Melihat Bisnis Tanaman Anggrek Juanita Orchid
Pelaku usaha yang bermain di bidang agrobisnis terbilang masih minim. Padahal, prospeknya ke depan sangat menjanjikan. Salah satu bidang agrobisnis yang prospektif adalah pengembangan anggrek sebagai tanaman hias.
Kerta Wirnata, owner Junita Orchid, mengatakan, bisnis anggrek memang membutuhkan biaya banyak. Namun, dilihat dari prospek dan peminat terbilang masih tinggi.
“Untuk satu hektar memang membutuhkan investasi Rp1 miliar dalam setahun,” katanya saat ditemui di perkebunan Juanita Orchid di Desa Wonosari, Kecamatan Ngoro, Mojokerto, Senin (12/3).
Meski begitu, lanjut dia, tidak sampai tiga tahun pelaku bisnis bisa balik modal dan tidak perlu investasi lagi untuk pengelolaan berikutnya. “Sebab, kita sudah membiakkan dan mengkloning sendiri,” tuturnya.
Juanita Orchid sendiri memiliki luas lahan 2,5 hektare. Sedangkan jumlah tanamannya mencapai 1 juta pohon.
Ada empat jenis anggrek yang dibudidaya, yakni dendrobium, bulan, vanda, dan cattleya. Perkebunan itu memulai usaha 2,5 tahun lalu dan baru 6 bulan ini anggreknya dijual. Mereka melayani mulai ritel sampai pembelian ratusan tanaman.
Setiap bulan terjual sekitar 1.500 pohon. “Harga anggrek stabil. Tidak seperti tanaman lain yang bisa mendadak sampai jutaan rupiah per tanaman,” papar pria yang hobi anggrek itu.
Menurut Kerta, yang utama dalam bisnis anggrek adalah membiakkan hasil kloning tanaman unggulan. Selama ini, proses tersebut telah dilakukan negara-negara lain seperti Thailand dan Taiwan. “Mereka membeli bibitnya dari Indonesia, setelah itu dikloning. Pasar terbesar adalah Indonesia,” katanya.
Selain itu, dia mencoba mengadakan kerja sama dengan pihak lain dalam pengembangan bisnis anggrek.
Hal itu berdasar hasil survei di Thailand yang menghasilkan revenue tinggi. “Tiap lini dikerjakan pihak yang berbeda. Misalnya pembibitan oleh saya, kemudian bibit dibeli petani lain untuk dikembangkan hingga berbunga. Selanjutnya, ada pihak yang memasarkan ke konsumen,” paparnya. (dio/oki/jpnn)