25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pemulihan Ekonomi Nasional Pasca Covid-19 di 2021, Perbankan Syariah Punya Peran Penting

SUMUTPOS.CO – Ekonomi syariah dinilai sangat berpotensi menjadi pendekatan alternatif dan motor baru untuk mendorong pemulihan dan pertumbuhan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Karena memiliki keunggulan-keunggulan yang berakar pada prinsip syariah, yakni relatif stabil, aman, dan resilient.

WEBINAR: Ketua Project Management Office (PMO) Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN, Hery Gunardi, saat mengikuti Webinar Sharia Economic Outlook Ekonomi Syariah Indonesia 2021.

Untuk memaksimalkan potensi tersebut, kolaborasi dan berbagai kebijakan inovatif harus dilakukan oleh berbagai pihak dan pemangku kebijakan. Potensi ekonomi syariah sebagai motor baru bagi pertumbuhan ekonomi nasional, terlihat dari daya tahan industri keuangan syariah sepanjang pandemi pada 2020 lalu.

Meski di tengah pandemi yang telah mengakbatkan stagnasi kegiatan ekonomi yang memicu kesulitan moneter yang terjadi sepanjang tahun lalu, industri keuangan syariah dapat tumbuh hingga melampaui capaian industri keuangan konvensional.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sepanjang 2020 pertumbuhan aset industri keuangan syariah mencapai 21,48 persen, menjadi Rp1.770,32 triliun. Jumlah ini mencakup aset yang dimiliki industri perbankan syariah sebesar Rp593,35 triliun, pasar modal syariah Rp1.063,81 triliun, dan IKNB syariah Rp113,16 triliun.

Pertumbuhan positif di sektor industri perbankan syariah juga terjadi sepanjang 2020. Hingga akhir tahun lalu, pembiayaan Bank Umum Syariah di Indonesia tumbuh 9,5 persen secara tahunan (year-on-year), jauh di atas pertumbuhan pembiayaan industri perbankan nasional di level -2,41 persen. Pertumbuhan ini ditopang ketahanan yang cukup baik dengan rasio CAR sebesar 21,59 persen, NPF Gross 3,13 persen, dan FDR 76,35 persen.

“Indikator-indikator ini memberikan kepercayaan, kami akan lebih bagus di 2021. Kami juga menyambut baik, di Islamic Finance Development Report 2020 Indonesia menempati ranking kedua sebagai The Most Developed Country in Islamic Finance. Kemudian Indonesia menempati ranking keempat di Global Islamic Indicator 2020/2021, dan peringkat keenam di kategori keuangan syariah. Ini indikator, kita bisa ke depan lebih baik lagi di pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah. Kita bisa menjadi kelas dunia mengalahkan negara-negara lain,” ungkap Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, dalam Webinar Sharia Economic Outlook Ekonomi Syariah Indonesia 2021, Selasa (19/1).

Ada 4 hal yang harus dilakukan pelaku industri keuangan serta perbankan syariah agar mampu membawa Indonesia menjadi negara terdepan dalam penerapan ekonomi dan keuangan syariah. Pertama, harus ada upaya bersama agar market share keuangan syariah di Indonesia bisa tumbuh hingga target sebesar 20 persen. Kedua, inklusi dan literasi keuangan syariah harus ditingkatkan.

Ketiga, pelaku industri keuangan syariah harus menghadirkan lebih banyak lagi produk berbasis syariah. Terakhir, penggunaan teknologi serta SDM yang tangguh untuk menghadirkan akses layanan keuangan syariah yang masif, luas, murah dan akurat.

“Kami sambut baik rencana Kementerian BUMN menggabungkan 3 bank syariah, yang dimiliki kementerian. Ini akan menjadi pengungkit dan benchmark baik dari segi produk, inovasi, akses masyarakat, SDM, dan menjadi role model, bahkan bukan hanya di Indonesia, tapi juga level regional dan global,” tutur Wimboh.

Deputi Bidang Keuangan dan Manajemen Risiko Kementerian BUMN, Nawal Nely mengatakan, PT Bank Syariah Indonesia Tbk, sebagai entitas hasil merger 3 bank syariah milik negara, bisa bantu mempercepat perwujudan multiplier effect ekonomi nasional.

Melalui merger, diharapkan skala cakupan dan layanan perbankan syariah bisa semakin menjangkau masyarakat. Apalagi, nantinya Bank Syariah Indonesia akan beroperasi dengan mengandalkan keberadaan 1.200 cabang dan 20 ribu lebih pekerja yang tersebar di seluruh Tanah Air.

“Diharapkan dalam peta perbankan di Indonesia BSI akan menduduki ranking 7 atau 8 berdasarkan skala asetnya. Secara global, Bank Syariah Indonesia akan menjadi satu dari top 10 global bank yang Islamic. Kemudian efisiensi biaya terhadap pendapatan secara kolektif, normally akan membaik jika skala aset perbankan syariah ini disatukan. Harapannya adanya konsolidasi, rasio biaya terhadap pendapatan ini bisa menurun ke 45 persen hingga 50 persen,” kata Nawal.

Kementerian BUMN berharap proses konsolidasi Bank Syariah Indonesia sepanjang 2021 berjalan lancar.

“It’s a journey and it’s important. Di masa sekarang memang seharusnya konsolidasi dilakukan untuk memperkuat posisi masing-masing player di perbankan, agar bisa menjaga relevansi product offering ke nasabah maupun menjaga governance dari implementasi ekspansi BSI,” imbuhnya.

Fasilitator Ekosistem Ekonomi Syariah

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Heru Kristiyana berharap, ke depannya Bank Syariah Indonesia dapat memfasilitasi seluruh kebutuhan pelaku industri di ekosistem ekonomi syariah. Selain itu, bank hasil merger ini diharap membantu peningkatan share asset perbankan syariah yang kini berada di angka 6,51 persen dibanding total aset perbankan nasional.

Bank Syariah Indonesia diprediksi mampu mewujudkan visi menjadi pemain global dan pemain utama di industri perbankan syariah dunia dalam kurun 3-4 tahun mendatang. Visi ini bisa terwujud dengan pelayanan Bank Syariah Indonesia yang akan fokus di segmen UMKM, ritel, konsumer, dipadu kemampuan mengelola nasabah wholesale yang baik.

Bank Syariah Indonesia digadang memiliki total aset hingga Rp239 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. Selain memiliki fundamental kuat, Bank Syariah Indonesia juga memiliki beragam produk untuk ditawarkan kepada masyarakat, baik di segmen ritel, UMKM, serta korporasi.

Didukung kemampuan teknologi terbaik, Bank Syariah Indonesia berkomitmen menyediakan pengalaman perbankan digital terbaik bagi pelanggan. Layanan Bank Syariah Indonesia akan didukung jaringan yang luas, dengan operasional lebih dari 1.200 cabang untuk melayani masyarakat di seluruh daerah. (gus/saz)

SUMUTPOS.CO – Ekonomi syariah dinilai sangat berpotensi menjadi pendekatan alternatif dan motor baru untuk mendorong pemulihan dan pertumbuhan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Karena memiliki keunggulan-keunggulan yang berakar pada prinsip syariah, yakni relatif stabil, aman, dan resilient.

WEBINAR: Ketua Project Management Office (PMO) Integrasi dan Peningkatan Nilai Bank Syariah BUMN, Hery Gunardi, saat mengikuti Webinar Sharia Economic Outlook Ekonomi Syariah Indonesia 2021.

Untuk memaksimalkan potensi tersebut, kolaborasi dan berbagai kebijakan inovatif harus dilakukan oleh berbagai pihak dan pemangku kebijakan. Potensi ekonomi syariah sebagai motor baru bagi pertumbuhan ekonomi nasional, terlihat dari daya tahan industri keuangan syariah sepanjang pandemi pada 2020 lalu.

Meski di tengah pandemi yang telah mengakbatkan stagnasi kegiatan ekonomi yang memicu kesulitan moneter yang terjadi sepanjang tahun lalu, industri keuangan syariah dapat tumbuh hingga melampaui capaian industri keuangan konvensional.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sepanjang 2020 pertumbuhan aset industri keuangan syariah mencapai 21,48 persen, menjadi Rp1.770,32 triliun. Jumlah ini mencakup aset yang dimiliki industri perbankan syariah sebesar Rp593,35 triliun, pasar modal syariah Rp1.063,81 triliun, dan IKNB syariah Rp113,16 triliun.

Pertumbuhan positif di sektor industri perbankan syariah juga terjadi sepanjang 2020. Hingga akhir tahun lalu, pembiayaan Bank Umum Syariah di Indonesia tumbuh 9,5 persen secara tahunan (year-on-year), jauh di atas pertumbuhan pembiayaan industri perbankan nasional di level -2,41 persen. Pertumbuhan ini ditopang ketahanan yang cukup baik dengan rasio CAR sebesar 21,59 persen, NPF Gross 3,13 persen, dan FDR 76,35 persen.

“Indikator-indikator ini memberikan kepercayaan, kami akan lebih bagus di 2021. Kami juga menyambut baik, di Islamic Finance Development Report 2020 Indonesia menempati ranking kedua sebagai The Most Developed Country in Islamic Finance. Kemudian Indonesia menempati ranking keempat di Global Islamic Indicator 2020/2021, dan peringkat keenam di kategori keuangan syariah. Ini indikator, kita bisa ke depan lebih baik lagi di pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah. Kita bisa menjadi kelas dunia mengalahkan negara-negara lain,” ungkap Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, dalam Webinar Sharia Economic Outlook Ekonomi Syariah Indonesia 2021, Selasa (19/1).

Ada 4 hal yang harus dilakukan pelaku industri keuangan serta perbankan syariah agar mampu membawa Indonesia menjadi negara terdepan dalam penerapan ekonomi dan keuangan syariah. Pertama, harus ada upaya bersama agar market share keuangan syariah di Indonesia bisa tumbuh hingga target sebesar 20 persen. Kedua, inklusi dan literasi keuangan syariah harus ditingkatkan.

Ketiga, pelaku industri keuangan syariah harus menghadirkan lebih banyak lagi produk berbasis syariah. Terakhir, penggunaan teknologi serta SDM yang tangguh untuk menghadirkan akses layanan keuangan syariah yang masif, luas, murah dan akurat.

“Kami sambut baik rencana Kementerian BUMN menggabungkan 3 bank syariah, yang dimiliki kementerian. Ini akan menjadi pengungkit dan benchmark baik dari segi produk, inovasi, akses masyarakat, SDM, dan menjadi role model, bahkan bukan hanya di Indonesia, tapi juga level regional dan global,” tutur Wimboh.

Deputi Bidang Keuangan dan Manajemen Risiko Kementerian BUMN, Nawal Nely mengatakan, PT Bank Syariah Indonesia Tbk, sebagai entitas hasil merger 3 bank syariah milik negara, bisa bantu mempercepat perwujudan multiplier effect ekonomi nasional.

Melalui merger, diharapkan skala cakupan dan layanan perbankan syariah bisa semakin menjangkau masyarakat. Apalagi, nantinya Bank Syariah Indonesia akan beroperasi dengan mengandalkan keberadaan 1.200 cabang dan 20 ribu lebih pekerja yang tersebar di seluruh Tanah Air.

“Diharapkan dalam peta perbankan di Indonesia BSI akan menduduki ranking 7 atau 8 berdasarkan skala asetnya. Secara global, Bank Syariah Indonesia akan menjadi satu dari top 10 global bank yang Islamic. Kemudian efisiensi biaya terhadap pendapatan secara kolektif, normally akan membaik jika skala aset perbankan syariah ini disatukan. Harapannya adanya konsolidasi, rasio biaya terhadap pendapatan ini bisa menurun ke 45 persen hingga 50 persen,” kata Nawal.

Kementerian BUMN berharap proses konsolidasi Bank Syariah Indonesia sepanjang 2021 berjalan lancar.

“It’s a journey and it’s important. Di masa sekarang memang seharusnya konsolidasi dilakukan untuk memperkuat posisi masing-masing player di perbankan, agar bisa menjaga relevansi product offering ke nasabah maupun menjaga governance dari implementasi ekspansi BSI,” imbuhnya.

Fasilitator Ekosistem Ekonomi Syariah

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Heru Kristiyana berharap, ke depannya Bank Syariah Indonesia dapat memfasilitasi seluruh kebutuhan pelaku industri di ekosistem ekonomi syariah. Selain itu, bank hasil merger ini diharap membantu peningkatan share asset perbankan syariah yang kini berada di angka 6,51 persen dibanding total aset perbankan nasional.

Bank Syariah Indonesia diprediksi mampu mewujudkan visi menjadi pemain global dan pemain utama di industri perbankan syariah dunia dalam kurun 3-4 tahun mendatang. Visi ini bisa terwujud dengan pelayanan Bank Syariah Indonesia yang akan fokus di segmen UMKM, ritel, konsumer, dipadu kemampuan mengelola nasabah wholesale yang baik.

Bank Syariah Indonesia digadang memiliki total aset hingga Rp239 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. Selain memiliki fundamental kuat, Bank Syariah Indonesia juga memiliki beragam produk untuk ditawarkan kepada masyarakat, baik di segmen ritel, UMKM, serta korporasi.

Didukung kemampuan teknologi terbaik, Bank Syariah Indonesia berkomitmen menyediakan pengalaman perbankan digital terbaik bagi pelanggan. Layanan Bank Syariah Indonesia akan didukung jaringan yang luas, dengan operasional lebih dari 1.200 cabang untuk melayani masyarakat di seluruh daerah. (gus/saz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/