Catatan Akhir Tahun Vote Institute
MEDAN- Memasuki 2013, laju perekonomian Sumatera Utara mengalami peningkatan yang signifikasi. Hal itu didorong berdasarkan pertumbuhan ekonomi disebabkan akan beroperasinya Bandara Kualanamu pada Maret 2013 yang akan datang. Serta berjalannya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei.
“Perekonomian Sumut akan bertahan di atas rata-rata nasional. Dengan ditandai semakin matangnya usaha sektor perkebunan, pertanian, perdagangan dan pendidikan”, ujar Pengamat Ekonomi Sumut, Dr Dede Ruslan dalam acara Refleksi Akhir Tahun “Membeli Masa Depan” (Evaluasi Krisis Kinerja Pempovsu 2012 di Hotel Garuda Plaza, Senin 31-12).
Dijelaskan, peningkatan ekonomi itu didukung dengan optimisme konsumen dan meningkatnya konsumsi pemerintah. Dengan hadirnya Bandara Kualanamu, investasi pemerintah dan swasta diprediksi akan naik pula. “Peningkatan pelayanan disektor barang dan jasa di Pelabuhan Belawan, rencana pembangunan jalan tol baru untuk mendukung sarana transportasi daerah tertentu juga akan memperkuat laju perekonomian Sumut. Kiranya sektor itu patut dikembangkan oleh pemerintah mendatang,” katanya.
Pertanian, Industri dan Kemiskinan Sementara itu, Kasyful Mahali, SE MSi yang juga tampil sebagai pembicara mengatakan saat ini laju perekonomian Sumut pada triwulan III 2012 mencapai 6,22 persen. Kendati di atas rata-rata nasional, Kasyaful menilai seharusnya Sumut dapat menyentuh laju perekonomian pada level 6,5 persen.
Namun pertanyaannya, apakah angka yang di atas rata-rata nasional tersebut peran pemerintah? Bila dilihat dari data yang ada pertumbuhan ekonomi sumut 60 persen di sumbang oleh konsumsi rumah tangga. Dalam waktu pendek ini terlihat baik dan dalam jangka panjang ini sangat rapuh.
“Artinya masih banyak sektor yang belum teroptimalkan dengan baik. Misalnya dari sektor ekspor-impor. Sumut lebih dominan impor dari pada mengekspor barang. Pertanian dan industri juga mengalami pergeseran, di mana saat ini sektor-sektor industri terlihat lebih dominan dari pada sektor pertanian,” terangnya.
Di Sumatera Utara juga masih ada masalah kemiskinan, di mana tingkat kemiskinan sebesar 10,67 persen. Masih sangat jauh dari target yang ditetapkan dalam RPJMD sebesar, 8,55 persen. Dan kemiskinan yang paling banyak adalah di wilayah pedesaan sebesar 11,01 persen.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Vote Institute, Muryanto Amin didampingi Direktur Program Muhammad Arifin Nasution mengatakan, refleksi akhir tahun yang menghadirkan pengamatan dan akademisi itu adalah satu upaya untuk memberikan sumbangsih pemikiran dan sarana demi perbaikan Sumut ke depan.
“Diskusi ini harus mampu memberikan catatan-catatan penting guna perbaikan, tidak hanya dari sektor ekonomi, namun juga untuk sektor politik, infrastruktur, -pendidikan dan lain sebagainya. Kesemuanya itu dilakukan demi Sumut yang lebih baik,” katanya.
Dalam diskusi akhir yang bertema ‘’Membeli Masa Depan’’ tersebut dibahas jika pemerintah Provinsi Sumatera Utara secara serius memberikan stimulus kepada masyarakat maka pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara bisa mencapai angka 8 persen.
Prof. Subhilhar menjelaskan sulit untuk membuktikan adanya peran pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi, karena dari data yang ada bahwasanya lebih dari 60 persen pertumbuhan ekonomi disumut disumbang oleh sektor konsumsi masyarakat.
Diskusi Refleksi Akhir Tahun: Membeli Masa Depan, Evaluasi Kinerja Pemprov Sumut menghadirkan pakar kesehatan Dr Heru Santosa, pakar ekonomi Kasyful Mahalli, pakar sosial, Agus Suryadi, pakar ekonomi, Dr Dede Ruslan, pakar politik Prof Subhilhar, Prof M Arif Nasution, Dr Amir Purba, Hatta Ridho dan pakar hukum Prof Tan Kamello. (rel)