JAKARTA, SUMUTPOS.CO – PT Pertamina (Persero) berencana melakukan upgrading dan modernisasi, guna peningkatan kualitas dan daya saing perseroan dalam membangun ketahanan dan kemandirian energi di Indonesia.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia, Ignatius Talulembang mengatakan, ada 4 kilang yang akan menjadi prioritas pembangunan. Adapun 4 proyek perluasan kilang tersebut, yakni refinery development master plan (RDMP) Refinery Unit (RU) II Dumai, RDMP RU IV Cilacap, RDMP RU V Balikpapan, dan RDMP RU VI Balongan.
“Supaya mampu bersaing dengan kilang-kilang di region ini, seperti Singapura, Malaysia, termasuk Filipina. Itu yang kami sebut RDMP, ada upgrading, modernisasi, menambah kapasitas dan kualitas produk,” tutur Ignatius di Gedung Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (6/11).
Sebagaimana diketahui, Pertamina merupakan tulang punggung pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sumber daya energi wilayah di Indonesia. Maka dari itu, demi memenuhi kebutuhan masyarakat secara merata, maka harus ada pembaharuan kilang yang dipercepat. “Kondisi saat ini kita masih impor sebagian besar produk, karena kapasitas kilang masih 1 juta, dari 1 juta kapasitas yang terpasang. Kira-kira yang beroperasi berkapasitas 800 sampai 900 ribu, yang menghasilkan produk BBM sebanyak 500-650 ribu barrel, yakni jenis gasoline, solar, dan avtur,” beber Ignatius.
Nantinya, lanjut Ignatius, Pertamina akan membangun kilang baru yang juga sudah masuk ke dalam list project, yakni kilang minyak grass root refinery (GRR) di Tuban dan Bontang. Kedua kilang tersebut akan memproduksi minyak masing-masing sebesar 300 ribu barrel per hari, yang juga terintegrasi dengan Petrokimia.
“Saya ingin menyampaikan, Pertamina sangat komit dan akan mempercepat pembangunan untuk mencapai target kemandirian dan ketahanan energi dengan melakukan akselerasi atau fast track metodology yang akan ditempuh,” katanya.
Dengan adanya percepatan ini, devisa pada 2030 diperkirakan meningkat hingga 12 miliar Dollar AS, serta menambah penerimaan pajak menjadi 109 miliar Dollar AS. Pembangunan kilang juga akan menyerap tenaga kerja sebesar 172 ribu orang.
Sebanyak 172 ribu itu, di lokasi tempat pembuatan kilangnya ada tempat tinggal dan transportasi, makanan juga, itu dampak tidak langsung yang akan dihasilkan. “Lalu kami juga akan meningkatkan penggunaan sumber daya lokal, baik SDM maupun konstruksi. Kami berupaya 35-50 persen penggunaan sumber daya lokal, yang akan mendorong pertumbuhan energi dan ekonomi nasional,” pungkas Ignatius. (jpc/saz)