26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bank BTN Dukung WSBI Digitalisasi & Inklusi Keuangan Global

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Menindaklanjuti hasil konferensi tingkat tinggi G20 yang digelar sebelumnya di Denpasar, Bali, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk bersama World Saving Bank Institute (WSBI) atau asosiasi Bank ritel dan tabungan internasional menyelenggarakan Pertemuan ke 28 WSBI Asia Pacific Regional Meeting dengan tema ‘Sustainable and Resilient – Savings and Retail Banks in the Post-Pandemic Era’.

Direktur Utama Haru Koesmahargyo menjelaskan, pada pertemuan tersebut, hadir diantaranya anggota WSBI seperti Peter Simon, Managing Director dari WSBI European Saving & Retail Bank, Shantan Yoosiri Senior Executive Vice President of Government Saving Bank Thailand dan sejumlah delegasi dari berbagai negara seperti Government Saving Bank of Thailand, Cambodian Bank, Xalk Bank Uzbekistan, Amonat Bank, Tajikistan, Post Bank, Iran, Kenya Post Office Savings Bank, La Poste, Burkina Faso, Bostwana Savings Bank, Bostwana, European Investment Bank, Uni Eropa dan lain sebagainya.

“Kami berterimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada BTN untuk dapat berkolaborasi dengan WSBI untuk membahas secara bersama dalam diskusi, bertukar informasi mengenai langkah-langkah dan strategi penguatan digitalisasi, inklusi keuangan dan “green financing” serta membahas hasil G20 sebelumnya,” kata Direktur Utama, Haru, Kamis (15/12).

Bank BTN, lanjut Haru, mendukung pemulihan ekonomi Indonesia khususnya dari sektor properti. Pandemi telah memacu perbankan menguatkan digitalisasi dalam layanan bank, termasuk BTN yang tahun lalu telah meluncurkan website dan aplikasi BTN Properti for Developer, Smart Residence dan transformasi dengan penerapan beberapa inisiatif strategi setelah terbukti menunjukkan hasil yang positif.

“Beberapa hal yang kami jalankan adalah dengan memperkuat sentralisasi proses bisnis dan memfokuskan kantor cabang pada penjualan, kami juga memperkuat pencadangan kredit bermasalah untuk memperkuat pondasi Bank BTN dalam menjalankan ekspansi bisnis serta meningkatkan jumlah dana murah yang terbukti berhasil menurunkan cost of fund secara signifikan,” katanya.

Sementara itu pada kesempatan yang sama, Peter Simon, Managing Director dari WSBI European Saving & Retail Bank, menyampaikan bahwa perbankan menjadi garis pertahanan utama yang menyokong stabilitas perekonomian. Setelah pandemi, Simon mengungkapkan tantangan perekonomian tetap lebih menantang khususnya di benua Eropa.

“Banyak yang berharap, setelah pandemi berakhir, seolah-olah dalam beberapa bulan semuanya bisa kembali seperti sebelum Januari 2020. Apa yang kita semua lihat agak berbeda. Sekarang jelas bahwa tahun-tahun pandemi meninggalkan sejumlah perubahan permanen bagi kita. Krisis di Ukraina, prospek geopolitik yang lebih rumit, dan meningkatnya inflasi di Eropa dan Amerika Utara mempersulit kami untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut,” kata Simon.

Terkait dengan tema pertemuan WSBI hari ini, Simon menjelaskan bahwa Perbankan dituntut oleh para pemangku kepentingan, Pemerintah mapun masyarakat untuk meningkatkan digitalisasi dan perekonomian berkelanjutan. Ia menilai urgensi transisi ke model ekonomi yang lebih berkelanjutan semakin nyata.

“Tantangan terbesar kita di abad baru ini adalah mengambil ide yang tampak abstrak yaitu pembangunan berkelanjutan dan mengubahnya menjadi kenyataan bagi semua orang di dunia,” kata Simon.

Kemudian menurut Rionald Silaban, Direktur Jenderal Kekayaan Negara (Dirjen KN) Kementerian Keuangan yang hadir secara virtual menyampaikan bahwa pandemi dan kondisi geopolitik mempengaruhi perekonomian negara-negara sehingga tentangan semakin besar.

”Meski banyak tantangan tapi tanda-tanda pemulihan ekonomi juga terlihat,” kata Rionald. Peran perbankan, lanjut Rionald, memainkan peran yang sangat krusial dalam mendukung pemulihan ekonomi, memperluas akses layanan perbankan dan disisi lain menghadapi tantangan profitabilitas sambil beradaptasi dengan perubahan konsumsi masyarakat.

“Meskipun demikian, hal ini membuahkan peluang bagi perbankan, misalnya digitalisasi yang mendatangkan kesempatan unik bagi perbankan untuk menggapai meningkatkan layanannya dan menambah nasabah baru khususnya dari usaha kecil mikro dan menengah,” katanya.

Rionald juga menambahkan Fintech memiliki potensi untuk mewujudkan inklusi keuangan yang lebih besar, dan memberikan solusi inovatif untuk menjawab tantangan yang dihadapi sektor perbankan ritel.

“Dan kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa perusahaan ini (fintech) dibuat dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi,” katanya menegaskan. (man/azw)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Menindaklanjuti hasil konferensi tingkat tinggi G20 yang digelar sebelumnya di Denpasar, Bali, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk bersama World Saving Bank Institute (WSBI) atau asosiasi Bank ritel dan tabungan internasional menyelenggarakan Pertemuan ke 28 WSBI Asia Pacific Regional Meeting dengan tema ‘Sustainable and Resilient – Savings and Retail Banks in the Post-Pandemic Era’.

Direktur Utama Haru Koesmahargyo menjelaskan, pada pertemuan tersebut, hadir diantaranya anggota WSBI seperti Peter Simon, Managing Director dari WSBI European Saving & Retail Bank, Shantan Yoosiri Senior Executive Vice President of Government Saving Bank Thailand dan sejumlah delegasi dari berbagai negara seperti Government Saving Bank of Thailand, Cambodian Bank, Xalk Bank Uzbekistan, Amonat Bank, Tajikistan, Post Bank, Iran, Kenya Post Office Savings Bank, La Poste, Burkina Faso, Bostwana Savings Bank, Bostwana, European Investment Bank, Uni Eropa dan lain sebagainya.

“Kami berterimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada BTN untuk dapat berkolaborasi dengan WSBI untuk membahas secara bersama dalam diskusi, bertukar informasi mengenai langkah-langkah dan strategi penguatan digitalisasi, inklusi keuangan dan “green financing” serta membahas hasil G20 sebelumnya,” kata Direktur Utama, Haru, Kamis (15/12).

Bank BTN, lanjut Haru, mendukung pemulihan ekonomi Indonesia khususnya dari sektor properti. Pandemi telah memacu perbankan menguatkan digitalisasi dalam layanan bank, termasuk BTN yang tahun lalu telah meluncurkan website dan aplikasi BTN Properti for Developer, Smart Residence dan transformasi dengan penerapan beberapa inisiatif strategi setelah terbukti menunjukkan hasil yang positif.

“Beberapa hal yang kami jalankan adalah dengan memperkuat sentralisasi proses bisnis dan memfokuskan kantor cabang pada penjualan, kami juga memperkuat pencadangan kredit bermasalah untuk memperkuat pondasi Bank BTN dalam menjalankan ekspansi bisnis serta meningkatkan jumlah dana murah yang terbukti berhasil menurunkan cost of fund secara signifikan,” katanya.

Sementara itu pada kesempatan yang sama, Peter Simon, Managing Director dari WSBI European Saving & Retail Bank, menyampaikan bahwa perbankan menjadi garis pertahanan utama yang menyokong stabilitas perekonomian. Setelah pandemi, Simon mengungkapkan tantangan perekonomian tetap lebih menantang khususnya di benua Eropa.

“Banyak yang berharap, setelah pandemi berakhir, seolah-olah dalam beberapa bulan semuanya bisa kembali seperti sebelum Januari 2020. Apa yang kita semua lihat agak berbeda. Sekarang jelas bahwa tahun-tahun pandemi meninggalkan sejumlah perubahan permanen bagi kita. Krisis di Ukraina, prospek geopolitik yang lebih rumit, dan meningkatnya inflasi di Eropa dan Amerika Utara mempersulit kami untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut,” kata Simon.

Terkait dengan tema pertemuan WSBI hari ini, Simon menjelaskan bahwa Perbankan dituntut oleh para pemangku kepentingan, Pemerintah mapun masyarakat untuk meningkatkan digitalisasi dan perekonomian berkelanjutan. Ia menilai urgensi transisi ke model ekonomi yang lebih berkelanjutan semakin nyata.

“Tantangan terbesar kita di abad baru ini adalah mengambil ide yang tampak abstrak yaitu pembangunan berkelanjutan dan mengubahnya menjadi kenyataan bagi semua orang di dunia,” kata Simon.

Kemudian menurut Rionald Silaban, Direktur Jenderal Kekayaan Negara (Dirjen KN) Kementerian Keuangan yang hadir secara virtual menyampaikan bahwa pandemi dan kondisi geopolitik mempengaruhi perekonomian negara-negara sehingga tentangan semakin besar.

”Meski banyak tantangan tapi tanda-tanda pemulihan ekonomi juga terlihat,” kata Rionald. Peran perbankan, lanjut Rionald, memainkan peran yang sangat krusial dalam mendukung pemulihan ekonomi, memperluas akses layanan perbankan dan disisi lain menghadapi tantangan profitabilitas sambil beradaptasi dengan perubahan konsumsi masyarakat.

“Meskipun demikian, hal ini membuahkan peluang bagi perbankan, misalnya digitalisasi yang mendatangkan kesempatan unik bagi perbankan untuk menggapai meningkatkan layanannya dan menambah nasabah baru khususnya dari usaha kecil mikro dan menengah,” katanya.

Rionald juga menambahkan Fintech memiliki potensi untuk mewujudkan inklusi keuangan yang lebih besar, dan memberikan solusi inovatif untuk menjawab tantangan yang dihadapi sektor perbankan ritel.

“Dan kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa perusahaan ini (fintech) dibuat dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi,” katanya menegaskan. (man/azw)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/