30 C
Medan
Tuesday, May 28, 2024

Pembangunan Jalan Tol Medan-Berastagi Belum Dianggarkan, Gubsu Kaji Penerapan Ganjil-Genap

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Selain dibutuhkan percepatan pembangunan jalan tol atau jalan layang, ruas Medan-Berastagi sedang dikaji agar diberlakukan ganjil-genap untuk kendaraan berat atau tonase tinggi, yang kerap melintas jalur tersebut. Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi mengaku tengah mengkaji kemungkinan skema ganjil-genap nomor kendaraan bermotor yang diperkenankan melalui jalan menuju objek wisata itu.

PELEBARAN: Sejumlah kendaraan melintas di jalur Medan-Berastagi yang sedang proses pengerjaan pelebaran di setiap tikungan tajam.istimewa/sumutpos.

“Sedang dikaji Paling bagus nanti kita atur mungkin seperti ganjil-genap, ini yang akan kita evaluasi,” katanya menjawab wartawan, Senin (25/10).

Diakui Edy, rencana penerapan pelarangan kendaraan tonase tinggi semisal setiap akhir pekan atau Minggu di ruas Medan-Berastagi, sangat dilematis dilakukan saat ini. “Dilema itu ya, karena truk-truk ini kan yang membawa logistik pertanian. Kedua mereka menurunkan logistik. Kalau itu tak boleh tak kita jalankan, nanti jadi persoalan. Tetapi kalau itu kita jalankan, itu daerah pariwisata. Nanti terganggulah semua,” katanya.

Di samping mempertimbangkan skema ganjil-genap, Gubsu menyebut saat ini tengah dilakukan pelebaran jalan pada ruas tersebut. Katanya, ke depan bakal dilakukan juga penguatan tebing-tebing di sepanjang jalur Medan-Berastagi untuk mencegah longsor.

“Itu kan dilebarkan, jalan itu diperkeras, diperkuat. Inilah ada perbaikan-perbaikan tanah, rute infrastruktur yang dari sini menuju Berastagi. Memang itu belum sempurna, tau-tau hujan seperti itu hingga longsor dia,” pungkasnya.

Belum Dianggarkan

Anggota Komisi D DPRD Sumut, Mangapul Purba menyatakan, perkembangan terbaru atas wacana pembangunan jalan tol/jalan layang Medan-Berastagi, belum dianggarkan melalui APBN. “Terakhir kita kunjungan ke Kementerian PUPR masih sebatas usulan, yang sudah dan sedang berjalan dikerjakan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional adalah, pelebaran di beberapa titik yang rawan macet. Sampai hari ini masih sampai di situ,” katanya.

Kata dia, soal realisasi jalan tol masih membutuhkan kajian komprehensif, sebab selain kesiapan anggaran, juga faktor topografi wilayah pegunungan yang didominasi tebing di sana. “Maka jalan tolnya juga kan bukan tol biasa, lebih dominan harus seperti tol layang,” ungkapnya.

Begitupun, sebut Mangapul, saat ini yang harus dilakukan ialah pemetaan wilayah yang rawan longsor kemudian melakukan penanganan dini terhadap titik-titik tersebut supaya tidak terjadi longsor. “Lalu perlu dibuatkan pos siaga yang bisa memberi kode siaga ketika cuaca tidak baik, misalnya papan board seperti di jalan tol,” pungkasnya.

Kolega Mangapul di Komisi D, Yahdi Khoir Harahap juga menguatkan, perlu segera dilakukan upaya-upaya strategis agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Sebab wilayah itu sangat rawan terjadi bencana alam tanah longsor.

“Daerah itu memang rawan longsor dan lokasinya di titik itu-itu juga. Jadi, harus ada langkah serius yang dilakukan khususnya di ruas jalan tersebut sebagai upaya agar ruas itu aman dan nyaman bagi keselamatan masyarakat pengguna jalan,” katanya.

Ia menyebut ada beberapa solusi misalnya, membangun jalan alternatif menghindari jalur dimaksud. Lalu membangun jalan layang dan melebarkan dengan mengikis tebing sekaligus melakukan inforcement/penguatan tebing pada jalur tersebut.

Paling krusial yakni, menurut Yahdi, mewujudkan jalan tol Medan-Berastagi. “Memang semua alternatif tersebut membutuhkan biaya besar, tapi kan harus ada langkah-langkah serius dan konkret sebagai upaya untuk mewujudkannya,” ujarnya.

Pihak-pihak terkait ia minta harus melakukan studi komprehensif terhadap alternatif-alternatif itu. Apalagi ruas jalan itu adalah jalur vital menuju kawasan wisata dan penghasil utama sayur dan buah untuk Sumut. “Sementara merumuskan alternatif yang tepat, langkah temporer perlu segera dilakukan dengan melakukan penguatan-penguatan pada sisi tebing yang rawan longsor yang secara teknis tentu pihak terkait lebih memahaminya. Yang jelas jangan dibiarkan nyawa sia-sia terus berjatuhan di lokasi sekitar PDAM Tirtanadi dan lokasi lainnya yang rawan longsor. Kejadian tersebut yang sudah berulangkali terjadi. Jalur Medan-Berastagi juga adalah jalur yang ramai dan padat yang sering terjadi kemacetan,” pungkasnya. (prn)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Selain dibutuhkan percepatan pembangunan jalan tol atau jalan layang, ruas Medan-Berastagi sedang dikaji agar diberlakukan ganjil-genap untuk kendaraan berat atau tonase tinggi, yang kerap melintas jalur tersebut. Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi mengaku tengah mengkaji kemungkinan skema ganjil-genap nomor kendaraan bermotor yang diperkenankan melalui jalan menuju objek wisata itu.

PELEBARAN: Sejumlah kendaraan melintas di jalur Medan-Berastagi yang sedang proses pengerjaan pelebaran di setiap tikungan tajam.istimewa/sumutpos.

“Sedang dikaji Paling bagus nanti kita atur mungkin seperti ganjil-genap, ini yang akan kita evaluasi,” katanya menjawab wartawan, Senin (25/10).

Diakui Edy, rencana penerapan pelarangan kendaraan tonase tinggi semisal setiap akhir pekan atau Minggu di ruas Medan-Berastagi, sangat dilematis dilakukan saat ini. “Dilema itu ya, karena truk-truk ini kan yang membawa logistik pertanian. Kedua mereka menurunkan logistik. Kalau itu tak boleh tak kita jalankan, nanti jadi persoalan. Tetapi kalau itu kita jalankan, itu daerah pariwisata. Nanti terganggulah semua,” katanya.

Di samping mempertimbangkan skema ganjil-genap, Gubsu menyebut saat ini tengah dilakukan pelebaran jalan pada ruas tersebut. Katanya, ke depan bakal dilakukan juga penguatan tebing-tebing di sepanjang jalur Medan-Berastagi untuk mencegah longsor.

“Itu kan dilebarkan, jalan itu diperkeras, diperkuat. Inilah ada perbaikan-perbaikan tanah, rute infrastruktur yang dari sini menuju Berastagi. Memang itu belum sempurna, tau-tau hujan seperti itu hingga longsor dia,” pungkasnya.

Belum Dianggarkan

Anggota Komisi D DPRD Sumut, Mangapul Purba menyatakan, perkembangan terbaru atas wacana pembangunan jalan tol/jalan layang Medan-Berastagi, belum dianggarkan melalui APBN. “Terakhir kita kunjungan ke Kementerian PUPR masih sebatas usulan, yang sudah dan sedang berjalan dikerjakan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional adalah, pelebaran di beberapa titik yang rawan macet. Sampai hari ini masih sampai di situ,” katanya.

Kata dia, soal realisasi jalan tol masih membutuhkan kajian komprehensif, sebab selain kesiapan anggaran, juga faktor topografi wilayah pegunungan yang didominasi tebing di sana. “Maka jalan tolnya juga kan bukan tol biasa, lebih dominan harus seperti tol layang,” ungkapnya.

Begitupun, sebut Mangapul, saat ini yang harus dilakukan ialah pemetaan wilayah yang rawan longsor kemudian melakukan penanganan dini terhadap titik-titik tersebut supaya tidak terjadi longsor. “Lalu perlu dibuatkan pos siaga yang bisa memberi kode siaga ketika cuaca tidak baik, misalnya papan board seperti di jalan tol,” pungkasnya.

Kolega Mangapul di Komisi D, Yahdi Khoir Harahap juga menguatkan, perlu segera dilakukan upaya-upaya strategis agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Sebab wilayah itu sangat rawan terjadi bencana alam tanah longsor.

“Daerah itu memang rawan longsor dan lokasinya di titik itu-itu juga. Jadi, harus ada langkah serius yang dilakukan khususnya di ruas jalan tersebut sebagai upaya agar ruas itu aman dan nyaman bagi keselamatan masyarakat pengguna jalan,” katanya.

Ia menyebut ada beberapa solusi misalnya, membangun jalan alternatif menghindari jalur dimaksud. Lalu membangun jalan layang dan melebarkan dengan mengikis tebing sekaligus melakukan inforcement/penguatan tebing pada jalur tersebut.

Paling krusial yakni, menurut Yahdi, mewujudkan jalan tol Medan-Berastagi. “Memang semua alternatif tersebut membutuhkan biaya besar, tapi kan harus ada langkah-langkah serius dan konkret sebagai upaya untuk mewujudkannya,” ujarnya.

Pihak-pihak terkait ia minta harus melakukan studi komprehensif terhadap alternatif-alternatif itu. Apalagi ruas jalan itu adalah jalur vital menuju kawasan wisata dan penghasil utama sayur dan buah untuk Sumut. “Sementara merumuskan alternatif yang tepat, langkah temporer perlu segera dilakukan dengan melakukan penguatan-penguatan pada sisi tebing yang rawan longsor yang secara teknis tentu pihak terkait lebih memahaminya. Yang jelas jangan dibiarkan nyawa sia-sia terus berjatuhan di lokasi sekitar PDAM Tirtanadi dan lokasi lainnya yang rawan longsor. Kejadian tersebut yang sudah berulangkali terjadi. Jalur Medan-Berastagi juga adalah jalur yang ramai dan padat yang sering terjadi kemacetan,” pungkasnya. (prn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/