25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Besi Beton Langka, Sektor Property Terganggu

MEDAN- Sejak isu kenaikkan BBM (Bahan Bakar Minyak), sebagian harga komoditas mengalami kenaikan harga. Bahkan, saat isu tersebut berembus, beberapa komoditas terlihat menghilang. Seperti besi beton, yang perannya sangat dibutuhkan dalam pembangunan sebuah rumah.

Sejak dua pekan yang lalu, besi beton sudah mulai langka di pasaran, bahkan cenderung mulai hilang. Padahal, salah satu import terbesar Sumut adalah besi. Bila stok besi terus menghilang, diprediksi akan mengurangi pertumbuhan ekonomi, terutama bagi bisnis properti. “Sudah sejak dua minggu yang lalu, kita sulit mendapatkan besi, padahal ini sangat penting untuk pembangunan rumah,”  ujar Ketua Real Estate Indonesia (REI) Sumut Tomi Wistan di Medan.

Menurutnya, saat ini ada permainan dari pihak distributor atau pedagang untuk menaikkan harga jual dari salah satu bahan bangunan ini. “Kami sudah menerima laporan sulitnya mendapatkan besi di panglong dan tempat lainnya. Bahkan, saat ini kami harus pesan terlebih dahulu. “Keadaan ini yang akan membuat melambatnya pertumbuhan ekonomi di sektor properti. Keadaan ini yang akan membuat melambatnya pertumbuhan ekonomi di sektor properti,” tambah Tomi.

Karena itu, Tomi atas nama REI Sumut berharap, agar instansi yang terkait sudi kiranya untuk mencari tahu masalah ini. Mengingat, besi sangat penting dalam hal bangunan, bahkan tidak ada yang bisa mengganti bahan bangunan ini dengan yang lainnya.

Sementara itu, salah satu pengembang di Medan, Susi Simanjuntak mengatakan, dirinya benar-benar kesulitan untuk menemukan besi. Dirinya mengaku, sudah hampir semua panglong yang ada dikota Medan ini didatangi untuk mendapatkan besi. “Rabu kemarin (4/4) misalnya, semua panglong saya datangi, tapi semuanya pula mengaku tidak memiliki stok besi,” ungkap Susi.

Susi juga merasa bigung dengan ketidakadaan stok ini, mengingat harga BBM yang belum jadi naik, walau sejak akhir Maret yang lalu, dia mengakui bahwa harga besi sudah mengalami kenaikan. ‘Aneh kan BBM tidak jadi naik, tetapi kenapa stok kosong, selain itu harga juga sudah naik, sejak akhir bulan Maret lah,” tambah Susi.

Sama seperti Tomi, Susi juga berasumsi bahwa hilangnya besi dipasaran karena permainan pedagang dan distributor. “Masa semua panglong kosong?, logikanya tidak mungkin, karena bagi pengembang, besi ini sangat penting, tidak bisa diganti dengan yang lainnya,” ungkapnya.
Saat ini, harga  besi untuk ukuran 8 milimeter dan panjang 12 meter sudah mengalami kenaikan harga. Harga yang dipatok untuk saat ini berkisar Rp45 ribu, atau naik sekitar 5 persen dari harga sebelumnya yang hanya sekitar Rp42 ribu hingga Rp43 ribu.

Sementara itu, pengamat ekonomi dari USU, Jhon Tafbu Ritonga mengatakan naiknya harga dan hilangnya beberapa komoditas dipasaran merupakan dampak psikologis akibat kebijakan pemerintah yang akan menaikkan harga BBM. Walau ditunda, bukan berarti pasar menjadi baik atau normal. Malah sebaliknya, pasar menjadi memanas  karena keragu-raguan pemerintah dalam menetapkan kebijakan. “Jadi, bila pemerintah tidak bisa menormalkan kembali harga yang sudah terlanjur naik, serta mengembalikan pasar ke normal, ini akan berdampak pada masyarakat. Sudah harga naik, subsidi tidak jelas,” ungkapnya.

Ironisnya, perlambatan pertumbuhan saat ini bukan karena krisis di AS dan Eropa, melainkan karena ketidakmampuan pemerintahbersikap tegas. (ram)
“Kalau akhir dan awal tahun kemarin kita sebut, perlambatan ekonomi diprediksi karena krisis di Amerika dan Eropa, tetapi kalau saat ini saya bilang karena pemerintah yang tidak bersikap tegas,” tambahnya. (ram)

MEDAN- Sejak isu kenaikkan BBM (Bahan Bakar Minyak), sebagian harga komoditas mengalami kenaikan harga. Bahkan, saat isu tersebut berembus, beberapa komoditas terlihat menghilang. Seperti besi beton, yang perannya sangat dibutuhkan dalam pembangunan sebuah rumah.

Sejak dua pekan yang lalu, besi beton sudah mulai langka di pasaran, bahkan cenderung mulai hilang. Padahal, salah satu import terbesar Sumut adalah besi. Bila stok besi terus menghilang, diprediksi akan mengurangi pertumbuhan ekonomi, terutama bagi bisnis properti. “Sudah sejak dua minggu yang lalu, kita sulit mendapatkan besi, padahal ini sangat penting untuk pembangunan rumah,”  ujar Ketua Real Estate Indonesia (REI) Sumut Tomi Wistan di Medan.

Menurutnya, saat ini ada permainan dari pihak distributor atau pedagang untuk menaikkan harga jual dari salah satu bahan bangunan ini. “Kami sudah menerima laporan sulitnya mendapatkan besi di panglong dan tempat lainnya. Bahkan, saat ini kami harus pesan terlebih dahulu. “Keadaan ini yang akan membuat melambatnya pertumbuhan ekonomi di sektor properti. Keadaan ini yang akan membuat melambatnya pertumbuhan ekonomi di sektor properti,” tambah Tomi.

Karena itu, Tomi atas nama REI Sumut berharap, agar instansi yang terkait sudi kiranya untuk mencari tahu masalah ini. Mengingat, besi sangat penting dalam hal bangunan, bahkan tidak ada yang bisa mengganti bahan bangunan ini dengan yang lainnya.

Sementara itu, salah satu pengembang di Medan, Susi Simanjuntak mengatakan, dirinya benar-benar kesulitan untuk menemukan besi. Dirinya mengaku, sudah hampir semua panglong yang ada dikota Medan ini didatangi untuk mendapatkan besi. “Rabu kemarin (4/4) misalnya, semua panglong saya datangi, tapi semuanya pula mengaku tidak memiliki stok besi,” ungkap Susi.

Susi juga merasa bigung dengan ketidakadaan stok ini, mengingat harga BBM yang belum jadi naik, walau sejak akhir Maret yang lalu, dia mengakui bahwa harga besi sudah mengalami kenaikan. ‘Aneh kan BBM tidak jadi naik, tetapi kenapa stok kosong, selain itu harga juga sudah naik, sejak akhir bulan Maret lah,” tambah Susi.

Sama seperti Tomi, Susi juga berasumsi bahwa hilangnya besi dipasaran karena permainan pedagang dan distributor. “Masa semua panglong kosong?, logikanya tidak mungkin, karena bagi pengembang, besi ini sangat penting, tidak bisa diganti dengan yang lainnya,” ungkapnya.
Saat ini, harga  besi untuk ukuran 8 milimeter dan panjang 12 meter sudah mengalami kenaikan harga. Harga yang dipatok untuk saat ini berkisar Rp45 ribu, atau naik sekitar 5 persen dari harga sebelumnya yang hanya sekitar Rp42 ribu hingga Rp43 ribu.

Sementara itu, pengamat ekonomi dari USU, Jhon Tafbu Ritonga mengatakan naiknya harga dan hilangnya beberapa komoditas dipasaran merupakan dampak psikologis akibat kebijakan pemerintah yang akan menaikkan harga BBM. Walau ditunda, bukan berarti pasar menjadi baik atau normal. Malah sebaliknya, pasar menjadi memanas  karena keragu-raguan pemerintah dalam menetapkan kebijakan. “Jadi, bila pemerintah tidak bisa menormalkan kembali harga yang sudah terlanjur naik, serta mengembalikan pasar ke normal, ini akan berdampak pada masyarakat. Sudah harga naik, subsidi tidak jelas,” ungkapnya.

Ironisnya, perlambatan pertumbuhan saat ini bukan karena krisis di AS dan Eropa, melainkan karena ketidakmampuan pemerintahbersikap tegas. (ram)
“Kalau akhir dan awal tahun kemarin kita sebut, perlambatan ekonomi diprediksi karena krisis di Amerika dan Eropa, tetapi kalau saat ini saya bilang karena pemerintah yang tidak bersikap tegas,” tambahnya. (ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/