Mabes: Ancaman Teroris Tetap Tinggi
SAMOSIR- Warga Samosir di Desa Salaon Toba, Kecamatan Ronggur Nihuta dihebohkan dengan temuan benda mencurigakan mirip bom di samping gereja Katolik stasi Salaon Toba, Paroki Santo Mikael, Jumat (29/12) malam. Akan tetapi, aparat Brimob Kompi 2 Detasemen B Pematang Siantar, berhasil mengevakuasi bom paku rakitan yang ditemukan di belakang Gereja Katolik Salaon Toba, Pangururan, Kabupaten Samosir, Sabtu (29/12). Bom rakitan ini merupakan bom yang berisi paku yang dimasukkan ke dalam botol, kemudian diikat dengan kabel penyambung.
Proses peledakan atau disposal itu dilakukan sekitar pukul 12.00 WIB setelah tim penjinak bahan peledak dari Brimob tiba di lokasi. Sesuai prosedur, untuk benda yang dicurigai sebagai bahan peledak, maka harus ditangani tim terlatih.
“Kami sudah berhasil mengevakuasinya, itu bom paku namanya, dirakit sendiri. Tapi, sudah aman kami minta agar masyarakat waspada dan melaporkan temuan-temuan yang mencurigakan. Termasuk pihak-pihak yang ingin merusak keutuhan Indonesia,” ungkap anggota tim evakuasi dari Brimob Kompi 2 Detasemen B Pematang Siantar, Ipda Herry.
Berbagai versi menyebutkan awal mula ditemukannya benda mencurigakan tersebut. Berdasarkan informasi yang dihimpun Sumut Pos, temuan bom itu bermula dari kiriman SMS gelap kepada warga di sekitar gereja, Jumat (28/12) malam. Benda yang mirip bom itu dirakit dengan dua botol bir berukuran 600 mililiter berisi paku, dua baterai kering dan kabel listrik sekitar 40 centimeter. Benda ini diletakkan di samping gereja dan ditemukan oleh seorang jemaat gereja.
Sumber lain mengungkapkan temuan benda itu berawal saat Camat Ronggur Nihuta, Krimson Manalu mendapat pesan singkat dari seseorang pada Jumat (28/12) sekitar pukul 23.30 WIB. Pesan yang dikirim orang tidak dikenal tersebut memberitahukan adanya bom yang diletakkan di areal gereja. Mendapat SMS itu, Krimson mengontak seorang warga untuk mengecek informasi itu. Benda dimaksud pun ditemukan. “Saya langsung menelepon aparat kepolisian. Polisi yang datang langsung memasang garis polisi di sekitar lokasi,” katanya.
Sebuah versi lain mengungkapkan bom rakitan berisi paku itu ditemukan saat perayaan Natal muda-mudi gereja tersebut, Jumat (28/12). Seorang jemaat yang mendapatkannya tepat di belakang gereja langsung melaporkan temuan yang mencurigakan itu kepada pengurus. Setelah itu, pengurus gereja melaporkan temuan itu kepada pihak berwajib dan meminta agar para jemaat agar tetap tenang melanjutkan perayaan Natal. Setelah mendapat laporan, Polres Samosir pun langsung turun ke lokasi dan mensterilkan lokasi temuan dengan memasang pembatas polisi, sembari menunggu proses evakuasi dari tim penjinak bom.
Camat Ronggur Nihuta, Lumongga br Panggabean yang dihubungi menolak memberi keterangan terkait temuan mencurigakan itu. Alasannya, kasus itu sudah ditangani Polres Samosir. “Untuk jelasnya sama pihak Polres saja, karena sudah ditangani Polres,” ucapnya sebelum menutup telepon.
Kapolres Samosir, AKBP Donny Damanik, menyatakan, sekilas benda yang diamankan di Gereja Katolik St Yoseph di Desa Salaon Toba, Kecamatan Ronggur Nihuta terkesan memang seperti bom rakitan. Botol berisi paku dan tersambung dengan kabel ke batu batere kering ukuran besar yang biasa dipergunakan untuk senter. “Tetapi benda itu tidak termasuk kategori bom. Tidak ada detonator, tidak ada bahan peledak di dalamnya. Hanya paku, batu batere, dan kabel, itu saja,’’ kata Damanik.
Dari Jakarta dilaporkan, saat masyarakat asyik merayakan liburan akhir tahun, polisi tak libur. Sebaliknya, jumlah penjagaan justru dilipatgandakan. Polri mewaspadai ancaman aksi terorisme yang memang sulit diduga.
“Operasi Lilin termasuk mewaspadai ancaman teror masih berlangsung hingga 2 Januari,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar di Jakarta kemarin (29/12). Mantan Kapoltabes Padang ini menjelaskan, konsentrasi utama pada pusat aktivitas masyarakat.
“Pusat perbelanjaan, bandara, gereja, lokasi-lokasi strategis dan objek vital,” katanya. Model operasi pengamanan yang dilakukan terbagi dua, operasi terbuka dan tertutup.
“Pelibatan petugas berseragam penting agar masyarakat bisa segera meminta bantuan jika ada masalah, sedangkan petugas non uniform melakukan kegiatan pengamanan tertutup,” katanya. Boy optimistis pergantian tahun akan dilalui dengan aman.”Insya Allah,” ujar mantan kepala unit negosiasi Densus 88 Mabes Polri ini.
Secara terpisah, analis terorisme dari Research Centre for Terrorisme and Security (REACTS), Rakyan Adibrata, menilai potensi aksi teror di awal tahun 2013 masih tinggi. “Pergerakan DPO-DPO lama yang hingga kini belum tertangkap ditambah kemungkinan munculnya simpatisan-simpatisan baru menunjukkan level ancaman masih tinggi,” katanya.
Rakyan menilai penindakan polisi terhadap terduga maupun tersangka di lapangan bisa menimbulkan serangkaian aksi balasan. Itu dipicu oleh keinginan untuk membalas dendam. “Kalau ini gagal diantisipasi, sangat berbahaya,” katanya.
Dari data yang dirilis Mabes Polri, telah berhasil melakukan penindakan aksi teror yang sebagian di antaranya menimbulkan korban jiwa. Ada 14 kasus terorisme tahun ini, sebanyak 78 orang telah ditetapkan menjadi tersangka, sementara 10 orang di antaranya tewas saat dilakukan penangkapan. Dari total tersebut, sebanyak 68 orang telah diproses secara hukum. Yakni, tahap pengadilan 17 orang dan 2 orang di antaranya telah divonis, sedangkan 51 orang lainnya masih dalam proses penyidikan.
Dosen Universitas Syah Kuala dan juga penulis buku tentang Darul Islam, Al Chaidar, menjelaskan, rantai teror tidak akan putus jika hanya mengandalkan penindakan hukum oleh polisi. “Harus ada pelibatan secara luas, dari semua unsur masyarakat,” katanya. Jaringan teroris, lanjutnya, selalu melakukan regenerasi yang mengincar kader-kader muda. “Mereka menggunakan metode hit and run, sesekali meneror, lalu lari tapi sambil mencari dan melatih kader,” katanya.(tim smg/rdl/nw/jpnn)