30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Kepala kian Membengkak, Setiap Hari Menjerit Kesakitan

Pahlevi Sembiring, Bocah Balita Butuh Uluran Tangan

Sejak mengalami kecelakaan dua tahun silam, nasib bocah berusia 4,5 tahun Pahlevi Sembiring alias Juro warga  Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, benar-benar sedih. Bagaimana tidak, pasca-kecelakaan yang dialami itu, ia mengalami penyakit di bagian kepala sebelah kanan. Kepala bekas tabrakan itu  kian membengkak dan membesar. Sedihnya,  kalau diamati kepala korban seperti tidak ada tempurung (batok-red) kepalanya.

DIPANGKU: Pahlevi Sembiring bocah  menderita penyakit benjolan  kepala kanan tanpa batok saat dipangku sang nenek.//Darwis/metro langkat
DIPANGKU: Pahlevi Sembiring bocah yang menderita penyakit benjolan di kepala kanan tanpa batok saat dipangku sang nenek.//Darwis/metro langkat

Mirisnya lagi, setiap saat bocah malang ini menjerit menahan sakit yang dialaminya itu. Siti Aisah (42) nenek sang bocah menuturkan saat mendatangi Kantor Camat Bahorok  Selasa,(30/10) mengatakan, bocah kurang beruntung tersebut merupakan buah pernikahan putrinya Karolina Br Sitepu (25) dengan menantunya Tuahta Sembiring warga yang sama.

Kata Aisah, pernihakan putrinya atau orangtua Juro, memang tidak mendapat restu sebelumnya. Namun pernikahan itu tetap dilangsungkan dengan sangat sederhana. “ Ini ceritanya sekitar lima tahun silam,” kenang Aisah sambil menenangkan cucunya yang terus merengek kesakitan.

Setahun pernikahan Karolina dengan pria pujaannya, lahirlah Pahlevi cucu pertama Aisah. Layaknya anak-anak lain seusianya, Pahrevi tumbuh normal. Karena ketidakcocokan rumah tangga akhirnya orangtua Pahrevi bercerai. Saat itu umur Juro berusia 1,5 tahun. Sejak orangtuanya berpisah, maka Pahrevi dibesarkan dan diasuh neneknya (Aisah-red)

Disaat kehilangan kasih sayang dari kedua orangtuanya, petakapun kembali menghampiri Pahrevi. Juro ditabrak sepeda motor. Akibat kecelakaan yang dialaminya itu, Juro menderita luka di bagian kepala. Pelaku yang menabrak Juro memang mengobatinya, namun penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh. Meliha kondisi itu, penabrak dan keluarga Juro angkat tangan dan tak sanggup lagi untuk membiayai pengobatan.
“Mengharapkan sang ayah yang telah bercerai tak pernah dapat. Ayah Juri telah menikah lagi dengan wanita lain. Kendati tinggal se-kampung ayahnya tak pernah menjenguk anaknya, apalagi membantu dana serta lainnya. Sementara ibu sang bocah masih memilih menjanda dan bekerja di Medan untuk menyambung hidup anaknya.” ujar Aisah.

Di kala penyakitnya kambuh maka sang bocah akan menangis sepertinya merasa kepanasan sehingga sering dipasangkan kipas angin dibelakang kepalanya. “Jika sudah demikian benjolan di kepalanya akan membengkak dan terasa sangat lunak,” kata Aisah terbata.

Belakangan Pahlevi sering menangis dan terkadang kakinya terasa kebas bahkan tak mampu digerakkan. “makanya saya datang ke kantor camat minta bantuan,” tutur Aisah. Juro sudah pernah dirawat di beberapa rumah sakit di Medan namun penyakitnya tak kunjung sembuh. “Pihak rumah sakit menyarankan agar mengganti batok kepala cucu aku,” harganya juga  tidak murah serta kami nggak ada dana.(dw/smg)

Pahlevi Sembiring, Bocah Balita Butuh Uluran Tangan

Sejak mengalami kecelakaan dua tahun silam, nasib bocah berusia 4,5 tahun Pahlevi Sembiring alias Juro warga  Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, benar-benar sedih. Bagaimana tidak, pasca-kecelakaan yang dialami itu, ia mengalami penyakit di bagian kepala sebelah kanan. Kepala bekas tabrakan itu  kian membengkak dan membesar. Sedihnya,  kalau diamati kepala korban seperti tidak ada tempurung (batok-red) kepalanya.

DIPANGKU: Pahlevi Sembiring bocah  menderita penyakit benjolan  kepala kanan tanpa batok saat dipangku sang nenek.//Darwis/metro langkat
DIPANGKU: Pahlevi Sembiring bocah yang menderita penyakit benjolan di kepala kanan tanpa batok saat dipangku sang nenek.//Darwis/metro langkat

Mirisnya lagi, setiap saat bocah malang ini menjerit menahan sakit yang dialaminya itu. Siti Aisah (42) nenek sang bocah menuturkan saat mendatangi Kantor Camat Bahorok  Selasa,(30/10) mengatakan, bocah kurang beruntung tersebut merupakan buah pernikahan putrinya Karolina Br Sitepu (25) dengan menantunya Tuahta Sembiring warga yang sama.

Kata Aisah, pernihakan putrinya atau orangtua Juro, memang tidak mendapat restu sebelumnya. Namun pernikahan itu tetap dilangsungkan dengan sangat sederhana. “ Ini ceritanya sekitar lima tahun silam,” kenang Aisah sambil menenangkan cucunya yang terus merengek kesakitan.

Setahun pernikahan Karolina dengan pria pujaannya, lahirlah Pahlevi cucu pertama Aisah. Layaknya anak-anak lain seusianya, Pahrevi tumbuh normal. Karena ketidakcocokan rumah tangga akhirnya orangtua Pahrevi bercerai. Saat itu umur Juro berusia 1,5 tahun. Sejak orangtuanya berpisah, maka Pahrevi dibesarkan dan diasuh neneknya (Aisah-red)

Disaat kehilangan kasih sayang dari kedua orangtuanya, petakapun kembali menghampiri Pahrevi. Juro ditabrak sepeda motor. Akibat kecelakaan yang dialaminya itu, Juro menderita luka di bagian kepala. Pelaku yang menabrak Juro memang mengobatinya, namun penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh. Meliha kondisi itu, penabrak dan keluarga Juro angkat tangan dan tak sanggup lagi untuk membiayai pengobatan.
“Mengharapkan sang ayah yang telah bercerai tak pernah dapat. Ayah Juri telah menikah lagi dengan wanita lain. Kendati tinggal se-kampung ayahnya tak pernah menjenguk anaknya, apalagi membantu dana serta lainnya. Sementara ibu sang bocah masih memilih menjanda dan bekerja di Medan untuk menyambung hidup anaknya.” ujar Aisah.

Di kala penyakitnya kambuh maka sang bocah akan menangis sepertinya merasa kepanasan sehingga sering dipasangkan kipas angin dibelakang kepalanya. “Jika sudah demikian benjolan di kepalanya akan membengkak dan terasa sangat lunak,” kata Aisah terbata.

Belakangan Pahlevi sering menangis dan terkadang kakinya terasa kebas bahkan tak mampu digerakkan. “makanya saya datang ke kantor camat minta bantuan,” tutur Aisah. Juro sudah pernah dirawat di beberapa rumah sakit di Medan namun penyakitnya tak kunjung sembuh. “Pihak rumah sakit menyarankan agar mengganti batok kepala cucu aku,” harganya juga  tidak murah serta kami nggak ada dana.(dw/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/