LANGKAT- Ditengarai akibat kekecewaan pencalegkan atau bakal calon legislatif (bacaleg) yang segera dirilis ke KPUD, sejumlah kader PDIP mengamuk sekaligus merusak kantor di Jalan T Putra Azis Kecamatan Stabat-Langkat, Minggu (21/4) malam. Akibatnya sejumlah pintu, meja dan kaca serta satu lemari es rusak.
Keadaan itu membuat suasana kantor bagaikan habis disapu badai topan. Informasi beredar diterima Sumut Pos, kader di beberapa Pimpinan Anak Cabang (PAC) kesal karena kebijakan pimpinan partai berlambang banteng menetapkan daerah pemilihan (Dapil).
Pasalnya, disebut-sebut Bacaleg dipindah sesuka hati tanpa ditempatkan sesuai Dapil mereka masing-masing. Parahnya lagi, beredar rumor dalam penempatan Dapil berlaku uang sorong (pelicin) diterapkan pimpinan. “Kayak mana kader tidak marah, masak pemindahan dilakukan bukan di Dapil sendiri. Ikut caleg di Dapil sendiri saja belum tentu menang, apalagi di Dapil orangnlain,” ketus pria diduga kader PDIP.
Sayangnya, penjelasan atau komentar dimaksudkan tidak dapat dikonfirmasi ke Safril selaku Ketua DPC PDI Perjuangan Langkat. Ketika coba dihubungi melalui pesan layanan singkat (SMS) ke tiga seluler miliknya, Safril yang biasa komunikatif tidak memberikan jawaban.
Kapolres Langkat, AKBP L Eric Bhismo didampingi Wakapolres Kompol Safwan Khayat, Kabag Ops Kompol Suyudi serta Kasat Reskrim AKP Rosyid maupun Kasat Intel AKP Adi S, langsung melakukan pengecekan sekaligus memberikan police line di lokasi.
Kapolres didampingi segenap staf melakukan peninjauan di sekeliling kantor PDIP yang dirusak. “Kalau persoalan intern partai kita tidak mencampuri, namun karena ini ada pidananya kita akan melakukan penyelidikan,” kata Kapolres kepada Sumut Pos.
Masih dari lokasi kejadian, Jumari anggota DPRD Kabupaten Langkat dari PDIP tampak menyaksikan kondisi kantor. Jumari yang dimintai tanggapan memilih diam sekaligus mengaku baru mengetahui kejadian tersebut. “Ini juga baru tahu, jadi ‘gak paham apa persoalannya sampai begini,” tutur dia.
Dari beberapa informasi dirangkum Sumut Pos di lokasi, benih keributan mulai muncul sekitar pukul 14.00 WIB hingga 16.00 WIB. Saat itu, berlangsung seleksi akhir untuk pengantaran berkas yang dijadwalkan dilakukan Senin (22/4) sekaligus penutupan penyerahan berkas bacaleg setiap partai politik ke KPU.
Sementara itu, Divisi Humas dan Hukum Komisi Pemilihan Umum Darah (KPUD) Langkat, Riswan G, saat dikonfirmasi via selulernya mengakui, kalau pemindahan Dapil sah-sah saja dilakukan. “Iya, itu memang kebijakan partai. Hanya saja, Dapil itukan tempat dimana para caleg membangun massanya. Kalau caleg main di daerah orang lain, ya pastinya untuk menang menjadi sulit,” ujar Riswan.
Riswan mengungkapkan, dalam Pileg 2014 mendatang, Kabupaten Langkat memiliki 5 Dapil. Dapil satu terdiri dari Kecamatan Stabat, Secanggang, Wampu, dan Batangsarangan. Dapil dua Kecamatan Brandan Barat, Seilepan, Pangkalansusu, Besitang, dan Pematang Jaya.
Sementara Dapil tiga terdiri dari Kecamatan Hinai, Tanjungpura, Gebang, Padangtualang, dan Sawit Seberang. Dapil empat Kecamatan Binjai, Selesai, dan Serapit. Dan terakhir Dapil lima Kecamatan Seibingei, Kwala, Salapian, Kutambaru, dan Bahorok. “Untuk masing-masing Dapil, sudah memiliki jatah kursi. Seperti Dapil satu, tersedia 11 kursi, Dapil 2 ada 12 kursi, Dapil 3 sebanyak 12 kursi, Dapil 4 sebanyak 7 kursi, dan Dapil 5 sebanyak 8 kursi,” ungkap Riswan.
Anggota TNI Berkelahi di Kantor DPP PDI P
Sementara itu, di Jakarta, Kantor DPP PDIP pun jadi korban. Bukan kader yang merusak, namun kantor itu menjadi lahan perkelahian. Adalah anggota TNI yang menjadi aktornya.
“Kami sudah cek, memang betul ada perkelahian. Namun itu bukan penyerangan ke kantor partai politik,” ujar Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI Angkatan Darat Brigjen Rukman Ahmad di Jakarta kemarin (21/4). Perkelahian itu terjadi pada Sabtu (20/04) malam sekitar pukul 20 WIB di kantor DPP PDIP di Lenteng, Agung, Jakarta Selatan.
Menurut alumni US Naval War of College itu menjelaskan, kejadian itu bermula dari senggolan antara kendaraan bermotor anggota Batalyon Zeni Konstruksi (Yon-Zikon) 13 TNI AD yang bermarkas di Srengseng Sawah tak jauh dari kantor DPP PDIP. Senggolan itu terjadi dekat pom bensin dan korbannya lari ke arah kantor PDIP.
“Anggota diduga dalam kondisi emosional sehingga gelap mata. Kami sudah proses di polisi militer,” kata jenderal bintang satu itu. Batalyon Zeni Konstruksi bertugas untuk membangun sarana-sarana di TNI AD misalnya memperbaiki jembatan, tanggul yang jebol, gedung, dan lain-lain.
Rukman menjelaskan, saat ini yang diperiksa berjumlah 10 orang. Komandan mereka juga sudah dimintai keterangan oleh polisi militer. “Ini masuk ke pelanggaran disiplin prajurit TNI,” katanya.
Saat ditanya, kenapa masih ada arogansi yang dilakukan prajurit TNI, menurut Rukman kondisinya sangat tergantung di lapangan. “Setelah peristiwa Cebongan kami sudah memerintahkan semua anggota TNI AD untuk patuh hukum dan tidak main hakim sendiri. Sekarang ada kejadian ini, tentu di luar keinginan kita semua,” katanya.
Di Polda Metro Jaya, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Rikwanto mengatakan pada saat penyerangan para penyerang tersebut sempat mengaku sebagai anggota Brimob.”Baru setelah diamankan, mereka mengaku kalau anggota TNI,” katanya.
Mantan Kapolres Klaten itu menjelaskan, kejadian tersebut bermula pada pukul 20 WIB didepan SBPU No 3412 605 tepat disamping kantor DPP PDI P terjadi senggolan kendaraan bermotor yang ditumpangi oleh anggota TNI dengan seorang warga setempat. Saat itu sempat terjadi adu mulut dan sempat terjadi keributan antara anggota TNI dan warga tersebut. Namun akirnya keributan tersebut tidak berlangsung lama, lantaran dilerai petugas keamanan kantor PDI P.
“Setelah dilerai, kemudian sekelompok anggota TNI yang menggunakan dua unit mobil dan motor tersebut datang ke kantor PDI P dan kemudian langsung melakukan pemukulan kepada penjaga yang berada di pos jaga,” katanya.
Akibat kejadian tersebut satu orang mengalami luka di bagian kepala dan dua orang mengalami luka memar pada bagian perut.
Dua orang pelaku yang menyerang berhasil diamankan oleh Kapten TNI Suwandi yang merupakan ajudan Megawati, dari kesatuan Paspampres Mabes TNI. Pada pukul 22.30 Komandan Yonzikon 13 Letkol Hari Darniko datang dan meminta maaf. “Dua anggota yang tertangkap Adalah Prapka TNI Juandi dan Prada Rahmat dan kini kasus tersebut sudah diserahkan kepada TNI,” katanya.(jie/rdl/agu)