Site icon SumutPos

Dirawat Koas Bayi Meninggal

BINJAI- Pasutri Dodi Iswanto (30) dan Neni Sri Wahyuni (26) warga Jalan Jamin Ginting, Lingkungan IV, Kelurahan Rambungdalam, Kecamatan Binjai Selatan harus menanggung duka yang mendalam, akibat anak bungsunya Syuhada Syahira (11 bulan) meninggal dunia.

Mereka menyesalkan lambatnya penanganan tim medis RSUD Dr Djoelham Binjai sehingga anak keduanya meninggal dunia. Sebelum Syuhada meninggal dunia mereka sempat membawakan putrinya itu ke rumah sakit milik pemerintah daerah tersebut.

Menurut Neni Sri Wahyuni ketika ditemui di rumahnya, Kamis (30/5) merasa sangat menyesalkan kejadian ini. Bahkan, hingga kini mereka tidak tahu apa penyakit yang menyebabkan kematian anaknya itu.

Sebab, hingga kini mereka belum pernah sedikitpun berbincang dengan dokter yang merawat anaknya. “Kami nggak tahu apa penyakit yang merenggut nyawa anak kami itu. Karena kami baru sekali saja ketemu dengan dokter yang merawatnya, itupun hanya beberapa menit saja,” ungkap Neni.

Sepengetahuannya, ketika masuk ke RSU Djoelham Binjai, pada 15 Mei sekitar pukul 15.00 WIB lalu, kondisi tubuh anaknya panas disertai menceret. “Sebelumnya, kami rawat sendiri di rumah. Tapi karena demamnya tak kunjung turun dan disertai gejala menceret, kami melarikannya ke rumah sakit,” kenangnya.

Sampainya di rumah sakit, bocah kecil ini sempat di rawat di ruang gawat darurat dan harus menjalani rawat inap. Bersama pasien yang memegang kartu Jamkesmas lainya bocah ini dirawat di ruangan Melati, yang berada di lantai dua rumah sakit Dr Djoelham. “Ada sekitar 4 pasien pemegang Jamkesmas yang dirawat di ruangan itu,” jelasnya.

Saat pertama masuk ke ruangan itulah, dokter sempat melihat anaknya dan pasien lain yang dirawat di ruangan tersebut. Selebihnya, sang dokter tidak pernah datang lagi. “Siapa nama dokter yang merawat keponakaku itupun aku nggak tahu. Sebab, setelah sekali melihat kondisinya, dia (dokter-red) nggak pernah terlihat lagi. Yang ada hanya suster dan doketr koas (asisten), yang selalu berkunjung ke ruangan,” sambung Cipto, paman Syuhada.

Setiap ditanya kondisi perkembangan Syuhada, keberadaan dokter, perawat dan asisten dokter selalu mengatakan bersabar. Parahanya lagi, dokter yang seharusnya merawat si bocah hanya memerintahkan asistennya (koas,red) melalui seluler.

Tiga hari kemudian, kondisi Syuhada bukannya membaik, tapi bertambah buruk dan akhirnya meninggal dunia.
Terpisah, pihak RSU Djoelham, melalui Kepala Ruangan Poniyah, mengakui pihaknya selalu memberikan pelayanan yang baik. Dirinya juga mengaku kalau selama dalam perawatan rumah sakit, dokter selalu memeriksa bocah malang itu.

“Kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk merawatnya. Lagian, dokter yang merawatnya juga selalu datang,” kilahnya. (ndi)

Exit mobile version