Penjabat Gubernur Sumatera Utara (Pj Gubsu) Drs Eko Subowo MBA menghadiri Rapat Koordinasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BI dan Otoritas Jasa Keuangan (Rakorpusda) di Hotel Royal Amburrukmo, Yogyakarta, Rabu (29/8).
Rapat tersebut dihadiri Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Perhubungah Budi Karya Sumadi, Menteri Pariwisata Arief Yahya. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dan sejumlah kepala daerah yang memiliki destinasi unggulan pariwisata.
Pada kesempatan itu, Pj Gubsu Eko Subowo menyampaikan, percepatan pengembangan pariwisata di Sumatera Utara (Sumut) masih membutuhkan dukungan pemerintah pusat, terutama dalam bidang infrastruktur. Pembangunan infrastruktur seperti jalan, sangat dibutuhkan untuk memudahkan akses dan membuat nyaman para wisatawan ketika berkunjung ke daerah wisata.
“Apalagi, saat ini dalam rangka pengembangan destinasi nasional. Ada sepuluh “Bali Baru”. Dari sepuluh tersebut yang sangat-sangat prioritas ada empat. Yaitu, Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara, Borobudur di DI Yogyakarta, Mandalika di Provinsi NTB dan Labuhan Bajo di NTT,” ujar Eko Subowo didampingi Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara (Sekdaprovsu) Dr Ir Hj Sabrina MSi, Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Provsu Dr Ir Hidayati dan Kepala Biro Perekonomian Setdaprovsu Ernita Bangun SE MAP.
Selain infrastruktur, menurut Eko, Sumber Daya Manusia (SDM) juga salah satu yang harus diperhatikan dalam pengembangan pariwisata. Seperti petugas hotel, pemandu wisata dan kulinernya, seluruhnya harus mendukung. “Jadi tidak hanya infrastruktur dan keindahan alam yang sudah ada saja, SDM juga penting,” ujarnya.
Kerja sama dan sinergi seluruh pihak terkait, juga dibutuhkan untuk percepatan pengembangan pariwisata di Sumut.
Karena itu, kata Eko, akan ada MoU atau kesepakatan antar pemerintah kabupaten sekitar Danau Toba, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. “Kalau bicara percepatan pengembangan pariwisata Danau Toba, semua bupati yang ada di kawasan Danau Toba harus kerja bareng. Semua sektor harus ikut berperan aktif. Tidak boleh terpecah-pecah,” katanya.
Hal senada juga disampaikan Sekdaprovsu Hj Sabrina mengatakan, perlunya ada kesepakatan antara pemerintah kabupaten/kota, provinsi dan pemerintah pusat. Misalnya, masalah infrastruktur, ada kewenangan pusat, provinsi dan kabupaten/kota. “Dengan Rakor ini, setelah mengetahui masing-masing kewenangannya akan didapat kesepakatan agar pekerjaan itu terselesaikan. Tidak setengah-setengah karena merasa bukan kewenangannya,” ujar Sabrina.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman mengatakan, rapat koordinasi yang difokuskan untuk mengakselerasi sektor pariwisata tersebut, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan penguatan ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.
“Khususnya untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan Indonesia yang saat ini mengalami pelebaran hingga mencapai tiga persen terhadap Produk Domestik Bruto atau PDB. Sektor pariwisata memiliki peran strategis yang dapat mendorong peningkatan penerimaan devisa, sehingga pada gilirannya dapat memperbaiki neraca transaksi berjalan,” ujarnya.
Dengan semakin berkembangnya sektor pariwisata tersebut, kata Agusman, sektor pariwisata juga akan berkontribusi pada penyerapan tenaga kerja. Selain itu, menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkesinambungan, seimbang, dan inklusif.
“Penyelenggaraan Rakorpusda yang diinisiasi bersama oleh Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman diharapkan menghasilkan strategi kebijakan yang akan menjadi prioritas bersama pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan Bank Indonesia untuk mengakselerasi pengembangan sektor pariwisata,” ujarnya. (prn/han)