SUMUTPOS.CO – Tahukah kalian bahwa Tanah Karo Provinsi Sumatera Utara merupakan daerah yang subur karena berada di kaki Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Sehingga mata pencarian utama di daerah ini adalah bertani.
Hasil pertanian dari Tanah Karo sangat unggul, tak heran banyak di kirim keluar daerah. Beberapa hasil panen yang biasanya dikirim keluar daerah adalah jeruk, sayuran, buah-buahan, dan hasil bumi lainnya.
A Tarigan (51) merupakan petani yang berasal dari di Desa Saribu Jandi Kecamatan Pematang Silima Huta. Lokasi kebun yang berada di ujung Kabupaten Simalungun, dekat dengan perbatasan Kabupaten Karo ini menggelola kebunnya seluas 3 Ha sejak tahun 1998. Belajar dari tahun ke tahun, kini A Taringan dapat mengantongi uang sebesar Rp700 juta setahun.
“Sudah 25 tahun bang saya merintis kebun jeruk ini, total lahan produksi milik saya seluas 3 Hektar. Sekaang saya sudah dapat omzet sebesar Rp700 juta/tahun,” ujarnya kepada awak media, Minggu (11/6/2023).
Bersama petani lainnya di daerah itu, Tarigan memasarkan jeruknya melalui sistem lelang. Para pedagang besar lah yang mengambil jeruk ke kebun, untuk kemudian dipasarkan ke daerah Sumatera, Jawa, bahkan sampai ke Bali.
“Hasil pertanian jeruk memang sangat menjanjikan. Hingga saat ini, saya telah menyekolahkan anak saya hingga perguruan tinggi dari hasil bertani jeruk. Sesuatu yang dirasa mustahil mengingat kehidupan kami dulu lebih sulit dari ini,” tutur ayah 3 orang anak tersebut.
Dari tingkat petani, saat ini jeruk dijual dengan rentang harga antara Rp11.000 per kg sampai Rp17.000 per kilogram. Jika cuaca panas, maka harga jeruk ikut terangkat. Sebaliknya, jika hujan turun terus menerus, harga jeruk pun bisa jatuh.
Secara umum fase hasil jeruk ramai dipanen belum bisa dipastikan, mengingat kebutuhan pasar bisa berubah kapan saja. Namun biasanya panen raya dilakukan di rentang bulan Agustus – September saat musim kemarau.
Sekitar bulan maret 2023 kemarin, Tarigan menjual ke pengepul langganannya dengan total 80 ton jeruk pada satu putaran pemanenan. Dari informasi pengepul, ia bercerita jeruk ini akan dibawa ke Kramat Jati, Pasar Induk Cibitung, Tanah Tinggi, wilayah Bandung, Purwakarta, Surabaya, Yogyakarta bahkan sampai Bali jika musim panen di sana sepi.
Musim panen kemaren, Tarigan bercerita bahwa per truk muatan 6,5 ton jeruk, ia membutuhkan pekerja 8 orang yang bertugas menyusun buah. Selain itu juga dibutuhkan jasa angkut di lahan sebanyak 2 orang dan pekerja memetik buah sebanyak 25 orang.
Kisah sukses Tarigan menginspirasi banyak petani lainnya. Ia membuktikan bahwa dengan semangat pantang menyerah, pengetahuan yang memadai, dan kerja keras, seseorang dapat mencapai kesuksesan dalam bidang pertanian. Kesuksesanya tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri, tetapi juga pada masyarakat sekitar untuk memberikan lapangan pekerjaan.
Perluas Lahan Bermodal Dana Perbankan
Untuk membesarkan usaha kebun jeruknya, A Taringan mengajukan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) . Hingga kini, KUR menjadi primadona untuk kalangan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), karena produk ini memiliki bunga yang lebih ringan dari produk perbankan lainnya, tak khayal KUR menjadi incaran para pelaku UMKM.
Keinginan untuk memperluas lahan mengarahkan Tarigan untuk mengajukan pinjaman ke Kantor Cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kaban Jahe sebesar Rp500 juta. Hasilnya ia mendapatkan pinjaman KUR yang disetujui sebesar Rp300 Juta yang akan ia gunakan untuk mengeksekusi lahan baru seluas 7 Hektar.
“Saya bayar pinjaman dengan cara bayar bunganya dahulu bang, setelah 6 bulan baru pembayaran pokoknya dibayar sekaligus. Karenakan putaran bisnis petani jeruk kan gak tiap bulan bang,” jelas Tarigan.
Sepengalaman ia membangun kebun jeruk, lahan ditanamnya dengan masa tanam yang berbeda. Hal tersebut demi kesinambungan hasil yang diinginkan petani. Selain itu, untuk tanaman perdana maka dimanfaatkan lahan untuk tumpang sari. Bersebelahan ditanam jagung, kol, tomat, dan tanaman pertanian lainnya.
“Jarak tanam biasanya disini 5 x 5 meter, berarti dalam luasan per hektar ada 400 batang bibit pohon jeruk,” tuturnya.
Ikuti Pameran, Cari Relasi Bisnis
Baru-baru ini pada tahun 2022, petani jeruk asal simalungun ini berkesempatan mengikuti pameran UMKM di Jakarta. Untuk mengikuti pameran yang diadakan BRI tersebut, ia mempersiapkan jeruk sekitar 100 Kg untuk dibawa ke ibu kota. Sesampainya di tempat pameran, ia bercerita hanya produk jeruk miliknya yang mengikuti pameran. Klaster Jeruk Perjuma Siboras disebut untuk klaster petani jeruk di daerah.
“Disana ada 2 buah tower tinggi gedung BRI, di samping tower itulah bang tempat kami yang klaster buah-buahan ditempatkan,” ucap Tarigan.
Ia mengakui senang mengikuti acara seperti itu, menurutnya akan menambah jam terbangnya serta dapat memperbesar kesempatan menjalin mitra bisnis baru. Setelah acara pameran itu, ia juga berkesempatan ikut pameran lagi di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara (22/7/2022).
“Saat itu kami disediakan stand khusus, kegiatan yang dilaksanakan Juni 2022 itu bertemakan ‘Bazaar Klaster Mantriku’. Buah disusun rapi seperti menggunung di stand pameran lalu bertuliskan penunjuk harga 15 K yang artinya saat itu harga jeruk senilai Rp15.000. Jeruk yang diikutkan pameran terbilang berukuran besar, per kilogramnya berjumlah 5-6 buah jeruk,” jelasnya
Tarigan juga sering cek aplikasi BRImo di smartphone milik istrinya. Ia coba memastikan kiriman hasil penjulan dari pengepul sudah masuk ke rekeningnya. “Maklum sudah tua, jadi yang tau teknologi saya minta cekkan,” pungkasnya. (dat/ram)