23.2 C
Medan
Saturday, January 18, 2025

Sortaman Saragih: Petani Padi Adalah Pahlawan Ketahanan Pangan

SUMUTPOS.CO – Belakangan ini negara Indonesia mulai kuatir atas ketersediaan pangan. Hal ini dibuktikan dengan kebijakan impor beras dari sejumlah negara. Selama tahun 2023 ini impor beras sudah mencapai 1,5 juta ton. Ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan pangan yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat.

Untuk tahun ini jumlah produksi beras secara nasional mencapai 30 juta ton. Dan ini berkurang dibanding tahun 2022 yang menghasilkan 31 juta ton.

Sementara itu, luas panen padi pada 2023 diperkirakan sekitar 10,20 juta hektare, mengalami penurunan sebanyak 255,79 ribu hektare atau 2,45 persen dibandingkan luas panen padi di 2022 yang sebesar 10,45 juta hektare.

Sortaman Saragih salah seorang tokoh nasional yang berasal dari Kabupaten Simalungun mengungkapkan adanya kelemahan pemerintah dalam memanajemen produksi beras. Ia mengungkapkan fakta di lapangan, sudah banyak petani mengalihkan jenis tanaman padi ke jenis tanaman yang lain.

Penyebabnya adalah keuntungan yang diperoleh petani dari hasil padi sangat minim. Atau tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga.

“Biaya produksi cukup tinggi. Mulai dari bibit dan harga pupuk yang mahal. Sementara harga gabah murah. Lalu, untuk jangka panen nya juga sampai 4 bulan. Nah, ini yang menjadi masalah utama di petani,” terangnya.

Sementara pada jenis tanaman yang lain relatif lebih tinggi harga jualnya. Misal menanam cabai, kacang dan tanaman lainnya.

Ada juga lahan pertanian beralih fungsi menjadi kawasan perumahan hingga perkebunan.

“Nah, inilah penyebab menurunnya produksi beras di Indonesia. Sementara negara kita adalah negara agraris,” ujar Sortaman yang merupakan politisi Partai Perindo ini.

Pemerintah dalam hal ini menurut Sortaman harus memiliki terobosan yang rill. Jika hanya membuat pupuk bersubsidi atau bantuan bibit maka kondisi ini tidak akan berubah.

“Petani padi itu harus dimanjakan. Dimanjakan dalam artian positif. Sebab mereka adalah pahlawan ketahanan pangan. Bantuan ke mereka harus lebih dan khusus dibanding petani lainnya,” kata Sortaman yang saat ini maju menjadi Caleg DPR RI dari Dapil Sumut lll.

Dimanjakan yang dimaksud adalah menjamin kehidupan keluarga petani padi. Selain bantuan pupuk harus ada bantuan uang tunai. Sehingga kebutuhan mereka sebelum panen bisa terpenuhi.

“Saya yakin, jika ada bantuan lebih khusus kepada petani padi. Maka tidak akan terjadi alih fungsi lahan padi. Petani akan semangat dan tentu produksi beras secara nasional akan meningkat. Sehingga ketahanan pangan kita akan terjamin dan tidak ada lagi yang namanya impor beras,” kata Sortaman. (mag-7/ram)

SUMUTPOS.CO – Belakangan ini negara Indonesia mulai kuatir atas ketersediaan pangan. Hal ini dibuktikan dengan kebijakan impor beras dari sejumlah negara. Selama tahun 2023 ini impor beras sudah mencapai 1,5 juta ton. Ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan pangan yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat.

Untuk tahun ini jumlah produksi beras secara nasional mencapai 30 juta ton. Dan ini berkurang dibanding tahun 2022 yang menghasilkan 31 juta ton.

Sementara itu, luas panen padi pada 2023 diperkirakan sekitar 10,20 juta hektare, mengalami penurunan sebanyak 255,79 ribu hektare atau 2,45 persen dibandingkan luas panen padi di 2022 yang sebesar 10,45 juta hektare.

Sortaman Saragih salah seorang tokoh nasional yang berasal dari Kabupaten Simalungun mengungkapkan adanya kelemahan pemerintah dalam memanajemen produksi beras. Ia mengungkapkan fakta di lapangan, sudah banyak petani mengalihkan jenis tanaman padi ke jenis tanaman yang lain.

Penyebabnya adalah keuntungan yang diperoleh petani dari hasil padi sangat minim. Atau tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga.

“Biaya produksi cukup tinggi. Mulai dari bibit dan harga pupuk yang mahal. Sementara harga gabah murah. Lalu, untuk jangka panen nya juga sampai 4 bulan. Nah, ini yang menjadi masalah utama di petani,” terangnya.

Sementara pada jenis tanaman yang lain relatif lebih tinggi harga jualnya. Misal menanam cabai, kacang dan tanaman lainnya.

Ada juga lahan pertanian beralih fungsi menjadi kawasan perumahan hingga perkebunan.

“Nah, inilah penyebab menurunnya produksi beras di Indonesia. Sementara negara kita adalah negara agraris,” ujar Sortaman yang merupakan politisi Partai Perindo ini.

Pemerintah dalam hal ini menurut Sortaman harus memiliki terobosan yang rill. Jika hanya membuat pupuk bersubsidi atau bantuan bibit maka kondisi ini tidak akan berubah.

“Petani padi itu harus dimanjakan. Dimanjakan dalam artian positif. Sebab mereka adalah pahlawan ketahanan pangan. Bantuan ke mereka harus lebih dan khusus dibanding petani lainnya,” kata Sortaman yang saat ini maju menjadi Caleg DPR RI dari Dapil Sumut lll.

Dimanjakan yang dimaksud adalah menjamin kehidupan keluarga petani padi. Selain bantuan pupuk harus ada bantuan uang tunai. Sehingga kebutuhan mereka sebelum panen bisa terpenuhi.

“Saya yakin, jika ada bantuan lebih khusus kepada petani padi. Maka tidak akan terjadi alih fungsi lahan padi. Petani akan semangat dan tentu produksi beras secara nasional akan meningkat. Sehingga ketahanan pangan kita akan terjamin dan tidak ada lagi yang namanya impor beras,” kata Sortaman. (mag-7/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/