26.7 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Sumut Impor Kedelai dari Amerika

MEDAN- Sumatera Utara terpaksa mengimpor kacang kedelai dari luar negeri untuk memenuhi permintaan pasar. Salah satu negara yang menjadi sasaran impor itu adalah Amerika Serikat. Tercatat, impor kacang kedelai Sumut dari Januari hingga Mei 2012 mencapai 51,15 ton, dimana 50,10 ton atau 98 persennya diimpor dari Amerika Serikat.

Dari data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, komoditas kacang kedelai yang masuk ke Sumatera Utara, berasal dari negara Malaysia, India, Kanada, Ukraina, dan Amerika Serikat.

“Tetapi dari Januari hingga Mei kemarin, Sumut hanya mengimpor dari 3 negara, yakni India, Kanada dan Amerika serikat,” ungkap Kepala Seksi Statistik Niaga dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Hapsyah Aprillia. Adapun besarnya volume impor komoditas tersebut, India dengan volume sebesar 19,550 kg, Kanada sebesar 1,03 ton dan Amerika Serikat sebesar 50,10 ton.

Sedangkan pada tahun 2011, hanya 2 negara yang memasok kedelai ke Sumut yaitu Malaysia dan dan Amerika. “Bahkan Amerika mengalami kenaikan volume impor dari tahun 2011 yang lalu,” tambah Hafsyah. Malaysia sebesar 50 kg dan Amerika Serikat sebesar 51,65 ton. Sedangkan impor kacang kedelai dari Ukraina dalam dua tahun belakangan ini belum  ada.

Hapsyah juga bilang pada Januari hingga Mei 2012, volume impor kacang kedelai yang mencapai 51,15 ton tersebut, turun dibanding bulan yang sama di tahun 2011 yang mencapai 51,70 ton. “Selain itu, nilai impor kacang kedelai Januari hingga Mei 2012 juga turun, dari USD29,30 juta menjadi USD27,43 juta,” ujarnya, Rabu (25/7).

Menurutnya, kacang kedelai impor tersebut  masih mendominasi pasar di Sumut, sedangkan produksi lokal masih kalah bersaing. “Pada umumnya, kacang kedelai ini, banyak dipergunakan untuk pembuatan tahu dan tempe serta kebutuhan lainnya yang dikelola oleh industri rumah tangga.” Tambahnya.

Sementara itu, Kepala Sub Bidang Program Dinas Pertanian Sumut Lusiantini mengatakan, banyaknya impor kacang kedelai ini, lebih disebabkan petani lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Bahkan, setiap tahunnya terjadi penurunan produksi kacang kedelai di Sumut. “Petani sudah sedikit yang menanam kedelai. Karena produktifitas kecil, dan harga jual juga kecil,” ujarnya.

Dijelaskannya, lahan 1 Haktare, hanya mampu menghasilkan kacang kedelai sebanyak 1 hingga 1,2 ton. Dengan harga jual berkisar Rp5 ribu perkilogram. “Jadi, pendapatan petani hanya sekitar Rp5 sampai Rp6 juta per hektar, dengan keuntungan sekitar Rp3 sampai Rp4 juta,” tambahnya. Dan keuntungan ini didapatnya pertiga bulan sekali, saat panen terjadi.

Berbeda dengan Jawa, dimana lahan seluas 1 ha dapat menghasilkan hingga 2 ton. “Tetapi, di Sumut tidak bisa, karena struktur tanah. Sehingga hasilnya tidak maksimal,” tambahnya.
Karena itu, seharusnya ada kebijakan pemerintah, agar harga jual kedelai petani dinaikkan, sehingga petani juga semangat untuk menanam kedelain. (ram)

MEDAN- Sumatera Utara terpaksa mengimpor kacang kedelai dari luar negeri untuk memenuhi permintaan pasar. Salah satu negara yang menjadi sasaran impor itu adalah Amerika Serikat. Tercatat, impor kacang kedelai Sumut dari Januari hingga Mei 2012 mencapai 51,15 ton, dimana 50,10 ton atau 98 persennya diimpor dari Amerika Serikat.

Dari data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, komoditas kacang kedelai yang masuk ke Sumatera Utara, berasal dari negara Malaysia, India, Kanada, Ukraina, dan Amerika Serikat.

“Tetapi dari Januari hingga Mei kemarin, Sumut hanya mengimpor dari 3 negara, yakni India, Kanada dan Amerika serikat,” ungkap Kepala Seksi Statistik Niaga dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Hapsyah Aprillia. Adapun besarnya volume impor komoditas tersebut, India dengan volume sebesar 19,550 kg, Kanada sebesar 1,03 ton dan Amerika Serikat sebesar 50,10 ton.

Sedangkan pada tahun 2011, hanya 2 negara yang memasok kedelai ke Sumut yaitu Malaysia dan dan Amerika. “Bahkan Amerika mengalami kenaikan volume impor dari tahun 2011 yang lalu,” tambah Hafsyah. Malaysia sebesar 50 kg dan Amerika Serikat sebesar 51,65 ton. Sedangkan impor kacang kedelai dari Ukraina dalam dua tahun belakangan ini belum  ada.

Hapsyah juga bilang pada Januari hingga Mei 2012, volume impor kacang kedelai yang mencapai 51,15 ton tersebut, turun dibanding bulan yang sama di tahun 2011 yang mencapai 51,70 ton. “Selain itu, nilai impor kacang kedelai Januari hingga Mei 2012 juga turun, dari USD29,30 juta menjadi USD27,43 juta,” ujarnya, Rabu (25/7).

Menurutnya, kacang kedelai impor tersebut  masih mendominasi pasar di Sumut, sedangkan produksi lokal masih kalah bersaing. “Pada umumnya, kacang kedelai ini, banyak dipergunakan untuk pembuatan tahu dan tempe serta kebutuhan lainnya yang dikelola oleh industri rumah tangga.” Tambahnya.

Sementara itu, Kepala Sub Bidang Program Dinas Pertanian Sumut Lusiantini mengatakan, banyaknya impor kacang kedelai ini, lebih disebabkan petani lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Bahkan, setiap tahunnya terjadi penurunan produksi kacang kedelai di Sumut. “Petani sudah sedikit yang menanam kedelai. Karena produktifitas kecil, dan harga jual juga kecil,” ujarnya.

Dijelaskannya, lahan 1 Haktare, hanya mampu menghasilkan kacang kedelai sebanyak 1 hingga 1,2 ton. Dengan harga jual berkisar Rp5 ribu perkilogram. “Jadi, pendapatan petani hanya sekitar Rp5 sampai Rp6 juta per hektar, dengan keuntungan sekitar Rp3 sampai Rp4 juta,” tambahnya. Dan keuntungan ini didapatnya pertiga bulan sekali, saat panen terjadi.

Berbeda dengan Jawa, dimana lahan seluas 1 ha dapat menghasilkan hingga 2 ton. “Tetapi, di Sumut tidak bisa, karena struktur tanah. Sehingga hasilnya tidak maksimal,” tambahnya.
Karena itu, seharusnya ada kebijakan pemerintah, agar harga jual kedelai petani dinaikkan, sehingga petani juga semangat untuk menanam kedelain. (ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/