30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Neraca Perdagangan September Defisit USD 150 Juta

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kinerja perdagangan selama September kurang menggembirakan. Nilai ekspor turun 1,29 persen secara bulanan (month-to-month), sedangkan impornya naik 0,63 persen. Alhasil, pada September 2019, neraca perdagangan RI mencatatkan defisit sebesar USD 160 juta.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai ekspor September 2019 mencapai USD 14,1 miliar. Sedangkan pada periode sama impornya mencapai USD 14,26 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto memaparkan, secara tahunan (year-on-year) nilai ekspor September 2019 turun 5,74 persen. Sementara nilai impornya turun 2,41 persen.

“Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-September 2019 mencapai USD 124,17 miliar. Angka ini turun delapan persen dibandingkan periode sama 2018,” katanya dalam paparan, Selasa (15/10).

Sementara itu, nilai impor Indonesia kumulatif Januari-September 2019 mencapai USD 126,12 miliar. Angka ini turun 9,12 persen dibandingkan periode sama 2018.

Ekspor Perhiasan Turun Paling Banyak

BPS mencatat, ekspor nonmigas September 2019 mencapai USD 13,27 miliar, turun 1,03 persen secara bulanan, dan turun 2,70 persen secara tahunan. Penurunan ekspor nonmigas terbesar terjadi pada golongan perhiasan/permata.

Pada September 2019, ekspor komoditas ini hanya sebesar USD 563,3 juta, atau turun 32,6 persen dibanding Agustus 2019 yang mencapai USD 835,7 juta. Sementara itu, peningkatan ekspor terbesar terjadi pada golongan bijih, kerak, dan abu logam.

Pada September 2019, ekspor komoditas ini mencapai USD 405,3 juta, atau naik 193,08 persen dari Agustus 2019 dibanding yang hanya USD 138,3 juta.

Suhariyanto menyebut, pada September 2019, ekspor nonmigas terbesar adalah ke Tiongkok yang mencapai USD 2,41 miliar. Berturut-turut setelahnya yaitu ke Amerika Serikat (USD 1,48 miliar) dan Jepang (USD 1,14 miliar).

Impor Serelia Naik Paling Banyak

Adapun impor nonmigas selama September 2019 tercatat sebesar USD 12,67 miliar, atau naik 1,02 persen dibandingkan Agustus 2019. Peningkatan impor terbesar pada periode ini terjadi pada golongan serelia.

Impor serelia pada September 2019 tercatat mencapai USD 311,2 juta, atau naik 67,58 persen dibandingkan Agustus 2019 yang sebesar USD 185,7 juta. Sedangkan penurunan impor terbesar terjadi pada golongan kembang gula, yang turun 37,04 persen.

“Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar sepanjang Januari-September 2019 adalah Tiongkok (USD 32,35 miliar), Jepang (USD 11,82 miliar), dan Thailand (USD 7,06 miliar),” kata Suhariyanto. (jpc/ram)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kinerja perdagangan selama September kurang menggembirakan. Nilai ekspor turun 1,29 persen secara bulanan (month-to-month), sedangkan impornya naik 0,63 persen. Alhasil, pada September 2019, neraca perdagangan RI mencatatkan defisit sebesar USD 160 juta.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai ekspor September 2019 mencapai USD 14,1 miliar. Sedangkan pada periode sama impornya mencapai USD 14,26 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto memaparkan, secara tahunan (year-on-year) nilai ekspor September 2019 turun 5,74 persen. Sementara nilai impornya turun 2,41 persen.

“Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-September 2019 mencapai USD 124,17 miliar. Angka ini turun delapan persen dibandingkan periode sama 2018,” katanya dalam paparan, Selasa (15/10).

Sementara itu, nilai impor Indonesia kumulatif Januari-September 2019 mencapai USD 126,12 miliar. Angka ini turun 9,12 persen dibandingkan periode sama 2018.

Ekspor Perhiasan Turun Paling Banyak

BPS mencatat, ekspor nonmigas September 2019 mencapai USD 13,27 miliar, turun 1,03 persen secara bulanan, dan turun 2,70 persen secara tahunan. Penurunan ekspor nonmigas terbesar terjadi pada golongan perhiasan/permata.

Pada September 2019, ekspor komoditas ini hanya sebesar USD 563,3 juta, atau turun 32,6 persen dibanding Agustus 2019 yang mencapai USD 835,7 juta. Sementara itu, peningkatan ekspor terbesar terjadi pada golongan bijih, kerak, dan abu logam.

Pada September 2019, ekspor komoditas ini mencapai USD 405,3 juta, atau naik 193,08 persen dari Agustus 2019 dibanding yang hanya USD 138,3 juta.

Suhariyanto menyebut, pada September 2019, ekspor nonmigas terbesar adalah ke Tiongkok yang mencapai USD 2,41 miliar. Berturut-turut setelahnya yaitu ke Amerika Serikat (USD 1,48 miliar) dan Jepang (USD 1,14 miliar).

Impor Serelia Naik Paling Banyak

Adapun impor nonmigas selama September 2019 tercatat sebesar USD 12,67 miliar, atau naik 1,02 persen dibandingkan Agustus 2019. Peningkatan impor terbesar pada periode ini terjadi pada golongan serelia.

Impor serelia pada September 2019 tercatat mencapai USD 311,2 juta, atau naik 67,58 persen dibandingkan Agustus 2019 yang sebesar USD 185,7 juta. Sedangkan penurunan impor terbesar terjadi pada golongan kembang gula, yang turun 37,04 persen.

“Tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar sepanjang Januari-September 2019 adalah Tiongkok (USD 32,35 miliar), Jepang (USD 11,82 miliar), dan Thailand (USD 7,06 miliar),” kata Suhariyanto. (jpc/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/