26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Fenomena Sinkhole di Dairi, Lubang-Lubang Bermunculan di Ladang

Sinkhole Tanah di belakang rumah warga tiba-tiba amblas membentuk sinkhole dengan diameter 8 meter dan kedalaman 15 meter. Tanah amblas ini terjadi setelah hujan deras melanda kawasan itu pada 17 November 2019 lalu, menyebabkan 4 rumah warga rusak.

DAIRI, SUMUTPOS.CO – Fenomena alam sinkhole di Dusun Kuta Nangka Desa Kempawa Kecamatan Tanah, Kabupaten Dairi, sudah terjadi tiga kali. Pertama tahun 2016, kedua 2018, dan ketiga 2019. Menurut warga, sebelum sinkhole ketiga terjadi, beberapa bulan terakhir lubang-lubang dengan ukuran bervariasi juga bermunculan di areal perladangan.

“Sudah ada sekitar 6 lubang di daerah perladangan. Kami cek di internet, peristiwa yang sama disebut sinkhole. Peristiwa itu membuat warga ketakutan karena tidak tahu apa penyebabnya. Warga ketakutan peristiwa serupa terjadi di rumah mereka saat jam tidur,” kata Alexander Firdaus Sembiring, warga setempat yang dihubungi Sumut Pos lewat telepon, Kamis (21/11).

Ia mengakui, tahun 2016 lalu lubang dengan kedalaman 4 meter dan diameter 2 meter muncul di tengah gedung Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Kutanangka, Desa Kempawa. Bagian lantai gereja tersebut amblas. Alhasil, gereja itu tidak bisa difungsikan.

Peristiwa kedua terjadi pada 2018. Ukuran lubang yang muncul hampir sama dengan yang pertama. Lubang itu muncul di daerah perladangan warga yang lokasinya masih di dusun dan desa yang sama.

Teranyar, sinkhole muncul di permukiman Dusun Kutanangka, Desa Kempawa, Kecamatan Tanah Pinem, Minggu (17/11) sore. Tanah amblas kedalaman 10 meter dengan diameter 15 meter. Lokasinya masih berdekatan dengan lubang pertama dan kedua.

Pada kejadian ketiga ini, tidak ada korban jiwa. Namun tiga kepala keluarga (KK) (bukan empat, Red) terpaksa diungsikan sementara dari rumahnya karena kerusakan di bagian dapur.

“Mereka dipindahkan sementara di rumah keluarga untuk mengantisipasi hal- hal yang tidak diinginkan,” ucap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dairi, Bahagia Ginting melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Lipinus Sembiring, Kamis (21/11) lewat pesan eletronik. Ketiga KK yang mengungsi sementara yaitu keluarga Sabar Ginting, Cara Tarigan dan keluarga Ripin Sembiring.

“Kita sudah turun ke lokasi. Ketiga keluarga itu dipindahkan ke rumah keluarganya. Apalagi saat ini, curah hujan di daerah itu masih tinggi,” katanya.

Menurut Kepala BPBD Dairi, Bahagia Ginting, fenomena sinkhole ini sudah pernah di laporkan ke BNPB. Tetapi belum ada lanjutannya. Karena itu, penyebab peristiwa tersebut belum bisa disimpulkan.

“Perlu penelitian yang lebih dalam apa dan bagaimana terjadi peristiwa itu. Dan langkah apa yang akan diambil ke depan,” ujarnya.

BPBD Sumut Surati Geologi Bandung

Menanggapi fenomena sinkhole ini, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berharap jajaran di Pemkab Dairi dan masyarakat melakukan siaga darurat. Badan Geologi dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah disurati untuk segera melakukan penelitian.

“Langkah BPBD Sumut adalah melakukan siaga darurat lokal. Karena ancamannya diprediksi menimbulkan korban/kerugian. Untuk itu, Pemkab Dairi sudah melakukannya. Saya juga sudah menyampaikan hal ini ke Badan Geologi/PVMBG di Bandung,” kata Kepala BPBD Sumut, Riadil Akhir Lubis menjawab Sumut Pos, Kamis (21/11).

Sejumlah rekomendasi sudah dikeluarkan BPBD Sumut menyikapi fenomena alam yang sudah kali ketiga terjadi di Dairi. Yakni pertama, jika mengetahui ancaman yan paling berisiko massif (penyebaran meningkat/meluas), warga/permukiman harus diungsikan ke tempat lebih aman.

“Kita sudah meminta kepada BNPB dan Badan Geologi untuk melakukan penelitian gerakan tanah dan longsor ini. Jika penyebabnya sudah diketahui, maka dilakukan mitigasi struktural dan nonstruktural berupa tindakan fisik lapangan, melalui pengurangan risiko dan pemasangan rambu-rambu atau papan informasi ancaman bahaya di sekitar lokasi atau menuju lokasi,” papar dia.

Prinsip menyikapi fenomena alam ini, sambung Riadil, terlebih yang berpotensi menimbulkan korban atau kerugian material dan dampaknya, adalah melakukan evakuasi manusia/warga terlebih dahulu. “Untuk itu Pemkab Dairi sudah mensosialisasikannya kepada masyarakat,” katanya.

Terpisah, Kabubdit Pencegahan BNPB mengatakan, pihaknya segera meneruskan informasi dimaksud ke pimpinan. Selain itu pihaknya berjanji akan menindaklanjuti setiap informasi bencana di seluruh daerah.

“Kalau suratnya belum saya terima, mungkin masih di pimpinan. Atau mungkin juga disposisinya ke bagian kesiapsiagaan. Tapi untuk saran, sebaiknya surat ditujukan ke Badan Geologi di Bandung. Itu biasanya yang dilakukan jika terjadi peristiwa alam terkait geologi. Misal tanah bergerak, retak, longsor. Mungkin dapat disusuli surat lagi dengan adanya kejadian yang terakhir,” harap dia. (rus/prn)

Sinkhole Tanah di belakang rumah warga tiba-tiba amblas membentuk sinkhole dengan diameter 8 meter dan kedalaman 15 meter. Tanah amblas ini terjadi setelah hujan deras melanda kawasan itu pada 17 November 2019 lalu, menyebabkan 4 rumah warga rusak.

DAIRI, SUMUTPOS.CO – Fenomena alam sinkhole di Dusun Kuta Nangka Desa Kempawa Kecamatan Tanah, Kabupaten Dairi, sudah terjadi tiga kali. Pertama tahun 2016, kedua 2018, dan ketiga 2019. Menurut warga, sebelum sinkhole ketiga terjadi, beberapa bulan terakhir lubang-lubang dengan ukuran bervariasi juga bermunculan di areal perladangan.

“Sudah ada sekitar 6 lubang di daerah perladangan. Kami cek di internet, peristiwa yang sama disebut sinkhole. Peristiwa itu membuat warga ketakutan karena tidak tahu apa penyebabnya. Warga ketakutan peristiwa serupa terjadi di rumah mereka saat jam tidur,” kata Alexander Firdaus Sembiring, warga setempat yang dihubungi Sumut Pos lewat telepon, Kamis (21/11).

Ia mengakui, tahun 2016 lalu lubang dengan kedalaman 4 meter dan diameter 2 meter muncul di tengah gedung Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Kutanangka, Desa Kempawa. Bagian lantai gereja tersebut amblas. Alhasil, gereja itu tidak bisa difungsikan.

Peristiwa kedua terjadi pada 2018. Ukuran lubang yang muncul hampir sama dengan yang pertama. Lubang itu muncul di daerah perladangan warga yang lokasinya masih di dusun dan desa yang sama.

Teranyar, sinkhole muncul di permukiman Dusun Kutanangka, Desa Kempawa, Kecamatan Tanah Pinem, Minggu (17/11) sore. Tanah amblas kedalaman 10 meter dengan diameter 15 meter. Lokasinya masih berdekatan dengan lubang pertama dan kedua.

Pada kejadian ketiga ini, tidak ada korban jiwa. Namun tiga kepala keluarga (KK) (bukan empat, Red) terpaksa diungsikan sementara dari rumahnya karena kerusakan di bagian dapur.

“Mereka dipindahkan sementara di rumah keluarga untuk mengantisipasi hal- hal yang tidak diinginkan,” ucap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Dairi, Bahagia Ginting melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Lipinus Sembiring, Kamis (21/11) lewat pesan eletronik. Ketiga KK yang mengungsi sementara yaitu keluarga Sabar Ginting, Cara Tarigan dan keluarga Ripin Sembiring.

“Kita sudah turun ke lokasi. Ketiga keluarga itu dipindahkan ke rumah keluarganya. Apalagi saat ini, curah hujan di daerah itu masih tinggi,” katanya.

Menurut Kepala BPBD Dairi, Bahagia Ginting, fenomena sinkhole ini sudah pernah di laporkan ke BNPB. Tetapi belum ada lanjutannya. Karena itu, penyebab peristiwa tersebut belum bisa disimpulkan.

“Perlu penelitian yang lebih dalam apa dan bagaimana terjadi peristiwa itu. Dan langkah apa yang akan diambil ke depan,” ujarnya.

BPBD Sumut Surati Geologi Bandung

Menanggapi fenomena sinkhole ini, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berharap jajaran di Pemkab Dairi dan masyarakat melakukan siaga darurat. Badan Geologi dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah disurati untuk segera melakukan penelitian.

“Langkah BPBD Sumut adalah melakukan siaga darurat lokal. Karena ancamannya diprediksi menimbulkan korban/kerugian. Untuk itu, Pemkab Dairi sudah melakukannya. Saya juga sudah menyampaikan hal ini ke Badan Geologi/PVMBG di Bandung,” kata Kepala BPBD Sumut, Riadil Akhir Lubis menjawab Sumut Pos, Kamis (21/11).

Sejumlah rekomendasi sudah dikeluarkan BPBD Sumut menyikapi fenomena alam yang sudah kali ketiga terjadi di Dairi. Yakni pertama, jika mengetahui ancaman yan paling berisiko massif (penyebaran meningkat/meluas), warga/permukiman harus diungsikan ke tempat lebih aman.

“Kita sudah meminta kepada BNPB dan Badan Geologi untuk melakukan penelitian gerakan tanah dan longsor ini. Jika penyebabnya sudah diketahui, maka dilakukan mitigasi struktural dan nonstruktural berupa tindakan fisik lapangan, melalui pengurangan risiko dan pemasangan rambu-rambu atau papan informasi ancaman bahaya di sekitar lokasi atau menuju lokasi,” papar dia.

Prinsip menyikapi fenomena alam ini, sambung Riadil, terlebih yang berpotensi menimbulkan korban atau kerugian material dan dampaknya, adalah melakukan evakuasi manusia/warga terlebih dahulu. “Untuk itu Pemkab Dairi sudah mensosialisasikannya kepada masyarakat,” katanya.

Terpisah, Kabubdit Pencegahan BNPB mengatakan, pihaknya segera meneruskan informasi dimaksud ke pimpinan. Selain itu pihaknya berjanji akan menindaklanjuti setiap informasi bencana di seluruh daerah.

“Kalau suratnya belum saya terima, mungkin masih di pimpinan. Atau mungkin juga disposisinya ke bagian kesiapsiagaan. Tapi untuk saran, sebaiknya surat ditujukan ke Badan Geologi di Bandung. Itu biasanya yang dilakukan jika terjadi peristiwa alam terkait geologi. Misal tanah bergerak, retak, longsor. Mungkin dapat disusuli surat lagi dengan adanya kejadian yang terakhir,” harap dia. (rus/prn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/