27.8 C
Medan
Wednesday, June 5, 2024

Tunggurono Mencekam, Kapolda-Warga Tegang Urat

Terkait Lahan Eks HGU PTPN 2 Sei Semayang

BINJAI-Persoalan lahan eks Hak Guna Usaha (HGU) PTPN 2 Sei Semayang, yang sampai saat ini belum juga dapat diselesaikan oleh intansi terkait, membuat situasi di Kelurahan Tunggurono, Kecamatan Binjai Timur mencekam, Kamis (27/10).

Mencekamnya situasi di Kelurahan Tunggurono itu, setelah dua kelompok tani Setia Kawan dan Anugrah Tunggurono, mendapat informasi akan ada pembersihan lahan dan posko warga yang dilakukan pihak PTPN 2 Sei Semayang.
Parlin S, selaku ketua kelompok tani Setia Kawan dan Samsul Bahri, ketua kelompok tani Anugrah Tunggurono, mempersiapkan diri dengan mengumpulkan ratusan masyarakat tani, guna mencegah okupasi yang dilakukan pihak PTPN 2.

Parlin menegaskan, masyarakat tani tidak ingin kejadian sebelumnaya terulang, sekitar 800-an massa PTPN 2 menyerang masyarakat tani. Akibatnya, sejumlah masyarakat tani dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka-luka.

Sejak pukul 08.00 WIB, ratusan masyarakat tani ini menunggu di persimpangan Jalan Gajah Mada, Kecamatan Binjai Timur. Namun, setelah ditunggu hingga pukul 12.00 WIB, tidak ada tanda-tanda kehadiran pihak PTPN 2 untuk melakukan okupasi.

Meskipun begitu, masyarakat tani tetap siaga. Kabar, sebuah sepeda motor dibakar, membuat ratusan masyarakat tani kembali bersiap. Mereka bersenjata babmbu runcing, panah, parang, dan batu serta alat-alat lainnya. Tidak tampak petugas kepolisian, baik dari Polsek Binjai Timur, mapun Polres Binjai.

Melihat situasi semakin tegang, sementara polisi tidak berada di lokasi, warga bernama J Siregar menghubungi nomor posel Kapoldasu, Inspektur Jenderal Wisjnu Amat Sastro.

“Disana ada Kapolsek, dan Kapolres. Jadi hubungi saja mereka, jangan semuanya saya,” ujar Kapolda via seluler J Siregar yang memakai pengeras suara internal (speaker).

Menanggapi jawaban Kapoldasu, J Siregar menjadi emosi. Sehingga terjadi tegang urat Kapoldasu dan dirinya. “Bapak tidak bisa bicara seperti itu. Saya warga, kepada siapa saja boleh membuat laporan. Bapak yang seharunya menghubungi anggota bapak. Dan gaji bapak sendiri masyarakat yang membayar. Jangan ngomong seperti itu,” tegas J Siregar sembari mematikan selulernya.

Berselang bebarapa menit, akhirnya Kapoldasu kembali menghubungi J Siregar. Dalam pembicaraan yang kedua ini, Kapoldasu mengaku sudah menghubungi Kapolresnya untuk melakukan pengamanan. “Saya sudah hubungi Kapolres, dan sebentar lagi mereka akan turun. Jadi saya imbau, jika nanti Kapolres ambil tindakan saat terjadi bentrok, hubungi saya. Agar saya dapat memberikan tindakan,” ujar Kapoldasu via seluler J Siregar.

Tak lama kemudian, sejumlah personel Polres Binjai tampak turun dengan menggunakan pakian preman. Tak berapa lama, Kapolres Binjai, AKBP Dra Rina Sari Ginting turun bersama ajudannya. Setelah itu, disusul dengan Kasat Reskrim, Waka Polres, serta puluhan personil Polres Binjai.

Situsai akhirnya tampak tenang. Masyarakat tani yang tadinya sudah siap siaga, disarankan untuk menyimpan sajam yang dibawa dan diarahkan untuk tidak berada di jalan. Satu persatu masyarakat meninggalkan lokasi. Sehingga, Kapolres Binjai juga tampak meninggalkan lokasi. Sementara, sejumlah personel lainnya tetap disiagakan untuk memantau lokasi.(dan)

Terkait Lahan Eks HGU PTPN 2 Sei Semayang

BINJAI-Persoalan lahan eks Hak Guna Usaha (HGU) PTPN 2 Sei Semayang, yang sampai saat ini belum juga dapat diselesaikan oleh intansi terkait, membuat situasi di Kelurahan Tunggurono, Kecamatan Binjai Timur mencekam, Kamis (27/10).

Mencekamnya situasi di Kelurahan Tunggurono itu, setelah dua kelompok tani Setia Kawan dan Anugrah Tunggurono, mendapat informasi akan ada pembersihan lahan dan posko warga yang dilakukan pihak PTPN 2 Sei Semayang.
Parlin S, selaku ketua kelompok tani Setia Kawan dan Samsul Bahri, ketua kelompok tani Anugrah Tunggurono, mempersiapkan diri dengan mengumpulkan ratusan masyarakat tani, guna mencegah okupasi yang dilakukan pihak PTPN 2.

Parlin menegaskan, masyarakat tani tidak ingin kejadian sebelumnaya terulang, sekitar 800-an massa PTPN 2 menyerang masyarakat tani. Akibatnya, sejumlah masyarakat tani dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka-luka.

Sejak pukul 08.00 WIB, ratusan masyarakat tani ini menunggu di persimpangan Jalan Gajah Mada, Kecamatan Binjai Timur. Namun, setelah ditunggu hingga pukul 12.00 WIB, tidak ada tanda-tanda kehadiran pihak PTPN 2 untuk melakukan okupasi.

Meskipun begitu, masyarakat tani tetap siaga. Kabar, sebuah sepeda motor dibakar, membuat ratusan masyarakat tani kembali bersiap. Mereka bersenjata babmbu runcing, panah, parang, dan batu serta alat-alat lainnya. Tidak tampak petugas kepolisian, baik dari Polsek Binjai Timur, mapun Polres Binjai.

Melihat situasi semakin tegang, sementara polisi tidak berada di lokasi, warga bernama J Siregar menghubungi nomor posel Kapoldasu, Inspektur Jenderal Wisjnu Amat Sastro.

“Disana ada Kapolsek, dan Kapolres. Jadi hubungi saja mereka, jangan semuanya saya,” ujar Kapolda via seluler J Siregar yang memakai pengeras suara internal (speaker).

Menanggapi jawaban Kapoldasu, J Siregar menjadi emosi. Sehingga terjadi tegang urat Kapoldasu dan dirinya. “Bapak tidak bisa bicara seperti itu. Saya warga, kepada siapa saja boleh membuat laporan. Bapak yang seharunya menghubungi anggota bapak. Dan gaji bapak sendiri masyarakat yang membayar. Jangan ngomong seperti itu,” tegas J Siregar sembari mematikan selulernya.

Berselang bebarapa menit, akhirnya Kapoldasu kembali menghubungi J Siregar. Dalam pembicaraan yang kedua ini, Kapoldasu mengaku sudah menghubungi Kapolresnya untuk melakukan pengamanan. “Saya sudah hubungi Kapolres, dan sebentar lagi mereka akan turun. Jadi saya imbau, jika nanti Kapolres ambil tindakan saat terjadi bentrok, hubungi saya. Agar saya dapat memberikan tindakan,” ujar Kapoldasu via seluler J Siregar.

Tak lama kemudian, sejumlah personel Polres Binjai tampak turun dengan menggunakan pakian preman. Tak berapa lama, Kapolres Binjai, AKBP Dra Rina Sari Ginting turun bersama ajudannya. Setelah itu, disusul dengan Kasat Reskrim, Waka Polres, serta puluhan personil Polres Binjai.

Situsai akhirnya tampak tenang. Masyarakat tani yang tadinya sudah siap siaga, disarankan untuk menyimpan sajam yang dibawa dan diarahkan untuk tidak berada di jalan. Satu persatu masyarakat meninggalkan lokasi. Sehingga, Kapolres Binjai juga tampak meninggalkan lokasi. Sementara, sejumlah personel lainnya tetap disiagakan untuk memantau lokasi.(dan)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/