26 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Pembangkit Geothermal Sarulla Segera Dibangun

JAKARTA- Setelah menempuh proses panjang, pembangunan pembangkit listrik geothermal terbesar di Indonesia bakal segera terwujud. Disaksikan Wakil Presiden Boediono, Menteri ESDM Jero Wacik menyerahkan persetujuan perjanjian jual beli listrik dan kerjasama operasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Sarulla 3×110 MW kepada PT Perusahaan Listrik Negara dan Pertamina Geothermal Energy (PGE) di kantor Wakil Presiden, kemarin (11/4).

Penyerahan kontrak kerjasama itu dilakukan setelah pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri ESDM, Menteri Keuangan dan Menteri BUMN tentang status kepemilikan aset panas bumi dari kontrak operasi bersama.

Wapres Boediono memaparkan, berbagai simpul yang macet mengenai pembangunan pembangkit geothermal Sarulla, akhirnya mulai bisa diurai. “Perlu 27 bulan dari saat itu sampai sekarang. Semoga di masa depan mekanisme penyelesaian masalah bisa diatasi lebih baik,” kata Boediono, kemarin.

Menurut Boediono, potensi Sarulla sangat besar. Dengan kesepakatan harga Rp6,7 sen/kwh, maka penghematan subsidi listrik mencapai hingga Rp4 trilun per tahun. Sedangkan dari segi non-keuangan bisa menghemat emisi CO2 hingga 1 juta ton. “Inilah kontribusi Indonesia pada pemanasan global. Sarulla bukan cuma terbesar di Indonesia, tapi juga salah satu kontrak tunggal terbesar di dunia,” ujar Boediono.

Boediono berharap pembangunan pembangkit geothermal Sarulla bisa menjadi inspirasi bagi proyek-proyek swasta lainnya untuk berbondong-bondong masuk. “Uang APBN kita sendiri tak cukup kalau membangun sendiri. Dengan Sarulla ini, saya berharap investor lain segera masuk. Kami upayakan kontrak yang menguntungkan bagi semua pihak,” katanya.

Proyek PLTP Sarulla 330 MW berlokasi di Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi Sarulla milik PT PGE, di Kabupaten Taput dan Tapsel. Bertindak selaku kontraktor dari PT PGE adalah Konsorsium Medco-Ormat-Itochu-Kyushu yang sekaligus akan membangun dan mengoperasikan pembangkit PLTP ini dengan investasi senilai USD 1,4 miliar.

Lingkup pekerjaan konsorsium adalah pembangunan pembangkit PLTP di 2 lokasi yaitu Silangkitang (220 MW) dan Namora (110 MW), serta transmisi 150 kV sepanjang,15 km dari kedua lokasi pembangkit PLTP sampai ke Gardu Induk (GI) Sarulla milik PLN.

Pembangunan PLTP Sarulla akan dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama akan beroperasi tahun 2016, tahap kedua beroperasi tahun 2017 dan tahap ketiga beroperasi 2018. PLTP Sarulla adalah pembangkit listrik yang terbesar di dalam program Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik 10.000 MW Tahap II, di mana hampir 50 persen-nya (4952 MW) berasal dari panas bumi.(ken/jpnn)

JAKARTA- Setelah menempuh proses panjang, pembangunan pembangkit listrik geothermal terbesar di Indonesia bakal segera terwujud. Disaksikan Wakil Presiden Boediono, Menteri ESDM Jero Wacik menyerahkan persetujuan perjanjian jual beli listrik dan kerjasama operasi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Sarulla 3×110 MW kepada PT Perusahaan Listrik Negara dan Pertamina Geothermal Energy (PGE) di kantor Wakil Presiden, kemarin (11/4).

Penyerahan kontrak kerjasama itu dilakukan setelah pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri ESDM, Menteri Keuangan dan Menteri BUMN tentang status kepemilikan aset panas bumi dari kontrak operasi bersama.

Wapres Boediono memaparkan, berbagai simpul yang macet mengenai pembangunan pembangkit geothermal Sarulla, akhirnya mulai bisa diurai. “Perlu 27 bulan dari saat itu sampai sekarang. Semoga di masa depan mekanisme penyelesaian masalah bisa diatasi lebih baik,” kata Boediono, kemarin.

Menurut Boediono, potensi Sarulla sangat besar. Dengan kesepakatan harga Rp6,7 sen/kwh, maka penghematan subsidi listrik mencapai hingga Rp4 trilun per tahun. Sedangkan dari segi non-keuangan bisa menghemat emisi CO2 hingga 1 juta ton. “Inilah kontribusi Indonesia pada pemanasan global. Sarulla bukan cuma terbesar di Indonesia, tapi juga salah satu kontrak tunggal terbesar di dunia,” ujar Boediono.

Boediono berharap pembangunan pembangkit geothermal Sarulla bisa menjadi inspirasi bagi proyek-proyek swasta lainnya untuk berbondong-bondong masuk. “Uang APBN kita sendiri tak cukup kalau membangun sendiri. Dengan Sarulla ini, saya berharap investor lain segera masuk. Kami upayakan kontrak yang menguntungkan bagi semua pihak,” katanya.

Proyek PLTP Sarulla 330 MW berlokasi di Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi Sarulla milik PT PGE, di Kabupaten Taput dan Tapsel. Bertindak selaku kontraktor dari PT PGE adalah Konsorsium Medco-Ormat-Itochu-Kyushu yang sekaligus akan membangun dan mengoperasikan pembangkit PLTP ini dengan investasi senilai USD 1,4 miliar.

Lingkup pekerjaan konsorsium adalah pembangunan pembangkit PLTP di 2 lokasi yaitu Silangkitang (220 MW) dan Namora (110 MW), serta transmisi 150 kV sepanjang,15 km dari kedua lokasi pembangkit PLTP sampai ke Gardu Induk (GI) Sarulla milik PLN.

Pembangunan PLTP Sarulla akan dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama akan beroperasi tahun 2016, tahap kedua beroperasi tahun 2017 dan tahap ketiga beroperasi 2018. PLTP Sarulla adalah pembangkit listrik yang terbesar di dalam program Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik 10.000 MW Tahap II, di mana hampir 50 persen-nya (4952 MW) berasal dari panas bumi.(ken/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/