28 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Gakoptindo akan Impor 30.000 Ton Kedelai

JAKARTA- Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) rencananya akan mengimpor kedelai sebanyak 30.000 ton tahun ini. Kedelai yang akan diimporĀ  merupakan jenis grade I atau memang untuk konsumsi. Selain di Jakarta, rencananya kedelai tersebut akan dipasarkan ke beberapa daerah sentra produksi tahu dan tempe lain.

Ketua Gakoptindo, Aip Syarifudin mengatakan tahap pertama Gakoptindo telah merealisasikan impor kedelai sebanyak 108 ton asal Amerika dan tahap kedua, akan diimpor 2000 ton kedelai.

ā€œLangkah yang diambil Gakoptindo ini sebagai upaya untuk menjaga stabilitas pasokan kedelai bagi para anggota. Saat ini prosesnya masih di bea cukai. Untuk Februari mendatang kita telah ancang-ancang impor kedelai lebih banyak dari yang pertama, yakni sekitar 1.000 ton-2.000 ton. Meski sedikit, yang penting stabilitas pasokan ada,ā€ katanya.

Gakoptindo, katanya, harus mengeluarkan kocek sekitar Rp800 juta untuk mengimpor kedelai. Di mana harga beli kedelai dari Gakoptindo sendiri US$ 613,54 per ton. Harga tersebut belum termasuk biaya pengiriman dan pungutan lain. Namun, Aip mengaku belum dapat memberikan harga jual untuk kedelai yang diimpor tersebut.

ā€œHarga kedelai yang akan dijual tersebut tidak jauh berbeda dengan kedelai impor yang dilakukan oleh perusahaan swasta. Misalnya saja saat ini di Yogyakarta harga kedelai yang dibeli pengrajin dengan kualitas normal berada dikisaran Rp8.400 per kilogram. Kita tidak cari untung, yang penting tidak rugi saja,ā€ kata Aip.

Setelah dapat merealisasikan impor perdana tersebut, Gakoptindo secara rutin akan melakukan impor setiap bulan. Pihaknya pun telah mendapat bantuan keringanan pembayaran untuk melakukan impor dari Amerika. Bantuan tersebut berupa kelonggaran pembayaran hingga 90 hari setelah pengiriman barang.

Kebutuhan kedelai untuk pengrajin tempe dan tahu setiap bulannya mencapai 132.000 ton, atau 1,6juta per tahun. Dengan perhitungan impor yang mampu direalisasikan pada tahun ini, maka Gakoptindo hanya menguasai kurang dari 2persen dari kebutuhan kedelai bagi pengrajin tempe dan tahu.

Sebelumnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor kedelai, produksi perlu didorong dengan cara memberikan insentif melalui kebijakan harga di tingkat petani. Dengan begitu, para petani akan terdorong untuk menanam kedelai sehingga produksi kedelai diharapkan ada peningkatan.

Saat ini kebutuhan kedelai nasional masih cukup besar namun memiliki ketergantungan terhadap impor yang masih cukup tinggi sekitar 60persen – 70persen. Insentif harga diberikan dalam bentuk penetapan Harga Beli Petani (HBP) Kedelai yang ditentukan dengan mempertimbangkan biaya usaha tani kedelai, dampak terhadap tingkat inflasi dan keuntungan petani.

HBP Kedelai merupakan harga acuan pembelian kedelai di tingkat petani yang ditetapkan setiap 3 (tiga) bulan. Adapun HBP yang ditetapkan untuk periode Januari-Maret 2014 adalah sebesar Rp7.500 per kilogram atau naik Rp100 per kilogram dibanding periode sebelumnya. (bbs/far)

JAKARTA- Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) rencananya akan mengimpor kedelai sebanyak 30.000 ton tahun ini. Kedelai yang akan diimporĀ  merupakan jenis grade I atau memang untuk konsumsi. Selain di Jakarta, rencananya kedelai tersebut akan dipasarkan ke beberapa daerah sentra produksi tahu dan tempe lain.

Ketua Gakoptindo, Aip Syarifudin mengatakan tahap pertama Gakoptindo telah merealisasikan impor kedelai sebanyak 108 ton asal Amerika dan tahap kedua, akan diimpor 2000 ton kedelai.

ā€œLangkah yang diambil Gakoptindo ini sebagai upaya untuk menjaga stabilitas pasokan kedelai bagi para anggota. Saat ini prosesnya masih di bea cukai. Untuk Februari mendatang kita telah ancang-ancang impor kedelai lebih banyak dari yang pertama, yakni sekitar 1.000 ton-2.000 ton. Meski sedikit, yang penting stabilitas pasokan ada,ā€ katanya.

Gakoptindo, katanya, harus mengeluarkan kocek sekitar Rp800 juta untuk mengimpor kedelai. Di mana harga beli kedelai dari Gakoptindo sendiri US$ 613,54 per ton. Harga tersebut belum termasuk biaya pengiriman dan pungutan lain. Namun, Aip mengaku belum dapat memberikan harga jual untuk kedelai yang diimpor tersebut.

ā€œHarga kedelai yang akan dijual tersebut tidak jauh berbeda dengan kedelai impor yang dilakukan oleh perusahaan swasta. Misalnya saja saat ini di Yogyakarta harga kedelai yang dibeli pengrajin dengan kualitas normal berada dikisaran Rp8.400 per kilogram. Kita tidak cari untung, yang penting tidak rugi saja,ā€ kata Aip.

Setelah dapat merealisasikan impor perdana tersebut, Gakoptindo secara rutin akan melakukan impor setiap bulan. Pihaknya pun telah mendapat bantuan keringanan pembayaran untuk melakukan impor dari Amerika. Bantuan tersebut berupa kelonggaran pembayaran hingga 90 hari setelah pengiriman barang.

Kebutuhan kedelai untuk pengrajin tempe dan tahu setiap bulannya mencapai 132.000 ton, atau 1,6juta per tahun. Dengan perhitungan impor yang mampu direalisasikan pada tahun ini, maka Gakoptindo hanya menguasai kurang dari 2persen dari kebutuhan kedelai bagi pengrajin tempe dan tahu.

Sebelumnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor kedelai, produksi perlu didorong dengan cara memberikan insentif melalui kebijakan harga di tingkat petani. Dengan begitu, para petani akan terdorong untuk menanam kedelai sehingga produksi kedelai diharapkan ada peningkatan.

Saat ini kebutuhan kedelai nasional masih cukup besar namun memiliki ketergantungan terhadap impor yang masih cukup tinggi sekitar 60persen – 70persen. Insentif harga diberikan dalam bentuk penetapan Harga Beli Petani (HBP) Kedelai yang ditentukan dengan mempertimbangkan biaya usaha tani kedelai, dampak terhadap tingkat inflasi dan keuntungan petani.

HBP Kedelai merupakan harga acuan pembelian kedelai di tingkat petani yang ditetapkan setiap 3 (tiga) bulan. Adapun HBP yang ditetapkan untuk periode Januari-Maret 2014 adalah sebesar Rp7.500 per kilogram atau naik Rp100 per kilogram dibanding periode sebelumnya. (bbs/far)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/