Site icon SumutPos

Hadiri Natal Oikumene, Gubsu Ajak Bergandeng Tangan

Teks foto:
HADIR: Gubsu Erry Nuradi menghadiri Perayaan Natal Oikumene Sumut 2017, di GBI Rumah Persembahan Jalan Jamin Ginting Medan, Kamis (28/12). IST

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Umat Kristiani diajak untuk bergandeng tangan dalam menggalang kebersamaan dan kerukunan dalam berbagai perbedaan, sebagai warga Sumatera Utara yang heterogen dan multikultur terutama dalam memasuki tahun politik pada penyelenggaraan pesta demokrasi pilkada serentak di Sumut 2018.

Hal itu disampaikan Gubernur Sumut HT Erry Nuradi saat memberi sambutan pada Perayaan Natal Oikumene Sumut 2017, Kamis (28/12) di GBI Rumah Persembahan Jalan Jamin Ginting Medan.

Menurutnya pada perayaan natal Oikumene Sumut telah tercermin kebersamaan seluruh komponen umat beragama. Gambaran itulah yang harus ditunjukkan dalam kehidupan bermasyarakat di Sumut.

Gubsu juga menyampaikan penegasan atas empat sikap dasar umat Kristiani dalam kehidupan bermasyarakat yang disampaikan Uskup Agung Medan Mgr Dr AB Sinaga OFM Cap dalam sambutannya dalam kapasitas Pimpinan Forum Komunikasi dan Konsultasi Gereja-gereja Sumut (FKKGSU).

Keempat sikap dasar yang perlu dipedomani itu adalah inklusif cinta kasih yang berarti dalam menjalankan ajaran cinta tidak bisa sendiri tapi harus menggalang kebersamaan. Kemudian adalah persaudaraan sejati dan menggalang perdamaian lestari dan merawat kerukunan.

Gubsu menegaskan salah satu program pembangunan Sumut adalah melakukan terobosan yang intinya menjadikan perbedaan di Sumut menjadi sebuah kekayaan yang kalau dirawat dengan baik akan menjadi kekuatan bagi Sumut. Salah satu terobosan itu dengan mengucurkan anggaran pembangunan gereja senilai Rp570 juta untuk tahun anggaran 2017.

Pdt Gomar Gultom dalam khotbahnya mengatakan, selama ini kehidupan manusia diatur oleh hukum pembalasan. Kejahatan dibalas dengan kejahatan dan kebaikan dibalas kebaikan. Orang berbuat baik kepada sesamanya karena berharap suatu hari kelak, sehingga hidup ini diatur orang lain. “Kondisi seperti itu membuat kita tidak bisa berdamai dengan sesama, kita diatur hukum pembalasan,” ucapnya.

Damai kata Pdt Gomar sangat didambakan dan dicita-citakan setiap orang di dunia ini. Tapi sekarang tidak jarang agama dijadikan menebar kebencian, Kristen juga kerap menebar kebencian. Khotbah-khotbah di gereja kerap merangsang konflik dan ujaran kebencian. “Antardenominasi gereja saja sering saling menjelekkan, padahal sama-sama Kristen,” katanya.

Kerakusan juga kata Pdt Gomar melanda umat manusia, sehingga damai sejahtera hilang akibat ambisi yang tidak perduli keadilan. “Kita tidak pernah merasa cukup, di keseharian kita juga konsumtif, kerakusan tidak terbatas sehingga menciptakan irih dengki, tidak bisa senang melihat orang yang memiliki kelebihan,” tuturnya.

Ketua FKKGSU Uskup Agung Medan Dr AB Sinaga OFM Cap dalam sambutannya mengatakan bahwa hendaknya damai sejahtera Allah tinggal di hati umat kristiani. Dalam sambutan itu Uskup mengatakan bahwa ada 4 isi dari Surat Syafaat Natal PGI dan KWI yaitu umat Kristiani harus menunjukkan damai sejahtera dalam kehidupan bergereja dan bernegara. Kedua umat katolik dan protestan harus mengikrarkan janji dalan menjakankan acaran cinta kasih. Ketiga menggalang persaudaraan dan saling mengakui satu sama lain. Keempat bahwa umat Kristiani harus berani menggalabg kebersamaan dan menghormati keyakinan agama lain. (prn/ila)

 

Exit mobile version