MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Indonesia berencana akan menghapuskan Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis Premium pada tahun 2022. Premium memiliki oktan dengan nilai ron 88 yang memiliki gas buang lebih kotor.
Dengan itu, Pemerintah melalui PT Pertamina Patra Niaga mendorong masyarakat untuk menggunakan BBM berkualitas dan ramah lingkungan.
Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Wahyu Ario Utomo menilai langkah tepat dilakukan pemerintah untuk merencanakan penghapusan BBM jenis premium. Apa lagi, premium sudah tidak sesuai dengan perkembangan teknologi kenderaan bermotor yang mengkonsumsi BBM berkualitas.
“Premium merupakan salah satu produk bahan bakar Pertamina yang beroktan rendah yang ke depan tidak lagi sesuai dengan spesifikasi mesin kendaraan bermotor, yang diproduksi dalam beberapa tahun terakhir,” sebut Wahyu saat dikonfirmasi Sumut Pos, Kamis (23/12).
Wahyu menjelaskan hampir seluruh negara sudah beralih menggunakan BBM berkualitas dan ramah lingkungan serta sudah meninggalkan ron 88. Sehingga sudah tepat Pertamina melakukan penyesuaian Premium dengan Pertalite (Ron 90).
Tujuh negara mengkonsumsi Ron 88 atau BBM setara Premium itu yakni Indonesia, Kolombia, Mesir, Mongolia, Bangladesh, Ukraina, dan Uzbekistan.
“Di dunia tinggal 7 negara (termasuk Indonesia) yang konsumsi premium (ron 88). Untuk itu perlu dilakukan penyesuaian,” kata pengamat ekonomi berasal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sumatera Utara (USU) itu.
Wahyu dalam analisis ekonominya, menjelaskan dampak penghapusan Premium tidak begitu dirasakan. Karena, masyarakat kalangan bawah memerlukan subsidi kesehatan, pendidikan dan pangan, ketimbang BBM.
“Pengalihan konsumsi premium ke pertalite menjadi kebijakan yang dapat diambil. Hanya saja memang harus dibuat kebijakan untuk melindungi kelompok masyarakat miskin dan angkutan umum,” ucap Wahyu.
Wahyu mengatakan program Pertamina Langit Biru (PLB) sudah tepat. Karena, masyarakat membeli Pertalite cukup membayar dengan seharga Premium. Sehingga Pertamina tidak saja memikirkan bisnis saja. Tapi, juga memikirkan dampak lingkungan dengan mengkonsumsi Ron 88.
“Yaitu memberikan subsidi kepada kelompok tadi, dengan membayar pertalite dgn harga premium yaitu Rp 6.450 per liter,” ucap Dosen FEB USU itu. Wahyu menambah dirinya mendukung Pemerintah dan Pertamina untuk menghadirkan BBM berkualitas kepada masyarakat. Apa lagi, dunia terus mengkampanyekan penggunaan BBM yang ramah lingkungan.
“Iya (mendukung). Dari sisi dampak lingkungannya premium tidak begitu ramah terhadap lingkungan. Makanya memang dikurangi bahkan dihilangkan konsumsinya,” pungkasnya.(gus/sih)