Site icon SumutPos

Banjir Lumpuhkan Medan-Berastagi

Antrean Kendaraan Mencapai 20 Km

KARO-Jalan lintas Sumatera (Jalinsum), Medan-Berastagi lumpuh total selama enam jam. Longsor di Kilometer 56 Desa Doulu Kecamatan Berastagi pun menyebabkan antrean kendaraan hingga 20 kilometer. Akibatnya, beberapa warga terpaksa berjalan kaki untuk melintasi kawasan itu.

Longsor di Desa Doulu kali ini cukup besar. Setidaknya, jalinsum yang tertutup material longsoran sepanjang 75 meter. Tidak itu saja, longsor yang terjadi sejak Rabu (25/4) siang pukul 12.30 WIB tersebut memutus arus lalu lintas dua arah tujuan Medan, Berastagi, Dairi, Pakpak Bharat, dan ke Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD). Antrean panjang kenderaan pun terlihat dari Green Hill Deliserdang hingga Hotel Grand Mutiara Berastagi atau diperkirakan mencapai 20 kilometer.

Empat alat berat diterjunkan ke lokasi untuk mengevakuasi longsoran tanah, kayu, dan bebatuan yang jatuh dari ketinggian 10 meter dari kawasan perbukitan Deleng Barus. Sekitar pukul 18.30 WIB, jalan yang tertutup lonsor mulai dapat dilalui. Kenderaan roda dua, empat, dan lebih melintas dengan perlahan. Aktivitas ini di bawah pengawalan  aparat kepolisian yang bekerjasama dengan TNI.

Pantauan Sumut Pos di lokasi, sebelum proses evakuasi, seribuan penumpang angkutan umum, khususnya antarkabupaten dan provinsi terhenti berjam-jam di tempat kejadian.  Sementara, penumpang tujuan Berastagi-Medan menyambung perjalanan dengan berjalan kaki. “Semoga di depan sana ada kenderaan yang berbalik arah, sehingga dapat melanjutkan perjalanan. Saya buru-buru, berhubung anak saya mau operasi caesar di rumah sakit di Medan,” ujar Beru Sembiring sambil menenteng sandal jepit dan tasnya melintasi kawasan longsoran.

Kabid Perhubungan Darat Dinas Perhubungan (Dishub) Sumut Darwin Purba mengaku sudah mendapat laporan lonsor tersebut sejak siang kemarin. “Longsor terjadi, tepatnya di kawasan dekat pemandian alam air panas Sidebu-debu. Jalan lintas Tanah Karo-Berastagi ke Kota Medan lumpuh total. Tidak bisa bergerak karena longsor menutupi jalan,” katanya, kemarin siang.

Dikatakan Darwin, pihak kepolisian di Polsek Pancur Batu sudah memperingatkan warga atau pengendara dari arah Medan yang hendak ke Berastagi bahwa telah terjadi longsor. “Sejauh ini laporan lengkap dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah belum ada. Tapi tadi dari Dinas Bina Marga Sumut sudah menurunkan alat berat untuk mengorek longsor.

Laporan mengenai transportasi umum masih kita himpun, kerugian pengusaha transportasi umum penumpang masih belum ada laporan ke kita,” ujarnya.
Darwin menjelaskan penumpang diminta untuk berjalan estafet dengan sistem lansir penumpang. “Bus kecil angkut penumpang seperti Sinabung itu, ya, harus estafet.

Penumpang turun dalu, lalu berjalan melewati longsor dan setelah itu dijemput lagi dengan bus atau angkutan lain dan di antar ke lokasi tujuan. Kalau tujuan ke Tanah Karo, ya pakai angkutan dari armada lain atau armada yang sama juga tapi dari pool bus yang di Tanah Karo, begitu sebaliknya,” jelasnya.

Kalau untuk angkutan hasil pertanian, lanjutnya, dari Tanah Karo ke Kota Medan dari laporannya belum ada gangguan. Sebab, hasil pertanian Tanah Karo baru mulai didistribusikan ke Pusat Pasar Kota Medan pada malam hari di atas pukul 23.00 WIB. “Mudah-mudahan sebelum jam itu, pengorekan longsor sudah selesai dilakukan,” cetusnya.

Kasat Lantas Polres Tanah Karo, AKP R Sembiring kepada Sumut Pos, melalui telepon selularnya sekitar pukul 21.00 WIB, menyatakan arus lalu lintas mulai berjalan normal seperti biasa. “Kita masih mengatur lalu lintas di TKP agar tidak terjadi kesemerawutan. 81 orang personel Sat Lantas dibantu Polsek Berastagi dan Polres Karo serta unsur TNI masih melakukan pengamanan. Diupayakan kemacetan teratasi sebelum tengah malam, malam ini, sehingga pengguna jalan esok hari tidak terganggu,” ucapnya.

Pengusaha Angkutan Rugi Puluhan Juta
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Sumut Haposan Siallagan yang dikonfirmasi mengaku ada dua atau tiga perusahaan bus tidak beroperasi karena batal berangkat. Namun, ada juga perusahaan bus yang berangkat, tapi memberi pengertian pada penumpang untuk berjalan estafet saat tiba di lokasi longsor.

“Kerugian sekitar puluhan juta. Tapi ada juga perusahaan angkutan umum yang tetap beroperasi, tapi diberitahukan pada penumpang untuk berjalan estafet di lokasi longsor. Tapi banyak penumpang yang menunda berangkat,” jelasnya.

Kerugian juga dirasakan sektor bisnis lain seperti dunia pariwisata dan komoditi pertanian. “3 grup tamu asal Medan dan luar negeri yang sampai pukul 17.00 WIB terpaksa menunggu di Hill Park Sibolangit karena jalur jalan belum dapat dilalui. Kondisi yang sama juga dipastikan dialami calon tamu lain yang telah maupun belum melakukan reservasi,” terang Ida,  Manajer FO Mickey Holiday & Resort.

Kelesuan di Mickey Holiday terlihat sama dengan pemandangan di hotel lain, semisal Grand Mutiara, Green Garden, Bukit Kubu Hotel, Sinabung Resort Hotel, Sibayak International Hotel, dan Berastagi Cottage.

Selain kerugian di pihak pengelola hotel, nasib serupa tampak di berbagai kawasan wisata antara lain Pemandian Air Panas Bawah Kaki Sibayak, Puncak Bukit Gundaling, dan Pasar Buah Berastagi. Sesuai keterangan penanggung jawab pos retribusi Gundaling, Piala Putera Tarigan, setelah longsoran terjadi, hampir tidak ada tamu yang berkunjung.

Yang terparah, kerugian di sektor perdagangan buah segar di Pasar Buah Berastagi. “Dari pagi kami tidak ada transaksi, kalau biasanya satu satu juta dapatlah. Tapi, kalau macet nanti baru selesai malam, kapan lagi tamunya datang, padahal baru tadi kami pesan tambahan buah “ keluh Beru Sitepu, seorang pedagang di sana.

Di Karo Harga Cabai Turun Drastis
Dampak longsoran juga mengiringi situasi perdagangan sayur mayur di Pajak Sayur, Merek, Berastagi. Beberapa harga komoditas pertanian anjlok cukup signifikan. cabai merah misalnya, dari harga Selasa ( 24/4) per kilogramnya berada di angka Rp17.000/kg, kemarin menjadi Rp13.000/kg. Ini dapat terjadi akibat tidak adanya kenderaan pengangkut sayur mayur berangkat ke Medan.

Longsor ini juga meresahkan pedagang yang ada di Medan. “Kalau seperti ini kejadiannya, akan berpengaruh pada harga sayuran dan buah. Karena sebagian besar pasokan sayuran dan buah pedagang kita berasal dari sana (Berastagi)” ujar Sekretaris Persatuan Pedagang Pasar Tradisional Sumatera Utara (P3TSU) Pusat Pasar, Fajri..

Fajri menambahkan, setiap harinya, transaksi sayuran di pusat pasar bila ditotalkan mencapai ratusan ton. “Selada, kol, bunga kol, dan cabe itu mayoritasnya dari Karo,” ungkapnya.

Longsor yang mengakibatkan putusnya jaan Lintas Medan-Brastagi ini juga diperkirakan akan mengakibatkan kenaikan harga beberapa komoditas di Medan, terutama sayuran. Bahkan, diprediksi mencapai 50 persen. “Kalau awal-awal mungkin sekitar 10 atau 20 persen, tetapi kalau sampai barang kosong bisa mencapai kenaikan harga 50 persen,” tambah Fajri.

Distributor cabe yang juga anggota DPRD Medan, Roma Simare-mare juga sependapat akan ada kenaikan harga cabe nantinya. “Ada kemungkinan seperti itu. Bila petani memutuskan untuk menjual panennya di pasar lokal atau pasar penampungan terdekat, atau menunda pengiriman atau panen. Maka, stok cabe di Medan kosong, ya jelas harga juga akan naik,” tambahnya.

Roma menambahkan, dampak harga yang paling mencolok nantinya akan terjadi antara kota Siantar dan Medan. Dikarenakan, Siantar menjadi jalur alternatif untuk menuju Medan dari Brastagi. “Paling jelas harganya di kota singgahan alternatif. Distributor pasti mengalihkan jalur, dari Seribu Dolok atau via Siantar, dan ini akan menambah biaya,” ungkapnya. (wan/adl/ram/jon/smg)

Exit mobile version