25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Saham Fren Naik Lagi, Smartfren Merger dengan XL?

ilustrasi

Beredar kabar PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) akan melebur dengan PT XL Axiata Tbk (EXCL). Akibat isu tersebut, menyebabkan sahamnya meroket. Pada perdagangan hari ini, saham FREN ditutup di level Rp 284, naik 42,71 persen dibanding penutupan Rabu (13/2) di level Rp 191.

Presiden Direktur FREN Merza Fachys mengaku, industri telekomunikasi di Indonesia memang sudah mengalami tekanan sejak lama lantaran konsumsi masyarakat yang mulai menggunakan aplikasi dan tinggalkan sms serta telepon, hingga masuknya 4G di 2015.

“Seluruh pemain harus siapkan capex (belanja modal) besar. Sekali digelar, mau tidak mau ya ikut di dalam. Capex ini bukan main besarnya,” ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (20/2).

Merza menjelaskan, kondisi itu berpengaruh terhadap kinerja seluruh pelaku telekomunikasi. Pihaknya menilai untuk mendorong efiensi di industri telokomunikasi dengan dilakukan penggabungan usaha.

“Bukan hanya masyarakat kami juga wait and see. Sekarang masih 6 pemain,” imbuhnya.

Merza menyampaikan, selama ini para pemain industri telekomunikasi sangat aktif berdiskusi satu sama lain tentang arahan merger, bahkan semakin mendalam dan serius.

“Bukan rahasia banyak terjadi pembicaraan antara semua pemain dan memang belakangan ini makin kenceng pembicaraannya. Ini karena memang pemain sadari ini jalan keluarnya untuk efisiensi industri telco,” imbuhnya.

Meskipun terbuka untuk merger, kata Merza, belum ada kesepakatan dari pihak manapun, bahkan perusahaan masih menanti perkembangan dari industri telekomunikasi dalam negeri.

“Nah sampai kapan akhirnya jadi kesimpulan mari kita tunggu. Karena masalahnya pelik,” tambahnya.

Untuk tahun ini, Smartfren menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$ 200 juta atau setara Rp 2,8 triliun (kurs Rp 14.000). Dana itu akan digunakan perusahaan untuk pengembangan jaringan.

Jadi untuk perluasan jaringan telekomunikasi. Sekarang kan kita punya hampir 17 ribu BTS, targetnya jadi 20 ribu BTS,” ujarnya.

Merza menegaskan, dana capex itu memang seutuhnya untuk perluasan jaringan. Perusahaan tak ada rencana menyiapkan uang itu untuk melakukan konsolidasi seperti mengakuisisi perusahaan telco lainnya.

“Enggak, bukan buat beli-beli (akuisis),” tambahnya.

Dana capes tersebut akan berasal dari beberapa rencana aksi korporasi yang telah disetujui pada RUPSLB 25 September 2018. Ada 3 aksi korporasi yang disetujui, pertama right issue Rp 6,7 triliun.

“Itu sudah dilaksanakan di antara 16-30 November 2018. Dananya digunakan untuk 2 hal, pembayaran utang dan modal kerja,” tambahnya.

Kedua FREN akan menerbitkan waran seri II sebesar Rp 3,6 triliun yang masa pelaksanaannya mulai 16 Mei 2019 hingga 22 November 2021. Ketiga Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) melalui penerbitan obligasi wajib konversi senilai Rp 1,2 triliun dengan periode pelaksanaan 25 September 2018 hingga 25 September 2020. (jpc/ram)

ilustrasi

Beredar kabar PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) akan melebur dengan PT XL Axiata Tbk (EXCL). Akibat isu tersebut, menyebabkan sahamnya meroket. Pada perdagangan hari ini, saham FREN ditutup di level Rp 284, naik 42,71 persen dibanding penutupan Rabu (13/2) di level Rp 191.

Presiden Direktur FREN Merza Fachys mengaku, industri telekomunikasi di Indonesia memang sudah mengalami tekanan sejak lama lantaran konsumsi masyarakat yang mulai menggunakan aplikasi dan tinggalkan sms serta telepon, hingga masuknya 4G di 2015.

“Seluruh pemain harus siapkan capex (belanja modal) besar. Sekali digelar, mau tidak mau ya ikut di dalam. Capex ini bukan main besarnya,” ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (20/2).

Merza menjelaskan, kondisi itu berpengaruh terhadap kinerja seluruh pelaku telekomunikasi. Pihaknya menilai untuk mendorong efiensi di industri telokomunikasi dengan dilakukan penggabungan usaha.

“Bukan hanya masyarakat kami juga wait and see. Sekarang masih 6 pemain,” imbuhnya.

Merza menyampaikan, selama ini para pemain industri telekomunikasi sangat aktif berdiskusi satu sama lain tentang arahan merger, bahkan semakin mendalam dan serius.

“Bukan rahasia banyak terjadi pembicaraan antara semua pemain dan memang belakangan ini makin kenceng pembicaraannya. Ini karena memang pemain sadari ini jalan keluarnya untuk efisiensi industri telco,” imbuhnya.

Meskipun terbuka untuk merger, kata Merza, belum ada kesepakatan dari pihak manapun, bahkan perusahaan masih menanti perkembangan dari industri telekomunikasi dalam negeri.

“Nah sampai kapan akhirnya jadi kesimpulan mari kita tunggu. Karena masalahnya pelik,” tambahnya.

Untuk tahun ini, Smartfren menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$ 200 juta atau setara Rp 2,8 triliun (kurs Rp 14.000). Dana itu akan digunakan perusahaan untuk pengembangan jaringan.

Jadi untuk perluasan jaringan telekomunikasi. Sekarang kan kita punya hampir 17 ribu BTS, targetnya jadi 20 ribu BTS,” ujarnya.

Merza menegaskan, dana capex itu memang seutuhnya untuk perluasan jaringan. Perusahaan tak ada rencana menyiapkan uang itu untuk melakukan konsolidasi seperti mengakuisisi perusahaan telco lainnya.

“Enggak, bukan buat beli-beli (akuisis),” tambahnya.

Dana capes tersebut akan berasal dari beberapa rencana aksi korporasi yang telah disetujui pada RUPSLB 25 September 2018. Ada 3 aksi korporasi yang disetujui, pertama right issue Rp 6,7 triliun.

“Itu sudah dilaksanakan di antara 16-30 November 2018. Dananya digunakan untuk 2 hal, pembayaran utang dan modal kerja,” tambahnya.

Kedua FREN akan menerbitkan waran seri II sebesar Rp 3,6 triliun yang masa pelaksanaannya mulai 16 Mei 2019 hingga 22 November 2021. Ketiga Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) melalui penerbitan obligasi wajib konversi senilai Rp 1,2 triliun dengan periode pelaksanaan 25 September 2018 hingga 25 September 2020. (jpc/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/