25.6 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Semester Pertama 2022, BPS: Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,23 Persen

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan perekonomian Indonesia pada kuartal kedua 2022 berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp4.919,9 triliun. Sedangkan, PDB atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar Rp2.923,7 triliun.

“Dengan demikian pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua 2022 bila dibandingkan triwulan pertama 2022 atau secara quarter-to-quarter (QtQ) tumbuh 3,72 persen. Jika dibandingkan triwulan kedua 2021 atau secara year-on-year (YoY) tumbuh sebesar 5,44 persen,” ungkap Kepala BPS, Margo Yuwono, dalam paparan di Kantor BPS, Jakarta, Jumat (5/8).

Sehingga, secara kumulatif ekonomi Indonesia semester I (Januari-Juni) 2022 tumbuh sebesar 5,23 persen dibandingkan semester pertama 2021 (C-to-C). Seluruh lapangan usaha tumbuh positif pada triwulan kedua kecuali administrasi pemerintahan yang terkontraksi 1,73 persen dan jasa pendidikan yang terkontraksi 1,15 persen.

Penyebab kontraksi administrasi pemerintahan yakni realisasi belanja pegawai dan belanja barang dan jasa pada triwulan kedua yang terkontraksi 2,39 persen. Sementara itu, jasa pendidikan mengalami kontraksi karena penurunan belanja tenaga pendidikan dan tenaga penyuluh non-PNS atau PPPK.

“Lapangan usaha yang tumbuh tinggi, yakni transportasi dan pergudangan yang tumbuh 21,27 persen. Disusul akomodasi dan makanan/minuman yang tumbuh 9,76 persen didorong pelonggaran mobilitas dan Hari Raya Idul Fitri, kemudian pengadaan listrik dan gas yang tumbuh 9,33 persen,” tutur Margo.

Berdasarkan sumbernya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua 2022 diperoleh dari dari pertumbuhan industri pengolahan dengan andil 0,82 persen poin, transportasi dan pergudangan dengan andil 0,76 persen poin, perdagangan (0,58 persen poin), infokom (0,5 persen poin), sisanya sebesar 2,78 persen poin.

Sedangkan dari sisi pengeluaran, seluruh komponen pada triwulan kedua 2022 tumbuh positif, kecuali konsumsi pemerintah yang mengalami kontraksi 5,24 persen (share 6,34 persen). Konsumsi rumah tangga tumbuh 5,51 persen (share 51,47 persen), Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 3,07 persen (share 27,31 persen), ekspor tumbuh 19,74 persen (share 24,58 persen), konsumsi LNPRT tumbuh 5,04 persen (share 1,17 persen), dan impor tumbuh 12,34 persen (share negatif 20,5 persen).

“Pertumbuhan tertinggi ada di ekspor karena memperoleh windfall kenaikan harga unggulan Indonesia di tingkat global,” imbuh Margo.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua 2022 dipengaruhi faktor global dan domestik. Kondisi ekonomi global dihadapkan sejumlah tantangan, dimana inflasi di beberapa negara sudah cukup tinggi, seperti Uni Eropa (9,6 persen), Amerika Serikat (9,1 persen), Inggris (8,2 persen), Korea Selatan (6,1 persen), dan Tiongkok (2,5 persen).

Namun, di tengah tekanan global, ekonomi mitra dagang Indonesia pada triwulan kedua tetap tumbuh positif. Sebut saja Tiongkok yang tumbuh tipis 0,4 persen dan Amerika Serikat yang tumbuh 1,6 persen. Ekspor Indonesia ke Tiongkok untuk diketahui mencapai 21,52 persen, sedangkan ke Amerika Serikat mencapai 9,89 persen dari total ekspor.

Dengan kenaikan harga komoditas global dan ekonomi mitra dagang masih tumbuh positif pada triwulan kedua, Indonesia mendapatkan windfall dari kondisi itu. Tercatat neraca perdagangan triwulan kedua sebesar USD15,55 miliar, naik 148,01 persen secara tahunan, dan naik 67,85 persen secara kuartalan.

Dari dalam negeri, karena membaiknya penanganan Covid-19, maka mobilitas makin tinggi. Daya beli masyarakat juga terjaga didorong akselerasi konsumsi dan aktivitas produksi.

Indikator yang menggambarkan meningkatkan mobilitas yakni jumlah penumpang pada triwulan kedua 2022 yang meningkat untuk seluruh moda transportasi. Sementara itu, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk lewat pintu utama juga tumbuh signifikan sebesar 1.250,65 persen, dengan tingkat penghunian kamar (TPK) sebesar 9,74 persen. (jpc/saz)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan perekonomian Indonesia pada kuartal kedua 2022 berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp4.919,9 triliun. Sedangkan, PDB atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar Rp2.923,7 triliun.

“Dengan demikian pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua 2022 bila dibandingkan triwulan pertama 2022 atau secara quarter-to-quarter (QtQ) tumbuh 3,72 persen. Jika dibandingkan triwulan kedua 2021 atau secara year-on-year (YoY) tumbuh sebesar 5,44 persen,” ungkap Kepala BPS, Margo Yuwono, dalam paparan di Kantor BPS, Jakarta, Jumat (5/8).

Sehingga, secara kumulatif ekonomi Indonesia semester I (Januari-Juni) 2022 tumbuh sebesar 5,23 persen dibandingkan semester pertama 2021 (C-to-C). Seluruh lapangan usaha tumbuh positif pada triwulan kedua kecuali administrasi pemerintahan yang terkontraksi 1,73 persen dan jasa pendidikan yang terkontraksi 1,15 persen.

Penyebab kontraksi administrasi pemerintahan yakni realisasi belanja pegawai dan belanja barang dan jasa pada triwulan kedua yang terkontraksi 2,39 persen. Sementara itu, jasa pendidikan mengalami kontraksi karena penurunan belanja tenaga pendidikan dan tenaga penyuluh non-PNS atau PPPK.

“Lapangan usaha yang tumbuh tinggi, yakni transportasi dan pergudangan yang tumbuh 21,27 persen. Disusul akomodasi dan makanan/minuman yang tumbuh 9,76 persen didorong pelonggaran mobilitas dan Hari Raya Idul Fitri, kemudian pengadaan listrik dan gas yang tumbuh 9,33 persen,” tutur Margo.

Berdasarkan sumbernya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua 2022 diperoleh dari dari pertumbuhan industri pengolahan dengan andil 0,82 persen poin, transportasi dan pergudangan dengan andil 0,76 persen poin, perdagangan (0,58 persen poin), infokom (0,5 persen poin), sisanya sebesar 2,78 persen poin.

Sedangkan dari sisi pengeluaran, seluruh komponen pada triwulan kedua 2022 tumbuh positif, kecuali konsumsi pemerintah yang mengalami kontraksi 5,24 persen (share 6,34 persen). Konsumsi rumah tangga tumbuh 5,51 persen (share 51,47 persen), Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 3,07 persen (share 27,31 persen), ekspor tumbuh 19,74 persen (share 24,58 persen), konsumsi LNPRT tumbuh 5,04 persen (share 1,17 persen), dan impor tumbuh 12,34 persen (share negatif 20,5 persen).

“Pertumbuhan tertinggi ada di ekspor karena memperoleh windfall kenaikan harga unggulan Indonesia di tingkat global,” imbuh Margo.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua 2022 dipengaruhi faktor global dan domestik. Kondisi ekonomi global dihadapkan sejumlah tantangan, dimana inflasi di beberapa negara sudah cukup tinggi, seperti Uni Eropa (9,6 persen), Amerika Serikat (9,1 persen), Inggris (8,2 persen), Korea Selatan (6,1 persen), dan Tiongkok (2,5 persen).

Namun, di tengah tekanan global, ekonomi mitra dagang Indonesia pada triwulan kedua tetap tumbuh positif. Sebut saja Tiongkok yang tumbuh tipis 0,4 persen dan Amerika Serikat yang tumbuh 1,6 persen. Ekspor Indonesia ke Tiongkok untuk diketahui mencapai 21,52 persen, sedangkan ke Amerika Serikat mencapai 9,89 persen dari total ekspor.

Dengan kenaikan harga komoditas global dan ekonomi mitra dagang masih tumbuh positif pada triwulan kedua, Indonesia mendapatkan windfall dari kondisi itu. Tercatat neraca perdagangan triwulan kedua sebesar USD15,55 miliar, naik 148,01 persen secara tahunan, dan naik 67,85 persen secara kuartalan.

Dari dalam negeri, karena membaiknya penanganan Covid-19, maka mobilitas makin tinggi. Daya beli masyarakat juga terjaga didorong akselerasi konsumsi dan aktivitas produksi.

Indikator yang menggambarkan meningkatkan mobilitas yakni jumlah penumpang pada triwulan kedua 2022 yang meningkat untuk seluruh moda transportasi. Sementara itu, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk lewat pintu utama juga tumbuh signifikan sebesar 1.250,65 persen, dengan tingkat penghunian kamar (TPK) sebesar 9,74 persen. (jpc/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/