Kuartal I Rugi Rp1 Triliun
JAKARTA- Bisnis Liquid Petroleum Gas (LPG) nonsubsidi yang dijalankan Pertamina terus merugi. Perusahaan migas pelat merah itu pun tengah melakukan kajian untuk kembali mengevaluasi harga LPG nonsubsidi, yang terdiri dari LPG 12 kg, 50 kg, dan bulk.?
Direktur Pemasaran PT Pertamina Djaelani Sutomo mengatakan, saat ini Pertamina tengah menyusun kajian terkait bisnis LPG nonsubsidinya yang terus-terusan merugi. “Pemerintah minta kajian, ya kami kaji apa adanya,” ujarnya setelah rapat dengan komisi VII DPR Senin malam (23/5).
Menurut Djaelani, bisnis LPG nonsubsidi selalu merugi karena Pertamina menjual LPG dengan harga yang lebih murah daripada harga belinya. Selisih harga itulah yang menjadi kerugian yang ditanggung Pertamina karena tidak diganti dengan subsidi oleh pemerintah sebagaimana LPG 3 kg. Beban Pertamina makin berat seiring dengan kenaikan harga gas dunia. “Kami belum tahu, ke depan, LPG 12 kg ini akan dikemanakan,” ucapnya.
Terakhir kali Pertamina menaikkan harga LPG 12 kg pada 6 Februari 2010, dari Rp5.850 per kg menjadi Rp5.950 per kg. Sejak itu, Pertamina belum pernah lagi menaikkan harga LPG 12 kg. Pada pertengahan 2010 lalu, Pertamina sempat mewacanakan untuk menaikkan harga LPG 12 kg, namun rencana tersebut kandas karena ditentang oleh banyak pihak dan belum mendapat restu pemerintah.
Demikian pula saat ini, Pertamina tampak berhati-hati dalam rencana evaluasi harga LPG ini. Saat ditanya apakah dalam kajiannya Pertamina akan mengusulkan angka ?kenaikan harga LPG 12 kg kepada pemerintah, Djaelani hanya menjawab singkat. “Belum tahu ya, semua masih dikaji,” jawabnya.
Data menunjukkan, sepanjang kuartal I 2011, Pertamina telah menjual LPG nonsubsidi sebanyak 0,29 metrik ton, atau melampaui target yang sebesar 0,23 metrik ton. Hingga akhir tahun nanti, Pertamina memperkirakan penjualan LPG nonsubsidi akan mencapai 0,90 metrik ton.
Dari sisi finansial, bisnis LPG nonsubsidi Pertamina sudah merugi hingga Rp1 triliun selama kuartal I 2011. Kerugian tersebut membengkak lipat dua dibandingkan kerugian pada periode sama 2010 yang sebesar Rp 500 miliar. “Tahun ini, kerugian dari bisnis LPG nonsubsidi diperkirakan mencapai Rp2,3 triliun,” sebutnya.
VP Komunikasi PT Pertamina Mochamad Harun menambahkan, evaluasi atas harga LPG 12 kg memang dilakukan secara hati-hati. “Soal LPG 12 kg ini impact (akibat) nya banyak, misalnya harga 12 kg naik maka disparitas dengan harga 3 kg makin besar, nanti rawan pengoplosan,” ujarnya. Saat ini, harga LPG 3 kg bersubisi sebesar Rp4.250 per kg. (owi/kim/jpnn)