25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Minyak Dunia Naik 1 Persen

Pengaruhi Harga BBM Industri dan Pertamax

Harga minyak mentah dunia di AS naik 1 persen pada perdagangan Selasa (22/3). Pasar khawatir dengan campur tangan PBB di Libya akan menyebar ke negara anggota OPEC lainnya sehingga mengganggu
pasokan minyak dunia.

Minyak mentah jenis Brent naik US$0,67 (0,59 persen) menjadi US$114,6 per barel untuk pengiriman Mei. Harga minyak Brent sempat menyentuh US$116,2 per barel. Untuk minyak mentah jenis sweet crude naik US$0,15 (0,15 persen) menjadi 102,48 per barel untuk pengiriman April.

Memang, saat ini pelaku pasar merasa resah tentang pemberontakan di Timur Tengah merembet ke negara-negara produsen minyak lainnya seperti, Arab Saudi dan Iran. Di mana kedua negara tersebut memproduksi minyak sebanyak 12,4 juta barel per hari.

Pedagang minyak juga sudah semakin khawatir tentang stabilitas politik di Afrika Utara dan Timur Tengah yang memproduksi 27 persen minyak dunia. Semenjak terjadi kerusuhan, Libya telah menghentikan ekspor minyak.
Analis Energi Jim Ritterbusch mengatakan, harga minyak akan terus naik-turun pada minggu ini. Hal tersebut karena para pedagang bereaksi terhadap berita dari Timur Tengah. “Anda bisa membuat 50 skenario yang berbeda dari yang terungkap di sana,” ujar Ritterbusch.

Bahkan, kata dia, kenaikan harga minyak itu dipicu oleh turunnya produksi minyak Libya dari biasanya 1,58 juta barel per hari menjadi tinggal 400 ribu barel. Para analis pasar berjangka menilai, harga minyak akan terus meroket jika konflik di Negara Afrika Utara itu semakin memanas. Dalam jangka pendek, harga minyak diperkirakan menembus angka US$120 per barel.

Seandainya konflik di Libya itu meluas ke sejumlah Negara Arab, terutama Arab Saudi, dunia diperkirakan akan mengalami krisis minyak dan harga si emas hitam akan menyentuk level US$200. Sebuah prediksi yang mencemaskan, di tengah belum pulihnya perekonomian dunia dari krisis.

Kenaikan harga minyak itu tentu saja perlu diwaspadai. Maklum, kenaikan harga minyak dunia akan mempengaruhi harga minyak untuk industri dan BBM jenis pertamax yang memang sudah memakai patokan harga pasar.
Kurtubi, pengamat perminyakan, memperkirakan bulan ini harga pertamax akan tembus Rp9.000 per liter. “Para pengguna pertamax akan kembali berondong-bondong ke premium,” katanya.

Pemerintah tampaknya sudah mengantisipasi kemungkinan itu dengan rencana menambah kuota komsumsi BBM bersubsidi dari 38,6 juta kiloliter saat ini menjadi 41-42 juta kiloliter. Tak hanya itu, pemerintah juga akan menunda pembatasan BBM bersubsisi yang semula direncanakan dimulai Juni depan.

Agus Martowardojo, Menteri Keuangan, mengatakan bahwa kebijakan menambah pasokan BBM bersubisi ini akan mendongkrak subsidi BBM dari Rp3 triliun saat ini menjadi Rp6 trilun.  Hal ini sangat memberatkan APBN nantinya. (net/jpnn)

Pengaruhi Harga BBM Industri dan Pertamax

Harga minyak mentah dunia di AS naik 1 persen pada perdagangan Selasa (22/3). Pasar khawatir dengan campur tangan PBB di Libya akan menyebar ke negara anggota OPEC lainnya sehingga mengganggu
pasokan minyak dunia.

Minyak mentah jenis Brent naik US$0,67 (0,59 persen) menjadi US$114,6 per barel untuk pengiriman Mei. Harga minyak Brent sempat menyentuh US$116,2 per barel. Untuk minyak mentah jenis sweet crude naik US$0,15 (0,15 persen) menjadi 102,48 per barel untuk pengiriman April.

Memang, saat ini pelaku pasar merasa resah tentang pemberontakan di Timur Tengah merembet ke negara-negara produsen minyak lainnya seperti, Arab Saudi dan Iran. Di mana kedua negara tersebut memproduksi minyak sebanyak 12,4 juta barel per hari.

Pedagang minyak juga sudah semakin khawatir tentang stabilitas politik di Afrika Utara dan Timur Tengah yang memproduksi 27 persen minyak dunia. Semenjak terjadi kerusuhan, Libya telah menghentikan ekspor minyak.
Analis Energi Jim Ritterbusch mengatakan, harga minyak akan terus naik-turun pada minggu ini. Hal tersebut karena para pedagang bereaksi terhadap berita dari Timur Tengah. “Anda bisa membuat 50 skenario yang berbeda dari yang terungkap di sana,” ujar Ritterbusch.

Bahkan, kata dia, kenaikan harga minyak itu dipicu oleh turunnya produksi minyak Libya dari biasanya 1,58 juta barel per hari menjadi tinggal 400 ribu barel. Para analis pasar berjangka menilai, harga minyak akan terus meroket jika konflik di Negara Afrika Utara itu semakin memanas. Dalam jangka pendek, harga minyak diperkirakan menembus angka US$120 per barel.

Seandainya konflik di Libya itu meluas ke sejumlah Negara Arab, terutama Arab Saudi, dunia diperkirakan akan mengalami krisis minyak dan harga si emas hitam akan menyentuk level US$200. Sebuah prediksi yang mencemaskan, di tengah belum pulihnya perekonomian dunia dari krisis.

Kenaikan harga minyak itu tentu saja perlu diwaspadai. Maklum, kenaikan harga minyak dunia akan mempengaruhi harga minyak untuk industri dan BBM jenis pertamax yang memang sudah memakai patokan harga pasar.
Kurtubi, pengamat perminyakan, memperkirakan bulan ini harga pertamax akan tembus Rp9.000 per liter. “Para pengguna pertamax akan kembali berondong-bondong ke premium,” katanya.

Pemerintah tampaknya sudah mengantisipasi kemungkinan itu dengan rencana menambah kuota komsumsi BBM bersubsidi dari 38,6 juta kiloliter saat ini menjadi 41-42 juta kiloliter. Tak hanya itu, pemerintah juga akan menunda pembatasan BBM bersubsisi yang semula direncanakan dimulai Juni depan.

Agus Martowardojo, Menteri Keuangan, mengatakan bahwa kebijakan menambah pasokan BBM bersubisi ini akan mendongkrak subsidi BBM dari Rp3 triliun saat ini menjadi Rp6 trilun.  Hal ini sangat memberatkan APBN nantinya. (net/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/