27 C
Medan
Thursday, June 20, 2024

Buka Suara Soal Nasib Eks Penyandang Kusta Kabupaten Toba, Pemprov: Tak Mungkin Semua Diakomodir

MEDAN, SUMUTPOS.CO — Pemprov Sumut akhirnya buka suara soal nasib eks penyandang kusta asal Desa Lau Simomo, Kabupaten Karo, Desa Hutasimalem, Laguboti, Kabupaten Toba, yang pada 15 Februari lalu berunjukrasa di Kantor Dinas Sosial Sumut Jalan Sampul Medan.

Sekdaprovsu, R Sabrina.

Sekdaprovsu R Sabrina mengatakan, menyangkut hal itu pihaknya sudah berupaya maksimal. Bahkan menurut dia, tetap ada perhatian yang pihaknya berikan terhadap eks para penyandang kusta tersebut.

“Kalau tidak ada perhatian, ya gak pulalah begitu. Saya memang gak pernah tahu kondisi di sana (Hutasimalem). Tapi di Sicanang Belawan saya pernah. Makan saja tiap hari mereka dikasih,” katanya menjawab wartawan, Senin (22/2).

Kata Sabrina, sewaktu dirinya menyaksikan langsung kehidupan eks penyandang kusta di Sicanang Belawan, bahkan tiap minggu mereka diberikan sayur-sayuran untuk kebutuhan makan.

“Selain sayur juga beras setiap hari diberikan. Kita-kita aja di luar ini tidak dibagi seperti itu,” ungkapnya.

Saat disinggung bahwa tidak adanya pengawasan aparatur sipil negara Pemprov Sumut di Hutasimalem terhadap nasib eks penyandang kusta di sana, Sabrina menegaskan hal tersebut ranahnya pada disiplin ASN.

“Itu nanti masalah disiplin pegawai dalam pelaksanaan tugas. Tapi kalau mereka tidak diperhatikan, gak begitulah. Kalau 100 persen diberikan payahlah itu ya,” katanya.

Khusus persoalan di Desa Hutasimalem, ada permintaan agar didirikan klinik kesehatan bagi para penyandang kusta di sana. Hal tersebut memang belum terpenuhi mengingat keberadaan fasilitas kesehatan masih ada di Lau Simomo.

“Padahal mereka diantar, ditunggui, dan dipulangkan lagi. Mereka maunya di situ harus ada kliniknya. Ya gak mungkinlah terpenuhi semua. Tapi bukan berarti gak ada pengertian. Umpama ada orang Sicanang yang sakit, dia nanti diantar ke Lau Simomo, karena memang di sana ada rumah sakit kusta itu, mereka dibawa oleh petugas kita jika diberitahu. Diantar berobat, ditunggui dan dijemput kembali untuk pulang ke rumah,” paparnya.

Ia menambahkan, jika Pemprovsu punya cukup anggaran tentu akan dibangun fasilitas kesehatan di Hutasimalem tersebut. Namun fokus pemprov tidak hanya untuk penyandang kusta saja, melainkan fakir miskin lainnya yang dianggap juga butuh perhatian.

“Begitupun yang ada di panti asuhan. Menerima WNI pulang yang tak terduga perlu kita urus juga. Jadi gak mungkinlah semuanya bisa kita akomodir,” pungkasnya.

Seperti diketahui, Kantor Dinsos Sumut di Jalan Sampul Medan, Senin (15/2) pagi, dihebohkan dengan kedatangan puluhan eks penyandang kusta dari Desa Lau Simomo, Desa Hutasimalem, Laguboti, Kabupaten Toba.

Tak hanya kepala keluarga, para istri dan anak eks penyandang kusta tampak ikut berunjukrasa. Mereka jauh-jauh datang dari Hutasimalem dengan menyewa bus.

Adapun maksud dan tujuan mereka ke kantor instansi itu, ingin menagih janji bantuan dari Dinsos Sumut melalui UPT Pelayanan Sosial Lau Simomo, Hutasimalem. Sehingga menganggap pemerintah provinsi terkesan ingin lepas tangan akan nasib kehidupan mereka.

Tokoh masyarakat eks penyandang kusta, Syamsul kepada wartawan di lokasi mengatakan, sebelumnya sudah dua kali mereka mendatangi dinas tersebut. Karena tak juga ada respon, mereka pun kembali berunjukrasa.

Diungkap dia, bahwa ada perjanjian dengan Dinsos sewaktu peralihan dari Dinas Kesehatan, pada 2014 silam. Namun hingga kini, mereka belum ada warga menerima bantuan apapun dari instansi dimaksud. “Tapi Alhamdulillah kenyataannya di lapangan kami dibinasakan,” katanya. (prn/ram)

MEDAN, SUMUTPOS.CO — Pemprov Sumut akhirnya buka suara soal nasib eks penyandang kusta asal Desa Lau Simomo, Kabupaten Karo, Desa Hutasimalem, Laguboti, Kabupaten Toba, yang pada 15 Februari lalu berunjukrasa di Kantor Dinas Sosial Sumut Jalan Sampul Medan.

Sekdaprovsu, R Sabrina.

Sekdaprovsu R Sabrina mengatakan, menyangkut hal itu pihaknya sudah berupaya maksimal. Bahkan menurut dia, tetap ada perhatian yang pihaknya berikan terhadap eks para penyandang kusta tersebut.

“Kalau tidak ada perhatian, ya gak pulalah begitu. Saya memang gak pernah tahu kondisi di sana (Hutasimalem). Tapi di Sicanang Belawan saya pernah. Makan saja tiap hari mereka dikasih,” katanya menjawab wartawan, Senin (22/2).

Kata Sabrina, sewaktu dirinya menyaksikan langsung kehidupan eks penyandang kusta di Sicanang Belawan, bahkan tiap minggu mereka diberikan sayur-sayuran untuk kebutuhan makan.

“Selain sayur juga beras setiap hari diberikan. Kita-kita aja di luar ini tidak dibagi seperti itu,” ungkapnya.

Saat disinggung bahwa tidak adanya pengawasan aparatur sipil negara Pemprov Sumut di Hutasimalem terhadap nasib eks penyandang kusta di sana, Sabrina menegaskan hal tersebut ranahnya pada disiplin ASN.

“Itu nanti masalah disiplin pegawai dalam pelaksanaan tugas. Tapi kalau mereka tidak diperhatikan, gak begitulah. Kalau 100 persen diberikan payahlah itu ya,” katanya.

Khusus persoalan di Desa Hutasimalem, ada permintaan agar didirikan klinik kesehatan bagi para penyandang kusta di sana. Hal tersebut memang belum terpenuhi mengingat keberadaan fasilitas kesehatan masih ada di Lau Simomo.

“Padahal mereka diantar, ditunggui, dan dipulangkan lagi. Mereka maunya di situ harus ada kliniknya. Ya gak mungkinlah terpenuhi semua. Tapi bukan berarti gak ada pengertian. Umpama ada orang Sicanang yang sakit, dia nanti diantar ke Lau Simomo, karena memang di sana ada rumah sakit kusta itu, mereka dibawa oleh petugas kita jika diberitahu. Diantar berobat, ditunggui dan dijemput kembali untuk pulang ke rumah,” paparnya.

Ia menambahkan, jika Pemprovsu punya cukup anggaran tentu akan dibangun fasilitas kesehatan di Hutasimalem tersebut. Namun fokus pemprov tidak hanya untuk penyandang kusta saja, melainkan fakir miskin lainnya yang dianggap juga butuh perhatian.

“Begitupun yang ada di panti asuhan. Menerima WNI pulang yang tak terduga perlu kita urus juga. Jadi gak mungkinlah semuanya bisa kita akomodir,” pungkasnya.

Seperti diketahui, Kantor Dinsos Sumut di Jalan Sampul Medan, Senin (15/2) pagi, dihebohkan dengan kedatangan puluhan eks penyandang kusta dari Desa Lau Simomo, Desa Hutasimalem, Laguboti, Kabupaten Toba.

Tak hanya kepala keluarga, para istri dan anak eks penyandang kusta tampak ikut berunjukrasa. Mereka jauh-jauh datang dari Hutasimalem dengan menyewa bus.

Adapun maksud dan tujuan mereka ke kantor instansi itu, ingin menagih janji bantuan dari Dinsos Sumut melalui UPT Pelayanan Sosial Lau Simomo, Hutasimalem. Sehingga menganggap pemerintah provinsi terkesan ingin lepas tangan akan nasib kehidupan mereka.

Tokoh masyarakat eks penyandang kusta, Syamsul kepada wartawan di lokasi mengatakan, sebelumnya sudah dua kali mereka mendatangi dinas tersebut. Karena tak juga ada respon, mereka pun kembali berunjukrasa.

Diungkap dia, bahwa ada perjanjian dengan Dinsos sewaktu peralihan dari Dinas Kesehatan, pada 2014 silam. Namun hingga kini, mereka belum ada warga menerima bantuan apapun dari instansi dimaksud. “Tapi Alhamdulillah kenyataannya di lapangan kami dibinasakan,” katanya. (prn/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/