu harus menjadi sumber potensi keberlangsungan perekonomian maupun pembangunan.
Menyikapi ketidakpuasan itu, Kepala Badan Pelaksana Otoritas Danau Toba (BPODT) Arie Prasetyo, mengaku sudah melakukan sejumlah kegiatan sebagai upaya peningkatan SDM di kawasan Danau Toba. Di antaranya dengan menggelar pelatihan dan pembinaan bersama pihak terkait, melibatkan langsung masyarakat sekitar dalam pelaksanaannya.
“Yang kita lakukan seperti kursus Bahasa Inggris untuk anak SD dan warga di Desa Sigapiton selama 2 bulan. Kemudian bagi ibu-ibu di Parapat dan Motung ke Kulon Progon
di Jogjakarta untuk belajar membatik,” sebut Arie.
Kegiatan tersebut, menurut Arie, awalnya diinisiasi oleh Keuskupan Agung Medan (KAM) yang beberapa kali melakukan pelatihan. Kemudian, melakukan pelatihan dilakukan dengan melibatkan pelaku usaha dengan membatik. “Yang terakhir, kami yang sponsori mereka ke Yogyakarta. Sekarang mereka masih honing their batik skill. Tapi mulai dibeli dan dipasarkan internal oleh KAM dan sekolah-sekolah di bawah naungan mereka,” ungkap Arie.
Ia mengatakan ada juga lanjutan kerjasama dengan KAM itu untuk mendampingi selama 3 tahun dalam pengembangan CBT dan meningkatkan ekonomi masyarakat 3 desa dengan adanya pembangunan pariwisata di Danau Toba, khususnya di kawasan Otoritas Danau Toba ini. “Selanjutnya, capacity building dan benchmarking petani di Desa Sigapiton, yang merupakan desa di bawah kawasan otorita untuk belasan petani dari 2 kelompok tani yang awalnya konflik di desa tersebut, untuk belajar integrated farming di Jogjakarta. Sehingga sekarang ada komunikasi yang baik diantara mereka, dan juga dengan BPODT,” tutur Arie.
Dalam meningkatkan SDM masyarakat di kawasan danau terbesar di Asia itu, Arie mengungkapkan, mereka juga bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) Sumut untuk pengembangan agro-wisata di Desa Sigapiton. “Mulai dulu dengan pengembangan bawang merah di desa tersebut dan akan didampingi selama 3 tahun oleh BI di bawah koordinasi BPODT,” jelas Arie.
Diharapkannya, program tersebut akan memberikan contoh positif pengembangan pertanian organik. Dimana hasilnya nanti akan ditawarkan BPODT ke hotel-hotel di kawasan Danau Toba agar membeli dari pertanian binaan tersebut. “Jadi ini percontohan untuk bawang merah. Desa-desa lainnya akan kita dorong untuk kopi dan lain-lainnya,” jelas Arie.
Kemudian, pelatihan digital marketing bagi pelaku usaha pariwisata di Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) dan Kabupaten Samosir. Arie mengatakan, dengan membantu mereka dalam fotografi dan story-telling untuk memperbanyak coverage tentang Danau Toba di digital sosial media. “OKtober 2018, sudah mengirimkan 22 orang siswa ke STP Bandung (ENHAII) untuk pelatihan hospitality.
Tahun ini anak-anak itu akan kita lanjutkan kirim ke STP Bali, dan juga magang 3 bulan di hotel di Bali. Pelatihan utk guide muda dengan HPI utk memperbanyak guide lokal di Danau Toba, yg dapat mendorong pengembangan storytelling setempat,” sebut Arie.
Ia menambahkan pembinaan dan pelatihan masyarakat di kawasan Danau Toba, akan terus dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, bahwa kampung halaman mereka merupakan objek wisata dengan alam yang indah, yang banyak orang tertarik untuk mengujunginya.
Sebelumnya, dalam temu pers usai pembukaan Camp Both Young Entrepreneur 2019, di Samosir Cottages Jalan Lingkar Tuktuk Danau Toba, Pulau Samosir, Selasa (19/2) lalu, Kepala Unit Budaya UNESCO Jakarta, Moe Chiba mengungkapkan, Danau Toba sebagai GKT sebagaimana informasi yang ia ketahui, akan segera diumumkan dalam waktu dekat. Dalam penilaian yang sudah dilakukan UNESCO itu, diakuinya masalah SDM masyarakat di kawasan Danau Toba masih belum memuaskan. Untuk itu, ke depan hal yang perlu dibangun dan ditingkatkan ialah, kreativitas SDM terutama generasi muda dalam hal memanfaatkan warisan budaya yang dimiliki, menjadi sumber potensi keberlangsungan perekonomian maupun pembangunan.
“Dalam situs UNESCO, hutan hujan Sumatera jadi perhatian kami. Kami melihat SDM-nya masih kurang dipromosikan dan ini yang buat UNESCO kurang puas. Pembangunan infrastruktur semata kurang tepat kalau tidak diikuti pembangunan manusia dan pembangunan skill. Jadi itu akan sia-sia,” katanya. (gus)