31 C
Medan
Friday, July 5, 2024

Jepang Minat Investor di Sumut

MEDAN- Jepang mengaku ketinggalan untuk berinvestasi di Sumatera Utara dibanding China, Taiwan, dan Korea.

Dalam kunjungannya ke Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumatera Utara kemarin (31/1), Jepang menyatakan akan keseriusannya untuk berinvestasi di Sumatera Utara. Mereka menganggap potensi yang ada di Sumut seharusnya dapat lebih dioptimalkan.

“Jadi, ada beberapa kerja sama yang akan kita jalin dengan Jepang. Mulai dari penanaman modal, teknologi, dan pengembangan UKM,” ujar Ketua Komite Tetap Investasi dan Promosi Bisnis Kadin SU, Suwanto.

Kerja sama dalam penanaman modal ini bisa dari berbagai aneka ragam. Misalnya, power plant. Karena diketahui, Sumut memiliki panas bumi yang belum tergali. Dari seluruh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Sumut memilik 3300 Mega Watt (MW). Dimana hingga saat ini, baru dipergunakan secara maksimal sebesar 1300 MW.

“Ada 8 titik yang memiliki PLTA yang baik, seperti di Langkat, Berastagi, Tapanuli Selatan, dan lainnya. Sedangkan kita memiliki 3300 MW, masih dipakai 1300 MW. Jadi, sisanya kita harapkan Jepang bersedia untuk berinvestasi. Jadi, kekurangan listrik kita dapat teratasi,” lanjutnya.
Kerja sama lainnya, adalah pengiriman mesin-mesin bekas Jepang yang memiliki teknologi tinggi. Hal ini dilakukan untuk pengembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Sumut. “Saat ini, mesin yang kita gunakan masih belum terlalu canggih. Bisa dikatakan kalah dari Jepang. Nah, mesin-mesin yang mereka gunakan, akan dikirim, sehingga UMKM kita akan lebih cepat berkembang,” lanjutnya.

Untuk pengembangan UMKM ini, nantinya Kadin bersama dengan para UKM binaan Kadinsu akan datang langsung berkunjung ke Jepang untuk melihat secara langsung, apakah mesin tersebut masih layak pakai, atau sesuai dengan UKM di sini.
“Setelah kita lihat langsung mesin-mesin tersebut, kita akan adakan langsung pelatihan untuk SDM (Sumber Daya Manusia), sehingga mereka mampu mengoperasikan mesin-mesin tersebut,” tambahnya.

Terkahir, Kadinsu berharap agar Jepang melalui Inalum dapat menjual sisa produksi aluminiumnya di Sumut. Tidak harus dibawa ke Jawa. Karena, sisa produksi dari Inalum tersebut, dapat dijadikan peralatan, mulai dari spare part otomotif dan mesin pompa. (ram)

MEDAN- Jepang mengaku ketinggalan untuk berinvestasi di Sumatera Utara dibanding China, Taiwan, dan Korea.

Dalam kunjungannya ke Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumatera Utara kemarin (31/1), Jepang menyatakan akan keseriusannya untuk berinvestasi di Sumatera Utara. Mereka menganggap potensi yang ada di Sumut seharusnya dapat lebih dioptimalkan.

“Jadi, ada beberapa kerja sama yang akan kita jalin dengan Jepang. Mulai dari penanaman modal, teknologi, dan pengembangan UKM,” ujar Ketua Komite Tetap Investasi dan Promosi Bisnis Kadin SU, Suwanto.

Kerja sama dalam penanaman modal ini bisa dari berbagai aneka ragam. Misalnya, power plant. Karena diketahui, Sumut memiliki panas bumi yang belum tergali. Dari seluruh Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Sumut memilik 3300 Mega Watt (MW). Dimana hingga saat ini, baru dipergunakan secara maksimal sebesar 1300 MW.

“Ada 8 titik yang memiliki PLTA yang baik, seperti di Langkat, Berastagi, Tapanuli Selatan, dan lainnya. Sedangkan kita memiliki 3300 MW, masih dipakai 1300 MW. Jadi, sisanya kita harapkan Jepang bersedia untuk berinvestasi. Jadi, kekurangan listrik kita dapat teratasi,” lanjutnya.
Kerja sama lainnya, adalah pengiriman mesin-mesin bekas Jepang yang memiliki teknologi tinggi. Hal ini dilakukan untuk pengembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) Sumut. “Saat ini, mesin yang kita gunakan masih belum terlalu canggih. Bisa dikatakan kalah dari Jepang. Nah, mesin-mesin yang mereka gunakan, akan dikirim, sehingga UMKM kita akan lebih cepat berkembang,” lanjutnya.

Untuk pengembangan UMKM ini, nantinya Kadin bersama dengan para UKM binaan Kadinsu akan datang langsung berkunjung ke Jepang untuk melihat secara langsung, apakah mesin tersebut masih layak pakai, atau sesuai dengan UKM di sini.
“Setelah kita lihat langsung mesin-mesin tersebut, kita akan adakan langsung pelatihan untuk SDM (Sumber Daya Manusia), sehingga mereka mampu mengoperasikan mesin-mesin tersebut,” tambahnya.

Terkahir, Kadinsu berharap agar Jepang melalui Inalum dapat menjual sisa produksi aluminiumnya di Sumut. Tidak harus dibawa ke Jawa. Karena, sisa produksi dari Inalum tersebut, dapat dijadikan peralatan, mulai dari spare part otomotif dan mesin pompa. (ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/