26 C
Medan
Friday, July 5, 2024

Positif covid-19 di Sumut jadi 1.095 Orang, 10 Zona Hijau Jangan Kecolongan

SUMUTPOS.CO – Jumlah keseluruhan pasien positif Covid-19 di Sumatera Utara sudah 1.095 orang, Minggu (21/6) sore. Jumlah tersebut bertambah 71 orang dari angka 1.024 orang pada Jumat (19/6). Yakni sebanyak 58 orang pada Sabtu (20/6) dan 13 orang pada Minggu. Mencermati tren yang terus meningkat ini, Ketua DPRD Sumut, Baskami Ginting, mengimbau bupati/wali kota di 10 kawasan zona hijau di Sumut, jangan sampai kecolongan

“BUPATI/WALI KOTA harus mengawasi setiap perbatasan dari orang yang masuk ke daerahnya masing-masing agar Covid-19 tidak melebar ke daerah zona hijau. Dan daerah zona hijau agar menjaga daerahnya, jangan sampai ‘kecolongan’ tertular dari orang yang terjangkit Covid-19,” kata Baskami, usai meninjau kabupaten/kota di Sumut, Sabtu (20/6).

Menurutnya dari hasil kunjungan ke kabupaten/kota, beberapa di antaranya ada daerah zona hijau dan zona kuning. “Jangan gara-gara satu orang positif covid, zona hijau menjadi zona merah. Ini yang harus dihindari dengan menjaga setiap orang yang masuk dari perbatasan wilayah masing-masing,” tegasnya.

Adapun zona hijau di Sumut, dari 33 kabupaten/kota di Sumut, kini tinggal 10 wilayah — turun 5 dari sebelumnya 15 daerah. Sedangkan 10 kabupaten/kota di Sumut berstatus zona merah, dan 13 daerah zona kuning.

Secara geografis, 10 kabupaten/kota di Sumut yang masih berstatus zona hijau didominasi wilayah yang berada di sebelah barat seperti Sibolga, Tapanuli Tengah hingga Pulau Nias. Kabupaten Humbang Hasundutan berubah ke zona kuning, pascaditemukannya orang yang positif Covid-19 di sana belum lama ini.

Dari 11 daerah zona hijau tersebut, Pulau Nias dengan 5 kabupaten/kotanya masih kokoh berstatus zona hijau. Hingga saat ini di wilayah tersebut sama sekali masih nihil kasus Covid-19.

Sementara Kabupaten Batubara, yang sebelumnya sempat jadi satu-satunya wilayah di pesisir pantai timur yang berstatus zona hijau, kini tercatat sudah ada satu kasus positif covid-19. Status Kabupaten Batubara kini zona kuning.

Ke-10 daerah yang masih bertahan dengan status zona hijau (pasien positif nihil) di Sumut yakni Kabupaten Samosir, Kabupaten Pakpak Bharat, Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias Utara, Kota Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Sedangkan 10 daerah zona merah (pasien positif di atas 5) di Sumut yakni: Kota Medan, Kabupaten Deliserdang, Kabupaten Simalungun, Kota Pematangsiantar, KabupatenSerdang Bedagai, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Asahan, Kabupaten Karo, dan Kabupaten Tapanuli Utara.

Adapun 13 daerah zona kuning (positif 1- 5), yakni Kota Tebingtinggi, Kota Tanjungbalai, Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Dairi, Kabupaten Toba, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Batu Bara, dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Baskami mengatakan, saat ini masyarakat hidup berdampingan dengan Covid-19 sehingga dibutuhkan esktra pengamanan untuk menghindari diri masing-masing agar tidak terjangkit virus. “Kita harus menyadari, untuk menjaga diri wabah ini harus dari masyarakat itu sendiri agar terhindar dari Covid-19 dan tetap sehat,” ujar politisi PDI Perjuangan ini.

Pihaknya mengamini, pemerintah tidak mampu sendiri memberantas Covid-19 tanpa kerjasama masyarakat dengan tetap mematuhi protokol kesehatan secara ketat. “Tetap pakai masker, cuci tangan, jaga jarak dan hindari berkumpul ramai-ramai. Kita semua harus bertanggung jawab menjaga kesehatan kita dan keluarga kita,” pungkasnya.

Antara Vaksin atau Imun

Kemarin, juru bicara GTPP Covid-19 Sumut, Mayor Kes dr Whiko Irwan, mengatakan selain angka positif, penambahan juga terjadi angka pasien Covid-19 sembuh 4 orang, dari sebelumnya 254 orang naik menjadi 258 orang.

Selanjutnya, pasien Covid-19 meninggal berjumlah 71 orang, dari sebelumnya 69 orang. Dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) 191 orang dari 180 orang. Sedangkan Orang Dalam Pemantauan (ODP) berjumlah 882.

Whiko mengingatkan seluruh masyarakat Sumut agar tetap menjalankan protokol kesehatan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, mengingat angka penderita Covid-19 di Sumut terus meningkat. “Dari data sebaran Covid-19 Sumut hingga saat ini, sebuah realita bahwa Covid-19 masih ada di tengah-tangah masyarakat kita. Untuk itu, protokol kesehatan wajib dilaksanakan oleh masyarakat Sumut, baik dunia usaha dan instansi, baik pemerintah maupun swasta di Sumut,” jelasnya.

Whiko menuturkan, penting melakukan pendeteksian dini pada warga yang terinfeksi Covid-19, sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan Covid-19 di Sumut. “Penderita Covid-19 yang ada di tengah-tengah masyarakat harus segera terdeteksi dan diagnosis walaupun penderita tersebut tanpa gejala atau tanpa keluhan,” ungkapnya.

Untuk itu, masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam upaya pendeteksian. Termasuk berinisiatif memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, nyeri dada, serta memiliki riwayat kontak dengan penderita Covid-19.

Ditanya tentang kesiapan menjelang penerapan konsep tatanan hidup baru, Whiko mengatakan, selama vaksin Covid-19 belum ditemukan, semua orang mesti menaati dan menjalankan kehidupan dengan protokol kesehatan secara ketat. GTPP memprediksi, pandemi Covid-19 masih akan berlangsung. Berakhirnya pandemi ini hanya bila sudah vaksin yang sesuai untuk Covid-19 di Indonesia sudah ditemukan. Atau, seluruh masyarakat Sumut telah imun atau kebal secara alamiah terhadap Covid-19.

“Untuk menanggulangi virus corona, setidaknya 2/3 masyarakat harus divaksin. Namun realita sampai saat ini, vaksin Covid-19 masih dalam proses pengembangan. Perusahaan farmasi nasional yang sedang mengembangkan saat ini dalam tahap uji klinis, belum bisa digunakan untuk masyarakat luas,” ujar Whiko menjawab Sumut Pos, Minggu (21/6).

Beberapa alasan yang menghambat kenapa sampai hari ini vaksin lama dalam produksinya, yakni vaksin harus benar-benar menimbulkan imunitas terhadap virus corona yang ada di Indonesia. Kemudian, vaksin harus melalui beberapa uji klinis yang membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan tahunan.

Bila keamanannya sudah dapat dipastikan, dan dapat digunakan pada manusia tanpa menimbulkan gejala klinis penyakit dasarnya dan tidak menimbulkan efek samping yang berarti, barulah vaksin dapat diproduksi massal. “Vaksin harus diproduksi dalam jumlah besar, yang membutuhkan bahan baku yang banyak dan biaya yang besar,” pungkasnya.

Prediksi: Pandemi Berakhir Agustus

Terpisah, pakar epidemiologi Universitas Airlangga (Unair), Dokter Muhammad Atoillah Isfandiari, mengatakan, ada tiga skenario untuk mengungkap berakhirnya pandemi. Dari tiga skenario tersebut, Dokter Atoillah memprediksikan pandemi covid-19 di Indonesia akan berakhir pada Agustus.

Skenario pertama, dengan puncak pandemi yang terjadi saat ini, apabila masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat, diprediksi angka orang terinfeksi covid-19 akan mulai landai pada akhir Juni 2020.

“Skenario kedua, kondisi sekarang ini akan ada lagi puncaknya, angka penderita akan semakin banyak. Bila skenario kedua terjadi diprediksi angka akan menurun sekitar bulan Juli sama seperti skenario awal,” kata Atoillah.

Skenario ketiga, mobilisasi sosial saat Iduladha. Arus massa yang mungkin sempat turun pada Juni atau Juli, bulan depannya akan kembali naik. “Bila kondisinya seperti yang saya sampaikan tadi. Ketiganya skenario ini akan berakhir sekitar Agustus mulai melandai. Mungkin pandeminya memang tidak sampai tahun depan sudah selesai,” ujarnya.

Atoillah menegaskan, meski puncak pandemi di Indonesia diprediksi tidak sampai tahun depan. Meski begitu, menurutnya, masyarakat harus membedakan adalah berakhirnya pandemi bukan hilangnya penyakit covid-19.

Pandemi merupakan masalah global di seluruh dunia. Saat ini di banyak negara sudah menunjukkan penurunan angka terpapar. Jadi bila di sebagian besar negara sudah aman WHO akan segera mencabut status pandemi tersebut. “Tetapi penyakitnya pasti masih ada dan akan ditemukan secara sporadik,” tegasnya. (ris/prn/net)

SUMUTPOS.CO – Jumlah keseluruhan pasien positif Covid-19 di Sumatera Utara sudah 1.095 orang, Minggu (21/6) sore. Jumlah tersebut bertambah 71 orang dari angka 1.024 orang pada Jumat (19/6). Yakni sebanyak 58 orang pada Sabtu (20/6) dan 13 orang pada Minggu. Mencermati tren yang terus meningkat ini, Ketua DPRD Sumut, Baskami Ginting, mengimbau bupati/wali kota di 10 kawasan zona hijau di Sumut, jangan sampai kecolongan

“BUPATI/WALI KOTA harus mengawasi setiap perbatasan dari orang yang masuk ke daerahnya masing-masing agar Covid-19 tidak melebar ke daerah zona hijau. Dan daerah zona hijau agar menjaga daerahnya, jangan sampai ‘kecolongan’ tertular dari orang yang terjangkit Covid-19,” kata Baskami, usai meninjau kabupaten/kota di Sumut, Sabtu (20/6).

Menurutnya dari hasil kunjungan ke kabupaten/kota, beberapa di antaranya ada daerah zona hijau dan zona kuning. “Jangan gara-gara satu orang positif covid, zona hijau menjadi zona merah. Ini yang harus dihindari dengan menjaga setiap orang yang masuk dari perbatasan wilayah masing-masing,” tegasnya.

Adapun zona hijau di Sumut, dari 33 kabupaten/kota di Sumut, kini tinggal 10 wilayah — turun 5 dari sebelumnya 15 daerah. Sedangkan 10 kabupaten/kota di Sumut berstatus zona merah, dan 13 daerah zona kuning.

Secara geografis, 10 kabupaten/kota di Sumut yang masih berstatus zona hijau didominasi wilayah yang berada di sebelah barat seperti Sibolga, Tapanuli Tengah hingga Pulau Nias. Kabupaten Humbang Hasundutan berubah ke zona kuning, pascaditemukannya orang yang positif Covid-19 di sana belum lama ini.

Dari 11 daerah zona hijau tersebut, Pulau Nias dengan 5 kabupaten/kotanya masih kokoh berstatus zona hijau. Hingga saat ini di wilayah tersebut sama sekali masih nihil kasus Covid-19.

Sementara Kabupaten Batubara, yang sebelumnya sempat jadi satu-satunya wilayah di pesisir pantai timur yang berstatus zona hijau, kini tercatat sudah ada satu kasus positif covid-19. Status Kabupaten Batubara kini zona kuning.

Ke-10 daerah yang masih bertahan dengan status zona hijau (pasien positif nihil) di Sumut yakni Kabupaten Samosir, Kabupaten Pakpak Bharat, Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias Utara, Kota Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Sedangkan 10 daerah zona merah (pasien positif di atas 5) di Sumut yakni: Kota Medan, Kabupaten Deliserdang, Kabupaten Simalungun, Kota Pematangsiantar, KabupatenSerdang Bedagai, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Asahan, Kabupaten Karo, dan Kabupaten Tapanuli Utara.

Adapun 13 daerah zona kuning (positif 1- 5), yakni Kota Tebingtinggi, Kota Tanjungbalai, Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Dairi, Kabupaten Toba, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Batu Bara, dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Baskami mengatakan, saat ini masyarakat hidup berdampingan dengan Covid-19 sehingga dibutuhkan esktra pengamanan untuk menghindari diri masing-masing agar tidak terjangkit virus. “Kita harus menyadari, untuk menjaga diri wabah ini harus dari masyarakat itu sendiri agar terhindar dari Covid-19 dan tetap sehat,” ujar politisi PDI Perjuangan ini.

Pihaknya mengamini, pemerintah tidak mampu sendiri memberantas Covid-19 tanpa kerjasama masyarakat dengan tetap mematuhi protokol kesehatan secara ketat. “Tetap pakai masker, cuci tangan, jaga jarak dan hindari berkumpul ramai-ramai. Kita semua harus bertanggung jawab menjaga kesehatan kita dan keluarga kita,” pungkasnya.

Antara Vaksin atau Imun

Kemarin, juru bicara GTPP Covid-19 Sumut, Mayor Kes dr Whiko Irwan, mengatakan selain angka positif, penambahan juga terjadi angka pasien Covid-19 sembuh 4 orang, dari sebelumnya 254 orang naik menjadi 258 orang.

Selanjutnya, pasien Covid-19 meninggal berjumlah 71 orang, dari sebelumnya 69 orang. Dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) 191 orang dari 180 orang. Sedangkan Orang Dalam Pemantauan (ODP) berjumlah 882.

Whiko mengingatkan seluruh masyarakat Sumut agar tetap menjalankan protokol kesehatan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, mengingat angka penderita Covid-19 di Sumut terus meningkat. “Dari data sebaran Covid-19 Sumut hingga saat ini, sebuah realita bahwa Covid-19 masih ada di tengah-tangah masyarakat kita. Untuk itu, protokol kesehatan wajib dilaksanakan oleh masyarakat Sumut, baik dunia usaha dan instansi, baik pemerintah maupun swasta di Sumut,” jelasnya.

Whiko menuturkan, penting melakukan pendeteksian dini pada warga yang terinfeksi Covid-19, sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan Covid-19 di Sumut. “Penderita Covid-19 yang ada di tengah-tengah masyarakat harus segera terdeteksi dan diagnosis walaupun penderita tersebut tanpa gejala atau tanpa keluhan,” ungkapnya.

Untuk itu, masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam upaya pendeteksian. Termasuk berinisiatif memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, nyeri dada, serta memiliki riwayat kontak dengan penderita Covid-19.

Ditanya tentang kesiapan menjelang penerapan konsep tatanan hidup baru, Whiko mengatakan, selama vaksin Covid-19 belum ditemukan, semua orang mesti menaati dan menjalankan kehidupan dengan protokol kesehatan secara ketat. GTPP memprediksi, pandemi Covid-19 masih akan berlangsung. Berakhirnya pandemi ini hanya bila sudah vaksin yang sesuai untuk Covid-19 di Indonesia sudah ditemukan. Atau, seluruh masyarakat Sumut telah imun atau kebal secara alamiah terhadap Covid-19.

“Untuk menanggulangi virus corona, setidaknya 2/3 masyarakat harus divaksin. Namun realita sampai saat ini, vaksin Covid-19 masih dalam proses pengembangan. Perusahaan farmasi nasional yang sedang mengembangkan saat ini dalam tahap uji klinis, belum bisa digunakan untuk masyarakat luas,” ujar Whiko menjawab Sumut Pos, Minggu (21/6).

Beberapa alasan yang menghambat kenapa sampai hari ini vaksin lama dalam produksinya, yakni vaksin harus benar-benar menimbulkan imunitas terhadap virus corona yang ada di Indonesia. Kemudian, vaksin harus melalui beberapa uji klinis yang membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan tahunan.

Bila keamanannya sudah dapat dipastikan, dan dapat digunakan pada manusia tanpa menimbulkan gejala klinis penyakit dasarnya dan tidak menimbulkan efek samping yang berarti, barulah vaksin dapat diproduksi massal. “Vaksin harus diproduksi dalam jumlah besar, yang membutuhkan bahan baku yang banyak dan biaya yang besar,” pungkasnya.

Prediksi: Pandemi Berakhir Agustus

Terpisah, pakar epidemiologi Universitas Airlangga (Unair), Dokter Muhammad Atoillah Isfandiari, mengatakan, ada tiga skenario untuk mengungkap berakhirnya pandemi. Dari tiga skenario tersebut, Dokter Atoillah memprediksikan pandemi covid-19 di Indonesia akan berakhir pada Agustus.

Skenario pertama, dengan puncak pandemi yang terjadi saat ini, apabila masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat, diprediksi angka orang terinfeksi covid-19 akan mulai landai pada akhir Juni 2020.

“Skenario kedua, kondisi sekarang ini akan ada lagi puncaknya, angka penderita akan semakin banyak. Bila skenario kedua terjadi diprediksi angka akan menurun sekitar bulan Juli sama seperti skenario awal,” kata Atoillah.

Skenario ketiga, mobilisasi sosial saat Iduladha. Arus massa yang mungkin sempat turun pada Juni atau Juli, bulan depannya akan kembali naik. “Bila kondisinya seperti yang saya sampaikan tadi. Ketiganya skenario ini akan berakhir sekitar Agustus mulai melandai. Mungkin pandeminya memang tidak sampai tahun depan sudah selesai,” ujarnya.

Atoillah menegaskan, meski puncak pandemi di Indonesia diprediksi tidak sampai tahun depan. Meski begitu, menurutnya, masyarakat harus membedakan adalah berakhirnya pandemi bukan hilangnya penyakit covid-19.

Pandemi merupakan masalah global di seluruh dunia. Saat ini di banyak negara sudah menunjukkan penurunan angka terpapar. Jadi bila di sebagian besar negara sudah aman WHO akan segera mencabut status pandemi tersebut. “Tetapi penyakitnya pasti masih ada dan akan ditemukan secara sporadik,” tegasnya. (ris/prn/net)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/