JAKARTA, SUMUTPOS.CO — Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang makin merosot. Nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini menyentuh nilai 12.892 per dolar.
JK menjelaskan melemahnya nilai tukar rupiah justru baik buat ekpor di Indonesia. “Tidak perlu khawatir. Itu bagus untuk ekspor kita. Supaya defisit kita berkurang. Artinya barang ekspor makin mahal rupiahnya, barang impor juga mahal. Jadi orang akan mengurangi impornya dan ekspor akan cenderung ada insentifnya,” ujar JK di JCC Senayan, Jakarta, Selasa, (16/12).
Menurut JK, gejala ini bukan hanya dirasakan Indonesia tetapi juga negara-negara lainnya di Asia. Indonesia, ujarnya, hanya mencapai 4 persen. Lebih rendah dibanding negara-negara lainnya.
“Kita masih terlalu banyak justru. Hanya Januari-Desember itu hanya bergerak 4 persen. Tapi kalau Jepang malah 40 persen. Malaysia lebih lagi. Jadi semua mata uang,” sambung JK.
Masyarakat yang menjadi konsumsi barang impor, ujarnya, lebih merasakan akibat atas hal tersebut. Ia pastikan tidak semua masyarakat menderita karena merosotnya nilai tukar itu.
“Yang menghasilkan barang ekspor akan mendapatkan manfaat. Katakan masyarakat yang mengekspor cokelat, kopi. Semua mendapat harga lebih baik. Jadi tidak semua masyarakat susah. Banyak masyarakat yang senang,” tandas JK. (flo/jpnn)
JAKARTA, SUMUTPOS.CO — Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang makin merosot. Nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini menyentuh nilai 12.892 per dolar.
JK menjelaskan melemahnya nilai tukar rupiah justru baik buat ekpor di Indonesia. “Tidak perlu khawatir. Itu bagus untuk ekspor kita. Supaya defisit kita berkurang. Artinya barang ekspor makin mahal rupiahnya, barang impor juga mahal. Jadi orang akan mengurangi impornya dan ekspor akan cenderung ada insentifnya,” ujar JK di JCC Senayan, Jakarta, Selasa, (16/12).
Menurut JK, gejala ini bukan hanya dirasakan Indonesia tetapi juga negara-negara lainnya di Asia. Indonesia, ujarnya, hanya mencapai 4 persen. Lebih rendah dibanding negara-negara lainnya.
“Kita masih terlalu banyak justru. Hanya Januari-Desember itu hanya bergerak 4 persen. Tapi kalau Jepang malah 40 persen. Malaysia lebih lagi. Jadi semua mata uang,” sambung JK.
Masyarakat yang menjadi konsumsi barang impor, ujarnya, lebih merasakan akibat atas hal tersebut. Ia pastikan tidak semua masyarakat menderita karena merosotnya nilai tukar itu.
“Yang menghasilkan barang ekspor akan mendapatkan manfaat. Katakan masyarakat yang mengekspor cokelat, kopi. Semua mendapat harga lebih baik. Jadi tidak semua masyarakat susah. Banyak masyarakat yang senang,” tandas JK. (flo/jpnn)