30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pariwisata dan Perhotelan Indonesia Tertinggal Jauh

BERSAMA: Para pejabat dari Kementerian Pariwisata dan utusan Indonesia untuk ASEAN tourism comitte foto bersama di Kota Kinabalu, Malaysia.

KINABALU, SUMUTPOS.CO – Pertemuan ASEAN Tourism Committee di Kinabalu, Malaysia, Selasa (2/10) menghasilkan kesepakatan penerapan model hybrid learning sebagai kurikulum belajar di ASEAN khususnya untuk pariwisata dan perhotelan.

I Gusti Putu Laksaguna, President of National Tourism Professional Board, usai pertemuan komite itu mengatakan Indonesia sangat malu, karena telah tertinggal jauh oleh Kamboja, Myanmar, dan Laos di mana sebelumnya Indonesia adalah mentor mereka. “Kita akan kejar posisi mereka melalui platform belajar dengan metode hybrid learning,” jelasnya.

Dia mengatakan tidak bisa dipungkiri Indonesia memiliki potensi pariwisata yang begitu besar, baik dari aspek alam dan budaya. “Namun demikian, peran Sumber Daya Manusia (SDM) sangat penting menunjang kesuksesan bisnis pariwisata karena mereka lah yang berperan penting dalam mengolah produk dan memberikan pelayanan,” kata dia.

Oleh karena itu, menurutnya, tidak heran bila peran SDM ini menjadi sorotan penting bagi anggota-anggota negara di kawasan ASEAN untuk merumuskan standar kurikulum yang umum diterapkan di kawasan ASEAN yang mengacu kepada pengaturan saling pengakuan antar negara-negara anggota ASEAN yang mencakup 6 divisi kerja khususnya di bidang pariwisata.

Untuk memastikan kurikulum yang telah ditandatangani oleh menteri-menteri anggota ASEAN sejak tahun 2012 tersebut dapat diimplementasikan, maka dibentuklah National Tourism Professional Board (NTTB) yang bertugas untuk mengawal implementasi kurikulum berstandar ASEAN. NTTB harus melaporkan kinerjanya kepada sekretariat yang dibentuk oleh negara-negara anggota ASEAN secara berkala melalui ASEAN Tourism Committee Meetings.

Dalam ASEAN Tourism Committee Meetings kemarin di Kota Kinabalu, Malaysia, setiap negara yang diwakili oleh Kementrian Pariwisata dan NTTB dari setiap negara menyampaikan laporan kepada sekretariat. Berdasarkan laporan tersebut, posisi Indonesia berada di bawah negara lain seperti Kamboja, Myanmar, dan Laos dari aspek sosialisasi dan implementasi kurikulum berstandar ASEAN.

Lebih lanjut dia mengutarakan proses implementasi kurikulum tersebut tidak bisa hanya dikerjakan oleh NTTB namun juga harus melibatkan partisipasi aktif dari para asosiasi yang merupakan praktisi dan juga para akademisi. Untuk mempercepat proses implementasi, NTTB menggandeng AJAR.id yang merupakan portal belajar yang fokus menggarap konten-konten belajar dan Learning Management System yang berstandar kurikulum ASEAN.

“AJAR mewakili Indonesia mempresentasikan tentang Hybrid Learning Model untuk implementasi kurikulum belajar berstandar ASEAN untuk dunia Pariwisata dan Perhotelan. AJAR adalah yang pertama di negara-negara ASEAN sehingga tidak menutup kemungkinan kami membuka pelayanan di luar Indonesia,” kata Ikin Solikin, Chairman of AJAR, dalam ASEAN Tourism Committee Meetings.

Lebih lanjut, Ikin mengatakan AJAR menghadirkan tiga solusi sekaligus untuk proses percepatan implementasi kurikulum bersatandar ASEAN. Hybrid Learning yang akan disajikan AJAR merupakan konsep belajar dengan menggunakan berbagai macam variasi konten belajar yang meliputi konten video, web interaktif, quiz, assessment, live streaming, dan face to face. Dengan variasi konten tersebut, para pengguna portal dapat berinteraksi dengan platform dan trainer sehingga proses belajar menjadi lebih efektif dan efisien. (rel/ila/ram)

BERSAMA: Para pejabat dari Kementerian Pariwisata dan utusan Indonesia untuk ASEAN tourism comitte foto bersama di Kota Kinabalu, Malaysia.

KINABALU, SUMUTPOS.CO – Pertemuan ASEAN Tourism Committee di Kinabalu, Malaysia, Selasa (2/10) menghasilkan kesepakatan penerapan model hybrid learning sebagai kurikulum belajar di ASEAN khususnya untuk pariwisata dan perhotelan.

I Gusti Putu Laksaguna, President of National Tourism Professional Board, usai pertemuan komite itu mengatakan Indonesia sangat malu, karena telah tertinggal jauh oleh Kamboja, Myanmar, dan Laos di mana sebelumnya Indonesia adalah mentor mereka. “Kita akan kejar posisi mereka melalui platform belajar dengan metode hybrid learning,” jelasnya.

Dia mengatakan tidak bisa dipungkiri Indonesia memiliki potensi pariwisata yang begitu besar, baik dari aspek alam dan budaya. “Namun demikian, peran Sumber Daya Manusia (SDM) sangat penting menunjang kesuksesan bisnis pariwisata karena mereka lah yang berperan penting dalam mengolah produk dan memberikan pelayanan,” kata dia.

Oleh karena itu, menurutnya, tidak heran bila peran SDM ini menjadi sorotan penting bagi anggota-anggota negara di kawasan ASEAN untuk merumuskan standar kurikulum yang umum diterapkan di kawasan ASEAN yang mengacu kepada pengaturan saling pengakuan antar negara-negara anggota ASEAN yang mencakup 6 divisi kerja khususnya di bidang pariwisata.

Untuk memastikan kurikulum yang telah ditandatangani oleh menteri-menteri anggota ASEAN sejak tahun 2012 tersebut dapat diimplementasikan, maka dibentuklah National Tourism Professional Board (NTTB) yang bertugas untuk mengawal implementasi kurikulum berstandar ASEAN. NTTB harus melaporkan kinerjanya kepada sekretariat yang dibentuk oleh negara-negara anggota ASEAN secara berkala melalui ASEAN Tourism Committee Meetings.

Dalam ASEAN Tourism Committee Meetings kemarin di Kota Kinabalu, Malaysia, setiap negara yang diwakili oleh Kementrian Pariwisata dan NTTB dari setiap negara menyampaikan laporan kepada sekretariat. Berdasarkan laporan tersebut, posisi Indonesia berada di bawah negara lain seperti Kamboja, Myanmar, dan Laos dari aspek sosialisasi dan implementasi kurikulum berstandar ASEAN.

Lebih lanjut dia mengutarakan proses implementasi kurikulum tersebut tidak bisa hanya dikerjakan oleh NTTB namun juga harus melibatkan partisipasi aktif dari para asosiasi yang merupakan praktisi dan juga para akademisi. Untuk mempercepat proses implementasi, NTTB menggandeng AJAR.id yang merupakan portal belajar yang fokus menggarap konten-konten belajar dan Learning Management System yang berstandar kurikulum ASEAN.

“AJAR mewakili Indonesia mempresentasikan tentang Hybrid Learning Model untuk implementasi kurikulum belajar berstandar ASEAN untuk dunia Pariwisata dan Perhotelan. AJAR adalah yang pertama di negara-negara ASEAN sehingga tidak menutup kemungkinan kami membuka pelayanan di luar Indonesia,” kata Ikin Solikin, Chairman of AJAR, dalam ASEAN Tourism Committee Meetings.

Lebih lanjut, Ikin mengatakan AJAR menghadirkan tiga solusi sekaligus untuk proses percepatan implementasi kurikulum bersatandar ASEAN. Hybrid Learning yang akan disajikan AJAR merupakan konsep belajar dengan menggunakan berbagai macam variasi konten belajar yang meliputi konten video, web interaktif, quiz, assessment, live streaming, dan face to face. Dengan variasi konten tersebut, para pengguna portal dapat berinteraksi dengan platform dan trainer sehingga proses belajar menjadi lebih efektif dan efisien. (rel/ila/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/