29 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Jalan Negara Diblokir Selama 21 Jam

TAPSEL, SUMUTPOS.CO -Bentrok antarkampung di Tapanuli Selatan (Tapsel) berbuntut panjang. Setelah pihak Polres Tapsel menangkap puluhan warga yang terlibat bentrok tersebut, warga langsung protes. Mereka menutup jalan negara atau Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) antara Tapsel ke Kabupaten Mandailing (Madina) selama 21 jam!

BLOKIR: Warga Desa Tolangjae memblokir jalan dengan membakar ban, mendirikan tenda sampai memasak di tengah jalan.//Oryza Pasaribu/metro tabagsel/smg/jpnn
BLOKIR: Warga Desa Tolangjae memblokir jalan dengan membakar ban, mendirikan tenda sampai memasak di tengah jalan.//Oryza Pasaribu/metro tabagsel/smg/jpnn

Adalah sekitar seribuan warga dari 3 desa yaitu Tolangjae, Sipangegodang, dan Sipangejulu Kecamatan Sayurmatinggi Tapsel, mulai Selasa (24/12) sekitar pukul 19.00 WIB, yang memblokir jalan tersebut. Warga meletakkan meja, kursi, teratak (tenda), membakar ban bekas, hingga memasak di tengah jalan. Aksi tersebut adalah buntut dari penangkapan 62 warga yang diduga telah melakukan pembakaran terhadap 10 rumah (7 hangus terbakar dan 3 hanya pada bagian dapur) di Dusun Adian Goti beberapa waktu lalu. Mereka menuntut kepada pihak terkait untuk membebaskan semuanya.

Tak pelak pemblokiran jalan negara ini membuat arus lalu lintas lumpuh total. Dan, Rabu (25/12) sekitar pukul 15.30 WIB, setelah dilakukan mediasi yang alot, warga akhirnya membuka jalan dan kendaraan pun dapat melintas.

Laporan Metro Tabagsel (grup Sumut Pos), pada Selasa (24/12) sekitar pukul 19.30 WIB warga yang memblokir jalan didominasi oleh kaum ibu dan anak-anak. Mereka merupakan pihak yang sangat menginginkan anak, abang, suami, dan orangtuanya dibebaskan. Warga yang kesal mulanya menutup jalan di perbatasan Desa Tolangjae di dekat Jembatan Sungai Batang Angkola untuk menghalau kendaraan yang datang dari arah Tapsel menuju Madina. Mengetahui hal tersebut, puluhan petugas dari Polres Tapsel dan dibantu oleh pihak TNI setempat langsung melakukan pengamanan dengan membuat pagar betis persis di depan para warga yang kebanyakan dari kaum ibu dan anak-anak tersebut.

“Kami minta keluarga kami dibebaskan kalau tidak kami tidak akan membuka jalan ini,” teriak warga kepada petugas sambil membakar ban persis di tengah badan jalan.

Sementara itu, sekitar 15 petugas pengendali massa, yang berada di bagian depan, lengkap dengan tongkat dan tameng tetap bertahan sambil berdiri untuk mengantisipasi keributan.

“Kalau keluarga kami tidak dibebaskan malam ini, kami akan terus melakukannya terus sampai dibebaskan. Kami tidak mau hanya sebagian saja. Kami mau semuanya dibebaskan malam ini juga baru kami buka jalan ini,” kata kaum ibu-ibu serentak yang berada di barisan paling depan.

Hampir 4 jam warga dan petugas saling berdiri, sekitar pukul 22.00 WIB, Kapolres Tapsel AKBP Abdul Rizal AE datang dan mencoba melakukan mediasi dengan warga melalui sejumlah tokoh masyarakat. Namun hasilnya sama, warga tetap ngotot meminta agar keluarga mereka yang ditahan dibebaskan. Karena belum ada solusi yang pas, selanjutnya Kapolres Tapsel pergi meninggalkan kerumunan warga yang sudah mulai terlihat panas.

“Mana ban-nya… bakar lagi, biar sampai besok pun tidak apa-apa kita di sini,” teriak warga malam itu sembari memasang teratak tepat di tengah jembatan yang menjadi pembatas antara Desa Tolangjae dan Desa Tolangjulu.

R Boru Pulungan (50) seorang warga yang ikut melakukan aksi dan berada di barisan paling depan mengatakan pihak berwajib seenaknya saja melakukan penangkapan terhadap keluarganya. “Saya ingin anak saya dibebaskan karena dia tulang punggung kami di rumah. Kalau dia ditahan, siapa lagi yang ngasih kami makan,” ujar Boru Pulungan sambil menunjuk kearah petugas.

Boru Pulungan juga mengatakan, akibat dari peristiwa itu banyak warga di desanya takut untuk bekerja sebab kebun karet yang sehari-hari mereka garap terletak di hutan yang juga berdekatan dengan pemukiman warga Dusun Adian Goti.

“Dan kami juga minta kepada warga Dusun Adian Goti yang masih berada di atas untuk turun dari gunung dan pindah. Kami tidak mau peristiwa kemarin terjadi kembali, gara-gara ini banyak warga yang jadi takut untuk pergi ke kebun,” sambungya.

Warga Medan Terpaksa Nginap di Sidimpuan.

Hari semakin larut malam, namun warga tetap enggan untuk membubarkan diri, malah mereka semakin semangat. “Ayo bakar lagi bannya, tambah lagi,” teriak mereka.

Anehnya, sekitar pukul 23.00 WIB, puluhan petugas yang sudah hampir 4 Jam berdiri, tiba-tiba seperti mendapat instruksi dan berbalik arah meninggalkan para warga dengan mengendarai 2 unit mobil Dalmas menuju arah Desa Sipangegodang. Rupanya diketahui, di desa tersebut dan juga Desa Sipangekulu, ratusan warga sudah melakukan aksi yang sama seperti yang dilakukan warga di Desa Tolangjae.

“Informasinya warga di sana juga sudah memblokir jalan dan membakar ban, perintahnya kami mau mengamankan di sana,” ujar beberapa petugas dan langsung meninggalkan Desa Tolangjae.

Ketika dikejar ke lokasi yang dimaksud, apa yang terjadi persis sama dengan di Desa Tolangjae. Ratusan warga di Desa Sipangejulu dan Sipangegodang sudah membakar ban dan memblokir jalan dari arah Tapsel menuju Madina.

“Ini bentuk kesetiakawanan kami, sebab ada 2 warga kami yang juga ditahan di Polres Tapsel, kami minta dibebaskan,” ujar warga.

Di tempat ini, petugas sempat menghalau warga. Namun warga terus melakukan pembakaran dan pemblokiran sambil meletakkan kursi, meja, dan sopo-sopo ke tengah jalan. Malam itu juga, Jalinsum yang menghubungkan Tapsel dan Madina lumpuh total.

“Saya mau ke Padang, bawa keluarga liburan. Lihat ada aksi bakar-bakar itu keluarga saya jadi takut, biarlah kami putar balik saja,” ujar Amin (35) warga Medan yang akhirnya memutuskan untuk menginap di Kota Padangsidimpuan sambil menunggu jalan untuk dibuka.

Berbeda dengan Nafiq (40) warga Kecamatan Patumbak,  Deliserdang mengaku sudah tertahan selama 4 jam di Desa Sipangekulu. Rencananya ia bersama rekannya menuju Natal karena ada hal penting yang harus dikejar. “Enggak apa-apalah Pak, kami tunggu saja sampai bisa jalan. Mau balik tanggung, soalnya uang dikantong tidak mencukupi,” tukasnya.

Keesokan harinya, Rabu (25/12), warga Desa Sipangejulu, Sipangegodang dan Tolangjae, masih melakukan aksi pembakaran. Bahkan, para warga sampai memasak dengan menggunakan tungku besar di tengah Jalan dan dilapis dengan barisan ban-ban di bagian depan.

Tepat pukul 12.00 WIB, Wakil Bupati Aldinz Rapollo Siregar, Kapolres Tapsel AKBP Abdul Rizal AE, sejumlah anggota TNI dan polri, anggota DPRD Tapsel bersama tokoh masyarakat melakukan mediasi. Mulanya mereka mendatangi Desa Sipangejulu dan berbicara dengan sejumlah tokoh masyarakat di sana. Hasilnya warga setuju. Tak lama kemudian mereka membuka jalan dengan memindahkan sopo-sopo, meja, dan kursi. Mereka juga membersihkan jalan yang masih terlihat sisa-sisa bakaran.

“Ayo angkat, angkat.. bersihkan jalan, bersihkan,” teriak warga bersama petugas.

Selanjutnya, dengan berjalan kaki sekitar 100 meter, para Muspida tiba di Desa Sipangegodang. Di tempat ini mereka sudah disambut dengan kerumunan warga yang juga menutup jalan dengan menggunakan kursi-kursi dan dan sopo-sopo. “Apa jaminannya kalau warga kami bisa dibebaskan, jangan-jangan hanya rekayasa kalian saja, kami tidak mau,” teriak warga kepada unsur Muspida yang ada.

Mediasi berjalan cukup alot, hampir mencapai 2 jam dan waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB, namun belum ada tanda-tanda kalau warga berniat mau membuka jalan. Akhirnya, pihak Muspida pun berbalik arah, dan kembali menuju Polsek Pintu Padang di Kecamatan Batangangkola.

Di tempat ini, bersama dengan beberapa orang warga dan tokoh masyarakat, 2 orang anggota DPRD Tapsel yang diketahui bernama Ali Imran Hasibuan dan Asgul Idihan Dalimunthe, mencoba merundingkan bagaimana jalan terbaiknya. Di saat yang bersamaan, sudah ribuan kendaraan yang mengantre dan menunggu jalan dibuka hampir 20  jam. Akhirnya sekitar pukul 15.30 WIB, pihak Polres Tapsel bersama sejumlah unsur Muspida membuat sebuah kesepakatan yaitu mengeluarkan semua tahanan dengan catatan apabila diperlukan untuk pemeriksaan para warga tersebut harus bersedia datang. Akhirnya mulai dari Desa Sipangegodang sampai Desa Tolangjae, jalan yang sudah ditutup warga selama hampir 21 Jam itu pun dibuka.

Kapolres Tapsel AKBP Abdul Rizal AE mengatakan, sampai saat ini sudah ada 15 warga dari 62 warga yang sudah dikelurakan dari Polres. Dan masih ada 47 warga lagi yang masih dalam pemeriksaan, namun untuk demi kemanan bersama 47 orang tersebut rencananya akan dikeluarkan.

“Ada 47 orang yang sudah kita tetapkan sebagai tersangka dengan berbagai jenis perbuatan seperti menghasut, membawa senjata tajam sampai melakukan pembakaran, sedangkan selebihnya sudah kita keluarkan, Selasa (23/12) sore,” tukas Kapolres.

Sebelumnya pada Minggu (22/12), sejumlah warga dari Desa Tolang mendatangi warga di Dusun Adian Goti dan membakar sebuah rumah warga. Tidak terima dengan perlakuan warga dari Desa Tolang, akhirnya warga di Dusun Adian Goti menangkap seorang pelaku pembakaran dan pembacokan. Sebagai aksi balasan, ratusan warga Desa Tolang langsung menyerang Dusun Adian Goti.

Menurut Kapolres, jauh sebelum peristiwa itu terjadi, warga di 7 desa yaitu TolangJulu, Tolangjae, Sipangegodang, Sipangejulu, Sialang, Bange, dan Batugodang/Aekraja menolak keberadaan warga yang bermukim di Dusun Adian Goti, yang berada tepat di atas desa mereka. Alasannya, selama ini warga di Dusun Adian Goti tersebut, memelihara hewan ternak  dan kotorannya dibuang ke Sungai Batang Angkola yang setiap hari digunakan warga tujuh desa untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, minum, dan mencuci.

Warga 7 desa itu telah meminta pemerintah untuk segera merelokasinya. Atas hal itu, pihak pemerintah setempat dan warga sekitar sudah pernah duduk bersama untuk membahas hal itu. Dan, disepakati warga tujuh desa dilarang untuk main hakim sendiri. “Saya sudah imbau warga tujuh desa yang menolak keberadaan warga di Dusun Adian Goti itu, untuk tidak berbuat melanggar hukum. Kita janji akan segera selesaikan dengan mencari solusi yang terbaik untuk masing-masing pihak,” ujar Kapolres.

“Namun, warga Tolangjae tidak sabar dan melakukan penyerangan terhadap warga Adian Goti. Sehingga warga di sana membalas dan menganiaya salah seorang warga Desa Tolang Jae. Atas kejadian itu, warga Desa Tolang jae kembali melakukan aksi dengan menyerang dan membakar tempat tinggal warga di sana,” jelas Kapolres.(yza/smg/rbb)

TAPSEL, SUMUTPOS.CO -Bentrok antarkampung di Tapanuli Selatan (Tapsel) berbuntut panjang. Setelah pihak Polres Tapsel menangkap puluhan warga yang terlibat bentrok tersebut, warga langsung protes. Mereka menutup jalan negara atau Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) antara Tapsel ke Kabupaten Mandailing (Madina) selama 21 jam!

BLOKIR: Warga Desa Tolangjae memblokir jalan dengan membakar ban, mendirikan tenda sampai memasak di tengah jalan.//Oryza Pasaribu/metro tabagsel/smg/jpnn
BLOKIR: Warga Desa Tolangjae memblokir jalan dengan membakar ban, mendirikan tenda sampai memasak di tengah jalan.//Oryza Pasaribu/metro tabagsel/smg/jpnn

Adalah sekitar seribuan warga dari 3 desa yaitu Tolangjae, Sipangegodang, dan Sipangejulu Kecamatan Sayurmatinggi Tapsel, mulai Selasa (24/12) sekitar pukul 19.00 WIB, yang memblokir jalan tersebut. Warga meletakkan meja, kursi, teratak (tenda), membakar ban bekas, hingga memasak di tengah jalan. Aksi tersebut adalah buntut dari penangkapan 62 warga yang diduga telah melakukan pembakaran terhadap 10 rumah (7 hangus terbakar dan 3 hanya pada bagian dapur) di Dusun Adian Goti beberapa waktu lalu. Mereka menuntut kepada pihak terkait untuk membebaskan semuanya.

Tak pelak pemblokiran jalan negara ini membuat arus lalu lintas lumpuh total. Dan, Rabu (25/12) sekitar pukul 15.30 WIB, setelah dilakukan mediasi yang alot, warga akhirnya membuka jalan dan kendaraan pun dapat melintas.

Laporan Metro Tabagsel (grup Sumut Pos), pada Selasa (24/12) sekitar pukul 19.30 WIB warga yang memblokir jalan didominasi oleh kaum ibu dan anak-anak. Mereka merupakan pihak yang sangat menginginkan anak, abang, suami, dan orangtuanya dibebaskan. Warga yang kesal mulanya menutup jalan di perbatasan Desa Tolangjae di dekat Jembatan Sungai Batang Angkola untuk menghalau kendaraan yang datang dari arah Tapsel menuju Madina. Mengetahui hal tersebut, puluhan petugas dari Polres Tapsel dan dibantu oleh pihak TNI setempat langsung melakukan pengamanan dengan membuat pagar betis persis di depan para warga yang kebanyakan dari kaum ibu dan anak-anak tersebut.

“Kami minta keluarga kami dibebaskan kalau tidak kami tidak akan membuka jalan ini,” teriak warga kepada petugas sambil membakar ban persis di tengah badan jalan.

Sementara itu, sekitar 15 petugas pengendali massa, yang berada di bagian depan, lengkap dengan tongkat dan tameng tetap bertahan sambil berdiri untuk mengantisipasi keributan.

“Kalau keluarga kami tidak dibebaskan malam ini, kami akan terus melakukannya terus sampai dibebaskan. Kami tidak mau hanya sebagian saja. Kami mau semuanya dibebaskan malam ini juga baru kami buka jalan ini,” kata kaum ibu-ibu serentak yang berada di barisan paling depan.

Hampir 4 jam warga dan petugas saling berdiri, sekitar pukul 22.00 WIB, Kapolres Tapsel AKBP Abdul Rizal AE datang dan mencoba melakukan mediasi dengan warga melalui sejumlah tokoh masyarakat. Namun hasilnya sama, warga tetap ngotot meminta agar keluarga mereka yang ditahan dibebaskan. Karena belum ada solusi yang pas, selanjutnya Kapolres Tapsel pergi meninggalkan kerumunan warga yang sudah mulai terlihat panas.

“Mana ban-nya… bakar lagi, biar sampai besok pun tidak apa-apa kita di sini,” teriak warga malam itu sembari memasang teratak tepat di tengah jembatan yang menjadi pembatas antara Desa Tolangjae dan Desa Tolangjulu.

R Boru Pulungan (50) seorang warga yang ikut melakukan aksi dan berada di barisan paling depan mengatakan pihak berwajib seenaknya saja melakukan penangkapan terhadap keluarganya. “Saya ingin anak saya dibebaskan karena dia tulang punggung kami di rumah. Kalau dia ditahan, siapa lagi yang ngasih kami makan,” ujar Boru Pulungan sambil menunjuk kearah petugas.

Boru Pulungan juga mengatakan, akibat dari peristiwa itu banyak warga di desanya takut untuk bekerja sebab kebun karet yang sehari-hari mereka garap terletak di hutan yang juga berdekatan dengan pemukiman warga Dusun Adian Goti.

“Dan kami juga minta kepada warga Dusun Adian Goti yang masih berada di atas untuk turun dari gunung dan pindah. Kami tidak mau peristiwa kemarin terjadi kembali, gara-gara ini banyak warga yang jadi takut untuk pergi ke kebun,” sambungya.

Warga Medan Terpaksa Nginap di Sidimpuan.

Hari semakin larut malam, namun warga tetap enggan untuk membubarkan diri, malah mereka semakin semangat. “Ayo bakar lagi bannya, tambah lagi,” teriak mereka.

Anehnya, sekitar pukul 23.00 WIB, puluhan petugas yang sudah hampir 4 Jam berdiri, tiba-tiba seperti mendapat instruksi dan berbalik arah meninggalkan para warga dengan mengendarai 2 unit mobil Dalmas menuju arah Desa Sipangegodang. Rupanya diketahui, di desa tersebut dan juga Desa Sipangekulu, ratusan warga sudah melakukan aksi yang sama seperti yang dilakukan warga di Desa Tolangjae.

“Informasinya warga di sana juga sudah memblokir jalan dan membakar ban, perintahnya kami mau mengamankan di sana,” ujar beberapa petugas dan langsung meninggalkan Desa Tolangjae.

Ketika dikejar ke lokasi yang dimaksud, apa yang terjadi persis sama dengan di Desa Tolangjae. Ratusan warga di Desa Sipangejulu dan Sipangegodang sudah membakar ban dan memblokir jalan dari arah Tapsel menuju Madina.

“Ini bentuk kesetiakawanan kami, sebab ada 2 warga kami yang juga ditahan di Polres Tapsel, kami minta dibebaskan,” ujar warga.

Di tempat ini, petugas sempat menghalau warga. Namun warga terus melakukan pembakaran dan pemblokiran sambil meletakkan kursi, meja, dan sopo-sopo ke tengah jalan. Malam itu juga, Jalinsum yang menghubungkan Tapsel dan Madina lumpuh total.

“Saya mau ke Padang, bawa keluarga liburan. Lihat ada aksi bakar-bakar itu keluarga saya jadi takut, biarlah kami putar balik saja,” ujar Amin (35) warga Medan yang akhirnya memutuskan untuk menginap di Kota Padangsidimpuan sambil menunggu jalan untuk dibuka.

Berbeda dengan Nafiq (40) warga Kecamatan Patumbak,  Deliserdang mengaku sudah tertahan selama 4 jam di Desa Sipangekulu. Rencananya ia bersama rekannya menuju Natal karena ada hal penting yang harus dikejar. “Enggak apa-apalah Pak, kami tunggu saja sampai bisa jalan. Mau balik tanggung, soalnya uang dikantong tidak mencukupi,” tukasnya.

Keesokan harinya, Rabu (25/12), warga Desa Sipangejulu, Sipangegodang dan Tolangjae, masih melakukan aksi pembakaran. Bahkan, para warga sampai memasak dengan menggunakan tungku besar di tengah Jalan dan dilapis dengan barisan ban-ban di bagian depan.

Tepat pukul 12.00 WIB, Wakil Bupati Aldinz Rapollo Siregar, Kapolres Tapsel AKBP Abdul Rizal AE, sejumlah anggota TNI dan polri, anggota DPRD Tapsel bersama tokoh masyarakat melakukan mediasi. Mulanya mereka mendatangi Desa Sipangejulu dan berbicara dengan sejumlah tokoh masyarakat di sana. Hasilnya warga setuju. Tak lama kemudian mereka membuka jalan dengan memindahkan sopo-sopo, meja, dan kursi. Mereka juga membersihkan jalan yang masih terlihat sisa-sisa bakaran.

“Ayo angkat, angkat.. bersihkan jalan, bersihkan,” teriak warga bersama petugas.

Selanjutnya, dengan berjalan kaki sekitar 100 meter, para Muspida tiba di Desa Sipangegodang. Di tempat ini mereka sudah disambut dengan kerumunan warga yang juga menutup jalan dengan menggunakan kursi-kursi dan dan sopo-sopo. “Apa jaminannya kalau warga kami bisa dibebaskan, jangan-jangan hanya rekayasa kalian saja, kami tidak mau,” teriak warga kepada unsur Muspida yang ada.

Mediasi berjalan cukup alot, hampir mencapai 2 jam dan waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB, namun belum ada tanda-tanda kalau warga berniat mau membuka jalan. Akhirnya, pihak Muspida pun berbalik arah, dan kembali menuju Polsek Pintu Padang di Kecamatan Batangangkola.

Di tempat ini, bersama dengan beberapa orang warga dan tokoh masyarakat, 2 orang anggota DPRD Tapsel yang diketahui bernama Ali Imran Hasibuan dan Asgul Idihan Dalimunthe, mencoba merundingkan bagaimana jalan terbaiknya. Di saat yang bersamaan, sudah ribuan kendaraan yang mengantre dan menunggu jalan dibuka hampir 20  jam. Akhirnya sekitar pukul 15.30 WIB, pihak Polres Tapsel bersama sejumlah unsur Muspida membuat sebuah kesepakatan yaitu mengeluarkan semua tahanan dengan catatan apabila diperlukan untuk pemeriksaan para warga tersebut harus bersedia datang. Akhirnya mulai dari Desa Sipangegodang sampai Desa Tolangjae, jalan yang sudah ditutup warga selama hampir 21 Jam itu pun dibuka.

Kapolres Tapsel AKBP Abdul Rizal AE mengatakan, sampai saat ini sudah ada 15 warga dari 62 warga yang sudah dikelurakan dari Polres. Dan masih ada 47 warga lagi yang masih dalam pemeriksaan, namun untuk demi kemanan bersama 47 orang tersebut rencananya akan dikeluarkan.

“Ada 47 orang yang sudah kita tetapkan sebagai tersangka dengan berbagai jenis perbuatan seperti menghasut, membawa senjata tajam sampai melakukan pembakaran, sedangkan selebihnya sudah kita keluarkan, Selasa (23/12) sore,” tukas Kapolres.

Sebelumnya pada Minggu (22/12), sejumlah warga dari Desa Tolang mendatangi warga di Dusun Adian Goti dan membakar sebuah rumah warga. Tidak terima dengan perlakuan warga dari Desa Tolang, akhirnya warga di Dusun Adian Goti menangkap seorang pelaku pembakaran dan pembacokan. Sebagai aksi balasan, ratusan warga Desa Tolang langsung menyerang Dusun Adian Goti.

Menurut Kapolres, jauh sebelum peristiwa itu terjadi, warga di 7 desa yaitu TolangJulu, Tolangjae, Sipangegodang, Sipangejulu, Sialang, Bange, dan Batugodang/Aekraja menolak keberadaan warga yang bermukim di Dusun Adian Goti, yang berada tepat di atas desa mereka. Alasannya, selama ini warga di Dusun Adian Goti tersebut, memelihara hewan ternak  dan kotorannya dibuang ke Sungai Batang Angkola yang setiap hari digunakan warga tujuh desa untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, minum, dan mencuci.

Warga 7 desa itu telah meminta pemerintah untuk segera merelokasinya. Atas hal itu, pihak pemerintah setempat dan warga sekitar sudah pernah duduk bersama untuk membahas hal itu. Dan, disepakati warga tujuh desa dilarang untuk main hakim sendiri. “Saya sudah imbau warga tujuh desa yang menolak keberadaan warga di Dusun Adian Goti itu, untuk tidak berbuat melanggar hukum. Kita janji akan segera selesaikan dengan mencari solusi yang terbaik untuk masing-masing pihak,” ujar Kapolres.

“Namun, warga Tolangjae tidak sabar dan melakukan penyerangan terhadap warga Adian Goti. Sehingga warga di sana membalas dan menganiaya salah seorang warga Desa Tolang Jae. Atas kejadian itu, warga Desa Tolang jae kembali melakukan aksi dengan menyerang dan membakar tempat tinggal warga di sana,” jelas Kapolres.(yza/smg/rbb)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/