MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sejak 15 tahun yang lalu, pemerintah sudah menganjurkan untuk menggunakan energi terbarukan. Energi terbarukan menjadi solusi untuk mengurangi emisi karbon dan bahan bakar fosil yang diperkirakan akan habis beberapa tahun ke depan.
Kabid Energi, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Sumut, Neftiana Awalia Sitepu mengatakan pemerintah mengajukan program ‘Gerakan Sejuta Atap’, dimana perusahaan mulai menggunakan energi terbarukan.
Pemanfaatan energi terbarukan menjadi solusi untuk.
“Selain pengurangan emisi karbon, dengan energi terbarukan diharapkan dapat menghindari perubahan iklim,” ujarnya pada acara peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap Bungasari Medan, Sumatera Utara, di KIM 4, Selasa (22/11).
Neftiana Awalia Sitepu menjelaskannya, hingga saat ini di Sumatera Utara tercatat sudah ada 23 perusahaan yang menggunakan energi terbarukan. Dan pihaknya memberikan apresiasi kepada perusahaan karena sudah menjalankan program pemerintah.
“Dan saat ini, PT Bungasari yang terbesar dalam penggunaan energi terbarukan dari 23 perusahaan yang sudah menggunakan,” jelasnya.
Presiden Direktur PT Bungasari Flour Mills Indonesia Budianto Wijaya, mengatakan PT BUNGASARI FLOUR MILLS INDONESIA (Bungasari), PLTS Atap Bungasari Medan berkapasitas 2.4 megawatt-peak ini adalah satu di antara tiga proyek “Bungasari Hijau untuk Negeri” yang berorientasikan pada transisi energi baru terbarukan. PLTS Atap ini tercatat sebagai yang terbesar di Sumut hingga saat ini dan terbesar pada kategori pabrik terigu di Indonesia, sekaligus menjadikan Bungasari selaku salah satu pelopor pembangunan PLTS Atap pabrik tepung terigu di Tanah Air.
Pada kesempatan yang sama juga diresmikan dua proyek yang lain dalam rangkaian “Bungasari Hijau untuk Negeri”, yakni instalasi Absorption Chilller yang berorientasikan pada program Waste Heat Conversion serta proses Sertifikasi Industri Hijau yang berorientasi ramah lingkungan, di pabrik Bungasari di Cilegon, Banten. Investasi di pabrik Bungasari di Cilegon dan Medan ini merupakan bagian dari upaya untuk mencegah global warming yang mengancam lingkungan.
“Bungasari mendukung upaya pemerintah menuju pencapaian target nol emisi pada 2060 dengan mendorong penggunaan energi baru terbarukan (EBT) sebagai sumber pasokan energi. Salah satu langkah Bungasari dalam pemanfaatan EBT ini adalah penggunaan PLTS Atap Bungasari Medan. Sudah saatnya kita, para pelaku industri pangan di Tanah Air, memulai melakukan transisi menuju energi hijau guna mengurangi efek global warming yang menggancam ketahanan pangan,” ujar Budianto.
“Sementara untuk pabrik di Cilegon, Banten, Bungasari memiliki sejumlah proyek industri ramah lingkungan melalui program Waste Heat Conversion dan proses Sertifikasi Industri Hijau yang merupakan program dari Kementerian Perindustrian yang mengarahkan perusahaan agar lebih efisien dalam menggunakan sumber daya alam, bahan baku, energi, dan air,” Budianto, menambahkan.
Dengan beroperasinya proyek PLTS atap ini, BUNGASARI akan memproduksi sendiri energi listrik untuk kebutuhan pabriknya di Medan, dengan sumber tenaga surya sebesar 2.940.819 kilowatt-hour (kWh) per tahun atau setara dengan penghematan pengeluaran hingga Rp3 milyar per tahun. Produksi energi listrik bersih tersebut juga setara dengan pengurangan karbon dioksida sejumlah 68.668.113 kg atau konsumsi listrik untuk 46,969 rumah atau green house gas (22.261.996 liter).
Selain itu, dengan pemanfaatan sinar matahari sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan, BUNGASARI juga melakukan penghematan yang sebanding dengan penghematan emisi atas 14.704 kendaraan roda empat. Kemudian mendorong ekonomi hijau dengan perbandingan penanaman pohon sejumlah 881.414 pohon.
Di lain sisi, PLTS Atap BUNGASARI Medan memperkuat transisi menuju energi berkelanjutan, yang merupakan satu di antara tiga isu priroritas dari Presidensi Indonesia pada G20. Penggunaan energi terbarukan ini diharapkan akan mengatasi ketergantungan pada sumber daya alam yang terbatas serta menopang industri pangan Indonesia yang berorientasikan industri hijau.
Selain menjalankan program EBT, Bungasari juga melakukan pemanfaatan energi gas buang yang bersumber dari gas engine di pabrik Cilegon. Proyek ini akan memberikan manfaat penghematan energi listrik sejumlah 824.000 kWh per tahun atau kira-kira setara dengan jejak karbon (carbon foot-print) sejumlah 570 ton karbon dioksida per tahun. Bagi Bungasari, program-program ini semakin mengukuhkan komitmennya terhadap pembangunan masa depan hijau dan berperspektif iklim.
“Di sisi lain, melalui pemanfaatan gas buang selama setahun, Bungasari dapat menghemat mencapai Rp3,15 milyar,” tutup Budianto.
Sementara itu, Wakil Bupati Deliserdang, HM Ali Yusuf Siregar mengatakan pabrik Bungasari yang terletak di Desa Pematang Johar Kecamatan Labuhan Deli menjadi sumber pendapatan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, pemerintah berharap agar pabrik ini dapat berkembang.
“Penggunaan PLTS Atap ini bukan hal baru. Tapi, dengan penerapan oleh pabrik, bukan hanya menjaga lingkungan sekitar, tetapi juga dunia,” ungkapnya.
VP Commercial PT Xurya Daya Indonesia, Adhi Laksamana Putra mengatakan teknologi panel Surya sudah dikenal sejak 80 tahun yang lalu. Tetapi, 5 atau 4 tahun terakhir baru marak digunakan oleh perusahaan.
“Istilah PLTS atap, yaitu teknologi panel Surya, yang mengelola sinar matahari jadi sumber listrik,” ujarnya.
Dijelaskannya, perusahaan PT Xurya Daya Indonesia sudah berdiri sejak tahun 2018. Untuk penggunaan panel Surya ini, pihaknya menggunakan sistem sewa, di mana pemasangan, pengoperasian dan perawatan ditanggung oleh PT Xurya Daya Indonesia.
“Perusahaan yang menyewakan akan membeli listrik yang dihasilkan,” tutupnya. (ram)