Site icon SumutPos

Eramas vs Djoss Saling Mengungguli

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
PASLON_Kedua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumut yakni Edy Rahmayadi- Musa Rajeckshah (kanan) dan Djarot Saiful Hidayat- Sihar Sitorus (kiri) bergandengan tangan usai pencabutan nomor urut Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut 2018 di Hotel Grand Mercure Medan, Selasa (13/2) Pasangan Djarot dan Sihar mendapat nomor urut 2 dan Pasangan Edi Rahmayadi dan Musa Rajeckshah mendapat nomor urut 1 dalam Pilgub Sumut 2018.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Baru-baru ini, dua lembaga survei yakni Indo Barometer dan Center For Election and Political Party (CEPP) USU, merilis hasil survei mereka soal Pilgubsu 2018. Dari kedua hasil survei tersebut, pasangan calon Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Eramas) dan Sjarot Syaiful Hidayat-Sihar Sitorus (Djoss) saling mengungguli.

Dalam survei Indo Barometer yang dilakukan pada 4-10 Februari 2018 dan dirilis pada 23 Maret 2018, pasangan Djoss unggul tipis dengan 26 persen, sementara Eramas 25,8 persen. Sedangkan dalam survei Center For Election and Political Party (CEPP) USU yang dilakukan 3-7 Maret 2018 dan dirilis pada 24 Maret 2018, Eramas unggul di angka 49,3 persen dari Djoss yang ada di angka 34,5 persen.

Menyikapi survei ini, pengamat politik dari USU Agus Suryadi mengatakan, perbedaan hasil survei dari lembaga yang berbeda, bukan berarti menunjukkan ada yang salah dari proses tersebut. Namun mungkin pendekatan metodologi yang berbeda, tergantung masing-masing pihak. “Tetapi pada prinsipnya kalau melihat beberapa kasus Pilkada yang ada, biasanya kalau hanya dua calon dalam kontestasi tersebut, maka persaingannya sangat ketat, sebab head to head,” jelasnya.

Dengan demikian, lanjut Agus, kedua paslon mempunyai peluang yang sama untuk bisa memenangkan pertarungan. Ditambah lagi untuk kasus Pilgub Sumut kali ini, tidak  ada calon petahana. Begitu juga calon yang muncul pun merupakan sosok kontestan yang baru bertarung di Pilkada Sumut.

Sementara praktisi politik Ikhyar Velayati Harahap menilai, survei merupakan kajian ilmiah. “Soal legitimasinya, ya silakan publik menilai. Jikapun ada yang merasa janggal, ya bisa dibantah dengan survei juga. Dan survei Indo Barometer kan sudah terbantahkan dengan rilis survei yang dilakukan CEPP FISIP USU. Namun lagi-lagi, publik yang menjadi penilainya,” kata Ikhyar.

Meski begitu, Ikhyar menilai survei yang dilakukan CEPP USU memiliki validasi dan akurasi yang lebih bisa diterima publik. Alasan pertama, sambung Ketua PKNU Sumut itu, survey CEPP USU lebih aktual karena dilakukan pada Maret 2018 dan dirilis pula pada Maret 2018. “Kalau Indo Barometer yang dirilis 23 Maret 2018 itu kan surveinya dibuat pada awal Februari 2018. Jadi (survei CEPP USU) ya bisa lebih diterima publik,” imbuh Ketua Forum Aktivis 1998 Sumut itu.

Alasan kedua, yakni soal kedudukan lembaga surveinya. “CEPP USU bisa lebih mendapat legitimasi publik karena merupakan lembaga survei kampus negeri. Dan berbasis di Sumatera Utara, bukan Jakarta,” ujar Ikhyar.

Sementara, Ketua Tim Pemenangan pasangan Djarot Syaiful Hidayat-Sihar Sitorus (Djoss), Djumiran Abdi mengatakan, hasil survei tersebut tidak begitu menjadi persoalan bagi mereka. Bahkan dalam posisi yang kalah, pihaknya tidak menanggapi hasil penelitian sementara itu. Sebab baginya, yang terpenting adalah bagaimana seluruh jajaran di timnya bisa bekerja meraih simpati masyarakat pemilih.

“Lombanya kan nanti, pokoknya kita kerja saja, tidak terpengaruh survei-survei itu,” ungkat Djumiran kepada wartawan, Rabu (28/3).

Bahkan untuk hasil survei yang sebelumnya dari lembaga survey di Jakarta yang menempatkan posisi Djoss unggul tipis dari Eramas, pun hal itu tidak menjadi bahan pembahasan khusus bagi jajarannya. Justru setiap hasil survei, menjadi alasan bagi mereka untuk terus bekerja dan meningkatkan peluang mendapatkan dukungan dari rakyat Sumut.

“Nanti habis tenaga kita di situ. Padahal dibahas pun, tidak bertambah suara kita. Justru kalau kita melihat ada survey dari USU, kemudia merasa ada yang salah, malah akan mengganggu kerja kita. Jadi kita fokus saja, kerja,” katanya.

Sebelumnya, Peneliti Center for Election and Political Party (CEPP) FISIP USU, Akhyar Anshori dalam diskusi yang bertajuk Membaca Keinginan Rakyat Sumatera Utara di Pilgubsu memaparkan, dari hasil survei yang mereka lakukan menunjukkan, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Eramas) lebih unggul dengan persentase 49,3 persen dari Djarot Syaiful Hidayat-Sihar Sitorus (Djoss) 34,5 persen.

Akhyar mengatakan, survei yang dilaksanakan mulai tanggal 3-7 Maret 2018 ini melibatkan 650 responden yang tersebar di 33 kabupaten/kota se-Sumut. Metode yang digunakan adalah multistage random dengan sampling error lebih kurang 3,8 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. “Jika survei dilakukan melalui pertanyaan terbuka atau spontan tentang siapa yang akan dipilih pada Pilgubsu 2018, maka hasilnya Eramas memperoleh dukungan sebesar 47,85 persen disusul Djoss sebesar 30,15 persen dan pasangan JR-Ance 6,92 persen dengan 15,08 persen responden menyatakan belum menentukan pilihan, rahasia dan tidak menjawab,” katanya, Minggu (25/3) lalu.

Akhyar menambahkan, dalam survei ini juga diberikan pertanyaan tertutup dengan menggunakan kartu bantu pasangan calon sebagai pilihan dari responden. Hasilnya, pasangan Eramas masih mampu unggul dengan perolehan 49,08 persen suara, disusul Djoss 30,31 dan JR-Ance 9,08 persen dengan 11,54 persen responden menyatakan belum menentukan pilihan, rahasia dan tidak menjawab.

Dilanjutkan Akhyar, survei yang dilakukan CEPP FISIP USU juga mencoba untuk melihat bagaimana sikap politik pemilih melalui simulasi bilamana pasangan calon hanya diikuti oleh 2 pasangan saja. “Ketika pasangan calon hanya ada antara Eramas dan Djoss, maka hasil survei menunjukkan 49,3 persen berbanding 34,5 persen dengan 16,3 persen responden belum menentukan pilihan, rahasia dan tidak menjawab,” tambahnya.

Akhyar juga melakukan simulasi kedua dengan mempertemukan Djoss dan JR-Ance. Pada Simulasi ini, Djoss memperoleh 45,9 persen suara berbanding 17,40 persen suara JR-Ance dengan 36,7 persen responden belum menentukan pilihan, rahasia dan tidak menjawab. Akhyar menyebutkan, hasil survei melalui simulasi ketiga antara Eramas dan JR Ance, 56,8 persen responden memilih Eramas dan 14,6 persen responden memilih JR-Ance dengan 28,7% responden menyatakan belum menentukan pilihan, rahasia dan tidak menjawab. “Pengumpulan data survey dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara tatap muka dengan pedoman kuisioner. Dalam rangka menjaga uji kualitas dan validitas, maka dilakukan cek ulang terhadap responden terpilih sebesar 20% atau sekitar 130 orang responden dari total sampel,” sebutnya. (bal/bbs/adz)

Indo Barometer

7-10 Februari 2018

Djoss 26 persen

Eramas 25,8 persen

 

 

CEPP) USU

3-7 Maret 2018

Eramas 49,3 persen

Djoss 34,5 persen

 

Exit mobile version