Tata Kondisi Perkebunan
MEDAN- Sumatera Utara (Sumut) siap menjadi tuan rumah 11th Annual Roundtable Meeting on Sustainable Palm Oil (RT11), pertemuan tentang minyak sawit berkelanjutan terbesar di dunia, yang rencananya dilaksanakan November tahun 2013.
Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho, mengatakan sebagai provinsi tempat lahirnya perkebunan kelapa sawit, Sumut pantas menjadi tuan rumah. Itu diungkapkan Gatot ketika menerima kunjungan Penasehat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), Prof DR Bungaran Saragih dan Direktur RSPO Indonesia Desi Kusumadewi, di Gubernuran, Jalan Sudirman No 41 Medan, Rabu (21/11) pagi.
RSPO merupakan asosiasi nirlaba yang menyatukan pemangku kepentingan dari tujuh sektor industri kelapa sawit dunia yaitu produsen kepala sawit, pedagang, pengolah sawit, produsen produk-produk konsumen, ritel, perbankan, investor, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pelestarian lingkungan dan LSM sosial.
Kehadiran Prof Bungaran dan Desi Kusumadewi menginformasikan, rencana diselenggarakannya 11th Annual Roundtable Meeting on Sustainable Palm Oil (RT11), pertemuan tahunan tentang minyak sawit berkelanjutan terbesar di dunia di Sumatera Utara pada November tahun depan. Sementara 10th Annual Roundtable Meeting on Sustainable Palm Oil (RT10) baru saja diselenggarakan di Singapura pada 31 Oktober hingga 1 November lalu, yang dihadiri lebih dari 800 delegasi dari 36 negara.
RSPO adalah asosiasi yang mendorong perusahaan agar memenuhi standard praktik perkebunan yang berkelanjutan. Diantara standar RSPO adalah perusahaan harus transparan, regulasi harus jelas, ekonomi yang berkelanjutan, peduli terhadap lingkungan dan sosial, pembukaan lahan yang bertanggung jawab dan perbaikan yang dilakukan oleh perusahaan secara terus menerus.
Rencana tersebut disambut gembira oleh Gatot yang menyatakan bahwa Sumatera Utara layak menjadi penyelenggara konfrensi kelas dunia. Terlebih lagi, Sumut memiliki fasilitas konvensi dan hotel memadai dan telah memiliki pengalaman sebagai penyelenggara berbagai konfrensi dunia.
“Selama ini Bali selalu mendominasi event kelas dunia yang diselenggarakan di Indonesia. Saat ini kita terus mendorong agar berbagai pihak termasuk pemerintah pusat menjadikan Sumut sebagai lokasi penyelengaraan event kelas dunia,” ujar Gatot.
Gatot menambahkan, sebagai ibukota provinsi, Kota Medan yang menjadi pintu masuk Indonesia bagian barat, termasuk salah satu kota tujuan MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) di tanah air. Dengan pembangunan infrastruktur seperti Bandara Internasional Kuala Namu, Jalan Tol dan pelabuhan Kuala Tanjung, Gatot yakin Sumut menjadi mampu bersaing dalam pengembangan bisnis MICE.
Lebih jauh lagi, Gatot menilai Sumut juga pantas menjadi lokasi konferensi mengingat daerah ini tempat pertama kali tanaman kelapa sawit secara komersil dikembangkan pada tahun 1911.
Pertemuan tentang minyak sawit berkelanjutan terbesar di dunia tersebut, menurut Gatot, juga selaras dengan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangke yang mengembangkan berbagai produk turunan kelapa sawit dengan konsep ramah lingkungan. Pertemuan Gatot dengan Prof Bungaran yang juga dihadiri oleh Bupati Simalungun JR Saragih, membicarakan juga seputar isu pengembangan perkebunan Sumut.(ari)