27 C
Medan
Friday, July 5, 2024

Fase Pertama LNG Teluk Lamong Beroperasi pada Akhir 2019

PERIKSA: Petugas PGN tengah memeriksa instalasi jaringan gas di Kota Pasuruan, Jawa Timur.
PERIKSA: Petugas PGN tengah memeriksa instalasi jaringan gas di Kota Pasuruan, Jawa Timur.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kebutuhan gas bumi yang terus meningkat di Jawa Timur membuat PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk menambah pasokan ke wilayah tersebut. PGN tengah membangun fasilitas Liquid Natural Gas (LNG) Terminal di Pelabuhan Tanjung Perak, Teluk Lamong, Surabaya yang terbagi dalam tiga fase dan ditargetkan beroperasi akhir tahun ini.

Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama mengatakan untuk fase pertama LNG terminal yang beroperasi akhir tahun ini memiliki kapasitas 40 MMSCFD (million standard cubic feet per day). “Total kapasitas 180 MMscfd beroperasi penuh pada 2023 mendatang,” katanya Kamis (17/10).

PGN bekerja sama dengan dengan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) untuk pembangunan terminal LNG tersebut. Sementara, fase kedua adalah pembangunan terminal pengisian LNG skala kecil menggunakan ISO Tank ukuran 20-40 kaki kontainer untuk mendistribusikan gas alam cair di luar sistem pipa ataupun menggunakan truk.

Sedangkan fase ketiga yakni pembangunan tangki LNG permanen ukuran 50 ribu cbm dan dapat ditingkatkan hingga 180 cbm. Menurutnya, LNG terminal itu sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gas di Jawa Timur.

LNG terminal tersebut diharapkan jadi langkah antisipatif jika ada kendala terkait pasokan gas bumi di Jatim. “Selama ini, pasokan gas di Jatim hanya mengandalkan sumur gas kontrak kerja sama minyak dan gas di sekitar wilayah tersebut,” paparnya.

Meski demikian, secara umum LNG Terminal Teluk Lamong itu juga bakal mendukung pasokan gas bumi untuk wilayah lain. Diharapkan, fasilitas tersebut bisa jadi solusi dan sarana untuk membuka pasar ritel baru di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Terminal LNG Teluk Lamong akan meregasifikasi pasok LNG dan dialirkan ke jaringan pipa. Fasilitas tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk pengisian LNG trucking dengan memanfaatkan ISO tank yang dapat mendistribusikan kebutuhan gas bumi ke wilayah yang belum dijangkau infrastruktur pipa.

Integrasi moda transportasi gas bumi baik berbasis pipa maupun non pipa yang diupayakan dapat menjangkau seluruh wilayah pasar merupakan cara agar pemanfaatan gas bumi domestik dapat meningkat. Terlebih jika pipa transmisi Gresik-Semarang sepanjang 267 kilometer rampung. Pembangunan pipa gas Gresik-Semarang ditargetkan kelar pada Maret tahun depan dengan progres pembangunannya sudah lebih dari 90 persen.

Selain pipa transmisi, PGN juga bakal membangunan pipa distribusi Semarang-Kendal-Ungaran sepanjang 96 kilometer. Di Sumatera, PGN juga tengah mengerjakan pembangunan pipa transmisi Duri-Dumai tahap II sepanjang 67 kilometer.

“Selain infrastruktur gas bumi yang sedang digenjot, pemenuhan kebutuhan gas bumi untuk menekan subsidi energi dari sisi pasok harus mulai diperhatikan,” ujarnya.

Saat ini sebagai sub-holding migas, total jaringan pipa gas PGN sepanjang lebih dari 10.000 Km. Selain itu, PGN juga mengoperasikan 2 FSRU, 1 land-based regasification terminal, 64 stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) dan 4 mobile refueling unit (MRU). Diterangkannya, bila target bauran energi minimal 22 persen pada 2024 tercapai, negara bisa menghemat triliunan rupiah.

Impor bahan bakar minyak dan LPG akan berkurang sehingga berpotensi menghemat Rp 62 triliun. Kemudian, subsidi untuk BBM dan LPG juga bisa dipangkas hingga Rp 13 triliun dan bauran energi juga memberi nilai tambah hingga Rp 60 triliun. (rel/ram)

PERIKSA: Petugas PGN tengah memeriksa instalasi jaringan gas di Kota Pasuruan, Jawa Timur.
PERIKSA: Petugas PGN tengah memeriksa instalasi jaringan gas di Kota Pasuruan, Jawa Timur.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kebutuhan gas bumi yang terus meningkat di Jawa Timur membuat PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk menambah pasokan ke wilayah tersebut. PGN tengah membangun fasilitas Liquid Natural Gas (LNG) Terminal di Pelabuhan Tanjung Perak, Teluk Lamong, Surabaya yang terbagi dalam tiga fase dan ditargetkan beroperasi akhir tahun ini.

Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama mengatakan untuk fase pertama LNG terminal yang beroperasi akhir tahun ini memiliki kapasitas 40 MMSCFD (million standard cubic feet per day). “Total kapasitas 180 MMscfd beroperasi penuh pada 2023 mendatang,” katanya Kamis (17/10).

PGN bekerja sama dengan dengan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) untuk pembangunan terminal LNG tersebut. Sementara, fase kedua adalah pembangunan terminal pengisian LNG skala kecil menggunakan ISO Tank ukuran 20-40 kaki kontainer untuk mendistribusikan gas alam cair di luar sistem pipa ataupun menggunakan truk.

Sedangkan fase ketiga yakni pembangunan tangki LNG permanen ukuran 50 ribu cbm dan dapat ditingkatkan hingga 180 cbm. Menurutnya, LNG terminal itu sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gas di Jawa Timur.

LNG terminal tersebut diharapkan jadi langkah antisipatif jika ada kendala terkait pasokan gas bumi di Jatim. “Selama ini, pasokan gas di Jatim hanya mengandalkan sumur gas kontrak kerja sama minyak dan gas di sekitar wilayah tersebut,” paparnya.

Meski demikian, secara umum LNG Terminal Teluk Lamong itu juga bakal mendukung pasokan gas bumi untuk wilayah lain. Diharapkan, fasilitas tersebut bisa jadi solusi dan sarana untuk membuka pasar ritel baru di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Terminal LNG Teluk Lamong akan meregasifikasi pasok LNG dan dialirkan ke jaringan pipa. Fasilitas tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk pengisian LNG trucking dengan memanfaatkan ISO tank yang dapat mendistribusikan kebutuhan gas bumi ke wilayah yang belum dijangkau infrastruktur pipa.

Integrasi moda transportasi gas bumi baik berbasis pipa maupun non pipa yang diupayakan dapat menjangkau seluruh wilayah pasar merupakan cara agar pemanfaatan gas bumi domestik dapat meningkat. Terlebih jika pipa transmisi Gresik-Semarang sepanjang 267 kilometer rampung. Pembangunan pipa gas Gresik-Semarang ditargetkan kelar pada Maret tahun depan dengan progres pembangunannya sudah lebih dari 90 persen.

Selain pipa transmisi, PGN juga bakal membangunan pipa distribusi Semarang-Kendal-Ungaran sepanjang 96 kilometer. Di Sumatera, PGN juga tengah mengerjakan pembangunan pipa transmisi Duri-Dumai tahap II sepanjang 67 kilometer.

“Selain infrastruktur gas bumi yang sedang digenjot, pemenuhan kebutuhan gas bumi untuk menekan subsidi energi dari sisi pasok harus mulai diperhatikan,” ujarnya.

Saat ini sebagai sub-holding migas, total jaringan pipa gas PGN sepanjang lebih dari 10.000 Km. Selain itu, PGN juga mengoperasikan 2 FSRU, 1 land-based regasification terminal, 64 stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) dan 4 mobile refueling unit (MRU). Diterangkannya, bila target bauran energi minimal 22 persen pada 2024 tercapai, negara bisa menghemat triliunan rupiah.

Impor bahan bakar minyak dan LPG akan berkurang sehingga berpotensi menghemat Rp 62 triliun. Kemudian, subsidi untuk BBM dan LPG juga bisa dipangkas hingga Rp 13 triliun dan bauran energi juga memberi nilai tambah hingga Rp 60 triliun. (rel/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/