25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

RI-Malaysia Kampanye CPO ke Pasar Eropa

JAKARTA- Pemerintah Indonesia dan Malasyia membentuk EPOC (European Palm Oil Council) atau Dewan Minyak Sawit Eropa untuk menguatkan kampanye positif komoditas ekspor minyak sawit ke Eropa.

“EPOC didirikan sebagai sarana bersama yang menyediakan satu platform kolektif untuk mewakili kedua negara dalam debat publik yang membahas isu-isu keberlanjutan, keamanan energi dan kesehatan masyarakat yang dilontarkan LSM antisawit, kelompok lobby tertentu, media dan masukan dari anggota parlemen Eropa,” ujar Menteri Pertanian Suswono, Selasa (17/5).

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa perjanjian ini masih terkait dalam beberapa isu yang dibahas dalam Join Committee Meeting ke-6 untuk kerjasama bilateral antardua negara yang diwakili Mentan RI dan Menteri Perladangan dan Komoditi Industri Malaysia Tan Sri Benard Dompok di Sarawak, 13 Mei lalu.

Dalam pertemuan ini, kedua pihak telah sepakat untuk lebih memfokuskan diri pada upaya labelling terhadap komoditas sawit Australia dan memandang perlu untuk melakukan negoisasi dengan Australia.
“Penerapan standar ini akan membantu penguatan pasar minyak sawit di internasional karena Indonesia dan Malasyia menguasai 90 persen pasar sawit Internasional dan di EPOC ini kami Indonesia mengadopsi standar Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO)” imbuhnya.

Selain untuk komoditas sawit, Indonesia-Malasyia juga telah sepakat akan mengembangkan kerjasama untuk komoditas lain seperti lada dan kakao.

Sekedar informasi, komoditas sawit dari Indonesia dan Malasyia selama ini sering mengalami ganjalan jika akan di ekspor ke Uni Eropa karena tidak memiliki sertifikasi RSPO. Sertifikasi ini berhubungan dengan pengelolaaan sawit yang berbasis penyelamatan lingkungan dan keberlanjutan lahan.
Kemendag sendiri mencatat bahwa ekspor sawit Indonesia pada kuartal pertama tahun ini senilai USD2411 juta. (net/jpnn)

JAKARTA- Pemerintah Indonesia dan Malasyia membentuk EPOC (European Palm Oil Council) atau Dewan Minyak Sawit Eropa untuk menguatkan kampanye positif komoditas ekspor minyak sawit ke Eropa.

“EPOC didirikan sebagai sarana bersama yang menyediakan satu platform kolektif untuk mewakili kedua negara dalam debat publik yang membahas isu-isu keberlanjutan, keamanan energi dan kesehatan masyarakat yang dilontarkan LSM antisawit, kelompok lobby tertentu, media dan masukan dari anggota parlemen Eropa,” ujar Menteri Pertanian Suswono, Selasa (17/5).

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa perjanjian ini masih terkait dalam beberapa isu yang dibahas dalam Join Committee Meeting ke-6 untuk kerjasama bilateral antardua negara yang diwakili Mentan RI dan Menteri Perladangan dan Komoditi Industri Malaysia Tan Sri Benard Dompok di Sarawak, 13 Mei lalu.

Dalam pertemuan ini, kedua pihak telah sepakat untuk lebih memfokuskan diri pada upaya labelling terhadap komoditas sawit Australia dan memandang perlu untuk melakukan negoisasi dengan Australia.
“Penerapan standar ini akan membantu penguatan pasar minyak sawit di internasional karena Indonesia dan Malasyia menguasai 90 persen pasar sawit Internasional dan di EPOC ini kami Indonesia mengadopsi standar Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO)” imbuhnya.

Selain untuk komoditas sawit, Indonesia-Malasyia juga telah sepakat akan mengembangkan kerjasama untuk komoditas lain seperti lada dan kakao.

Sekedar informasi, komoditas sawit dari Indonesia dan Malasyia selama ini sering mengalami ganjalan jika akan di ekspor ke Uni Eropa karena tidak memiliki sertifikasi RSPO. Sertifikasi ini berhubungan dengan pengelolaaan sawit yang berbasis penyelamatan lingkungan dan keberlanjutan lahan.
Kemendag sendiri mencatat bahwa ekspor sawit Indonesia pada kuartal pertama tahun ini senilai USD2411 juta. (net/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/