26.7 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Produksi CPO Ditarget 25 Juta Ton

JAKARTA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengestimasikan ekspor crude palm oil (CPO) atau sawit mentah maupun produk turunan tahun ini bakal meningkat dibandingkan tahun lalu. Salah satunya didorong peluang memperbesar ekspor ke Pakistan. Tahun 2011 lalu, total produksi anggota Gapki sekitar 23,5 juta ton dengan volume ekspor mencapai 16,5 juta ton.

Ketua Bidang Pemasaran Gapki Susanto mengatakan, realisasi ekspor dan produksi pada 2011 meningkat 7,3 persen dan 5,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan 2010, ekspor sawit dan turunan tercatat 15,65 juta ton. Sepanjang tahun lalu, ekspor didominasi produk turunan dengan persentase 53 persen dan sisanya 47 persen sawit mentah. “Tingginya produk turunan disebabkan bea keluar,” katanya kemarin (4/1).

Sedangkan estimasi produksi pada 2012 mencapai 25 juta ton dengan ekspor meningkat antara 17,5-18 juta ton. Dijelaskannya, kenaikan produksi tersebut ditunjang dari hasil penanaman pada periode 2008-2009 lalu. Selain itu, pihaknya juga melakukan ekspansi lahan di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat seluas 150 ribu-170 ribu hektare. Sisanya di Sumatera dan Sulawesi.“Kalau ekspor ditopang pasar di Afrika Utara, Timur Tengah, dan pecahan negara Uni Soviet. Hasil penandatangan PTA (Preferential Trade Agreement) Indonesia-Pakistan kami prediksi bisa menaikkan ekspor pada 2012,” ucapnya.

September lalu, kedua negara sepakat melakukan pengurangan tarif. Produk sawit Indonesia mendapat pengurangan tarif 15 persen dari most favourable nations (MFN). (res/oki/jpnn)

JAKARTA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengestimasikan ekspor crude palm oil (CPO) atau sawit mentah maupun produk turunan tahun ini bakal meningkat dibandingkan tahun lalu. Salah satunya didorong peluang memperbesar ekspor ke Pakistan. Tahun 2011 lalu, total produksi anggota Gapki sekitar 23,5 juta ton dengan volume ekspor mencapai 16,5 juta ton.

Ketua Bidang Pemasaran Gapki Susanto mengatakan, realisasi ekspor dan produksi pada 2011 meningkat 7,3 persen dan 5,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan 2010, ekspor sawit dan turunan tercatat 15,65 juta ton. Sepanjang tahun lalu, ekspor didominasi produk turunan dengan persentase 53 persen dan sisanya 47 persen sawit mentah. “Tingginya produk turunan disebabkan bea keluar,” katanya kemarin (4/1).

Sedangkan estimasi produksi pada 2012 mencapai 25 juta ton dengan ekspor meningkat antara 17,5-18 juta ton. Dijelaskannya, kenaikan produksi tersebut ditunjang dari hasil penanaman pada periode 2008-2009 lalu. Selain itu, pihaknya juga melakukan ekspansi lahan di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat seluas 150 ribu-170 ribu hektare. Sisanya di Sumatera dan Sulawesi.“Kalau ekspor ditopang pasar di Afrika Utara, Timur Tengah, dan pecahan negara Uni Soviet. Hasil penandatangan PTA (Preferential Trade Agreement) Indonesia-Pakistan kami prediksi bisa menaikkan ekspor pada 2012,” ucapnya.

September lalu, kedua negara sepakat melakukan pengurangan tarif. Produk sawit Indonesia mendapat pengurangan tarif 15 persen dari most favourable nations (MFN). (res/oki/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/