MEDAN, SUMUTPOS.CO – Harga sayuran di pasar tradisinonal di Kota Medan, mulai mengalami penurunan pada Kamis (12/1). Pada Desember 2022 yang lalu, harga Kacang Panjang mencapai Rp30 ribu per kg, dan saat ini hanya Rp15 ribu per kg. Sawi manis yang sempat di harga Rp15 ribuan menjadi Rp3 ribuan per kg. Bayam yang sempat mencapai Rp7 ribu per ikat, kini menjadi Rp4 ribu per ikat.
Menurut Gunawan Benjamin, Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, harga sayuran yang naik karena sempat terganggu produksinya di bulan Desember karena curah hujan tinggi.
Namun karena tumbuh kembang tanamannya cepat, sehingga tidak butuh waktu lama produksi mengalami peningkatan dan harga kembali turun.
“Dan saya menilai ke depan harga sayur sayuran khususnya sayuran dari wilayah dataran rendah, akan mampu bertahan stabil karena cuaca cukup bersahabat. Akan tetapi, penurunan harga sayur sayuran tersebut tidak lantas akan membuat Sumut deflasi,” jelasnya.
Menurutnya, harga bahan pokok seperti cabai merah yang saat ini bertengger dikisaran Rp35 ribuan per kg, dan cabai rawit yang masih ada dikisaran Rp50 ribuan per kg masih akan berpotensi menyumbang inflasi di bulan januari.
Sekalipun pertamina telah menurunkan harga BBM non subsidi di bulan ini. Salah satu yang menjadi pemberat inflasi di bulan januari adalah kenaikan harga beras yang secara konsisten masih naik di bulan ini.
“Pada Kamis (12/1), harga beberapa jenis beras mengalami kenaikan. Khususnya untuk beras medium dan super. Kabar terkini dari kilang di Deliserdang, ada yang menaikkan 5% dari harga sebelumnya (kemarin),” tambahnya.
Bahkan kalau ditarik harganya sejak November dan Desember tahun lalu, harga beras ada yang mengalami kenaikan 14%. Kenaikan harga beras ini akan menjadi beban yang besar bagi pengendalian harga di bulan januari. Untuk meredam harga beras ini peran Bulog harus diperkuat untuk menekan harga. Sejumlah kabar terkait stok beras menipis atau kendala impor beras yang dihadapi Bulog, justru bisa memperburuk harga beras itu sendiri.
Kenaikan harga beras ini dengan jelas menunjukan kepada kita, bahwa kita sangat membutuhkan intervensi harga dari Bulog. Karena sekalipun stok beras pada dasarnya cukup mengacu kepada data BPS, namun harga yang naik di pasar memberikan gambaran bahwa stok yang cukup, tidak menjamin harga yang terkendali. (mag-1/ram)