MEDAN- Pemulihan ekonomi Eropa dan Amerika masih berdampak pada ekspor kakao asal Sumatera Utara (Sumut). Sepanjang Januari-Juli 2012 turun 25,67 persen dari US$80,306 juta menjadi US$59,689 juta. Namun, volumenya hanya turun sedikit dari 25.876 ton menjadi 25.088 ton.
Tujuan kakao terbesar ke Malaysia, yang eskpornya mencapai US$26,910 juta dengan volume 11.871 ton. Nilai ini turun sekitar 30,46 persen dibanding tahun lalu yang mencapai US$38,697 juta dengan volume 13.171 ton.
Selain Malaysia, kakao juga diimpor oleh Singapura dari Sumut senilai US$14,219 juta dengan volume 6.404 ton.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Suharno mengatakan, secara keseluruhan nilai ekspor Sumut mengalami penurunan. Tercatat, nilainya mencapai US$6,099 miliar dan volume 4.789.099 ton atau turun sebesar 9,44 persen dari US$6,736 miliar dengan volume 4.216.500 ton dibanding 2011 lalu.
“Penurunan ini disebabkan pembeli mengurangi permintaan terutama dari sektor pertanian, industri, pertambangan dan penggalian,” katanya.
Menurut Suharno, menurunnya order komoditi Sumut disebabkan sejumlah negara mengurangi produksi sehingga otomatis memangkas pembelian bahan baku. Ia menjelaskan, negara tujuan kakao biasanya mengeskpor kembali hasil olahannya ke Eropa dan Amerika Serikat. Padahal, kedua benua ini masih mengalami krisis finansial hingga ekonominya tumbuh lambat. Sementara itu, Kasi Hasil Pertanian dan Pertambangan Perdagangan Luar Negeri, Fitra Kurnia mengatakan, volume dan nilai ekspor biji cokelat menurun karena panen yang kurang baik dan makin banyak biji cokelat yang diolah menjadi produk bernilai tambah di dalam negeri. “Ekspor biji cokelat memang cenderung menurun. Selain karena panen tahun ini kurang baik, biji cokelat yang ditampung dan diolah di dalam negeri juga semakin banyak,” tuturnya.
Negara yang meminta biji kakao Sumut yakni Malaysia, Singapura, China, Spanyol, Thailand dan Amerika Serikat. Negara-negara ini, terang Fitra, memang banyak membutuhkan bahan baku kakao dari Sumut untuk pengolahan industri coklat di sana.
Asosiasi Eksportir Kakao Sumut, Andryanus, mengatakan, turunnya ekspor biji cokelat ini diakibatkan musim panen tidak begitu banyak. Selain itu, pasaran di luar negeri memang lagi turun. “Harga lokal kini lebih mahal dibanding ekspor, sehingga biji cokelat lebih banyak dijual di pasar domestik,” tandasnya. (ram)