JAKARTA- Pemerintah telah menerapkan sistem referensi untuk menjaga stabilitas harga daging. Sayangnya hingga kini harga daging sapi masih bertengger di kisaran Rp 90 ribu per kg.
Dengan harga referensi ditetapkan Rp76.000 per kg, pemerintah mengizinkan impor sapi siap potong. Kementerian Perdagangan telah menerima permohonan izin impor 72.500 ekor sapi siap potong dari 12 importer.
Juru Bicara Kementerian Perdagangan Arlinda Imbang Jaya mengatakan, berdasarkan Permendag nomor 46 tahun 2013 tentang ketentuan impor dan ekspor produk hewan, pemerintah mengizinkan importasi sapi siap potong jika harga daging di pasar di atas harga referensi yang ditentukan.
Saat ini harga daging rata-rata nasional mencapai Rp 88.544. Harga itu masih 16 persen di atas harga referensi. “Untuk itu kami keluarkan kebijakan importasi sapi siap potong,” ujarnya di Kementerian Perdagangan akhir pekan lalu.
Arlinda menyebutkan, saat ini proses perizinan masih dalam tahap verifikasi dokumen. Jika sudah lengkap, akan segera diterbitkan surat izin impor (SPI). Selain untuk menjaga stabilitas harga, sapi impor itu juga akan digunakan untuk memenuhi lonjakan permintaan saat Hari Raya Idul Adha. Selain mengeluarkan izin impor sapi siap potong, pihaknya juga mengeluarkan izin impor dalam bentuk daging beku dan sapi bakalan.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Srie Agustina mengatakan, pada saat Idul Adha, masyarakat tidak akan terlalu memikirkan soal harga. Sehingga yang menjadi prioritas adalah ketersediaan pasokan. “Kalau Idul Adha, berapapun harganya pasti dibeli,” katanya.
Berdasarkan laporan resmi Sensus Sapi 2013 dari Badan Pusat Statistik (BPS), populasi sapi dan kerbau pada 2013 turun 2,56 juta ekor dibanding 2011, atau menjadi 14,2 juta ekor. Penurunan populasi sapi itu hampir terjadi di seluruh Indonesia. Bahkan Jawa Timur yang menjadi salah satu daerah produsen sapi terbesar Indonesia juga mengalaminya. Berdasarkan catatan BPS, populasi sapi dan kerbau di Jawa Timur turun 1,23 juta ekor dibanding 2011, atau menjadi 3,83 juta ekor.
Kepala BPS Suryamin menyatakan, penurunan itu disebabkan pengelolaan sapi yang masih tradisional. Saat ini tercatat 5,9 juta peternak sapi dan masing-masing memelihara 2-3 sapi. “Sapi yang mereka miliki tidak bisa konsisten menyuplai pasar. Sebab tujuan mereka berbeda-beda. Mereka akan menjual berdasarkan kebutuhan masing,: katanya. Melihat kondisi itu, Suryamin mengimbau agar dibentuk kelompok-kelompok peternak. Sehingga usaha peternakan yang dikelola menjadi besar dan bisa menyuplai pasar secara konsisten. (uma/sof/jpnn)
Impor 72.500 Ekor Sapi Segera Masuk
JAKARTA- Pemerintah telah menerapkan sistem referensi untuk menjaga stabilitas harga daging. Sayangnya hingga kini harga daging sapi masih bertengger di kisaran Rp 90 ribu per kg.
Dengan harga referensi ditetapkan Rp76.000 per kg, pemerintah mengizinkan impor sapi siap potong. Kementerian Perdagangan telah menerima permohonan izin impor 72.500 ekor sapi siap potong dari 12 importer.
Juru Bicara Kementerian Perdagangan Arlinda Imbang Jaya mengatakan, berdasarkan Permendag nomor 46 tahun 2013 tentang ketentuan impor dan ekspor produk hewan, pemerintah mengizinkan importasi sapi siap potong jika harga daging di pasar di atas harga referensi yang ditentukan.
Saat ini harga daging rata-rata nasional mencapai Rp 88.544. Harga itu masih 16 persen di atas harga referensi. “Untuk itu kami keluarkan kebijakan importasi sapi siap potong,” ujarnya di Kementerian Perdagangan akhir pekan lalu.
Arlinda menyebutkan, saat ini proses perizinan masih dalam tahap verifikasi dokumen. Jika sudah lengkap, akan segera diterbitkan surat izin impor (SPI). Selain untuk menjaga stabilitas harga, sapi impor itu juga akan digunakan untuk memenuhi lonjakan permintaan saat Hari Raya Idul Adha. Selain mengeluarkan izin impor sapi siap potong, pihaknya juga mengeluarkan izin impor dalam bentuk daging beku dan sapi bakalan.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Srie Agustina mengatakan, pada saat Idul Adha, masyarakat tidak akan terlalu memikirkan soal harga. Sehingga yang menjadi prioritas adalah ketersediaan pasokan. “Kalau Idul Adha, berapapun harganya pasti dibeli,” katanya.
Berdasarkan laporan resmi Sensus Sapi 2013 dari Badan Pusat Statistik (BPS), populasi sapi dan kerbau pada 2013 turun 2,56 juta ekor dibanding 2011, atau menjadi 14,2 juta ekor. Penurunan populasi sapi itu hampir terjadi di seluruh Indonesia. Bahkan Jawa Timur yang menjadi salah satu daerah produsen sapi terbesar Indonesia juga mengalaminya. Berdasarkan catatan BPS, populasi sapi dan kerbau di Jawa Timur turun 1,23 juta ekor dibanding 2011, atau menjadi 3,83 juta ekor.
Kepala BPS Suryamin menyatakan, penurunan itu disebabkan pengelolaan sapi yang masih tradisional. Saat ini tercatat 5,9 juta peternak sapi dan masing-masing memelihara 2-3 sapi. “Sapi yang mereka miliki tidak bisa konsisten menyuplai pasar. Sebab tujuan mereka berbeda-beda. Mereka akan menjual berdasarkan kebutuhan masing,: katanya. Melihat kondisi itu, Suryamin mengimbau agar dibentuk kelompok-kelompok peternak. Sehingga usaha peternakan yang dikelola menjadi besar dan bisa menyuplai pasar secara konsisten. (uma/sof/jpnn)