24 C
Medan
Tuesday, November 5, 2024
spot_img

Perajin Belum Kembalikan Ukuran

Harga Kacang Kedelai Turun

MEDAN-Walau harga kedelai impor sebagai bahan baku pembuatan tempe telah turun, pedagang masih enggan menurunkan harga. Hal ini dikarenakan penurunan harga kedelai belum stabil.

Saat ini, harga kedelai berkisar Rp7.100-Rp7.200 per kg. Setelah sebelumnya masih berada di posisi Rp7.400-Rp7.500 per kg. Padahal, pada Juli kemarin, harga pangan jenis kacang-kacangan ini mencapai Rp7.850 per kg. “Kita senang harga bahan baku telah turun. Tapi, kita belum bisa mengembalikan bentuk tempe sebelum harga kedelai naik. Karena ini masih belum stabil,” tutur perajin tempe di Tanjung Sari, Budisudarno, Senin (26/11).

Dijelaskannya, pedagang masih mempertahankan ukuran tempe yang dibuat dan diperdagangkan dengan lebih kecil mengingat harga jual tidak bisa dinaikkan dari harga yang sekitar Rp1.600-Rp1.800 per potong. “Kalau ukuran kita kembalikan, maka kita berjudi. Karena kita tidak tahu, apakah kedelai akan naik lagi atau bagaimana. Kita lihat perkembangan saja,” tambah Budi.

Untuk harga normal kedelai ini berkisar Rp5.500-Rp6.000 per kg. “Kalau harganya sudah seperti itu, kita pasti akan mengembalikan ukuran tempenya,” lanjutnya.

Diakui Budi, dengan tren harga menurun ini, membuat perajin tidak susah mengkalkulasikan biaya produksi yang berkaitan dengan harga jual. “Dan jelas, kita senang dengan keadaan ini,” ungkapnya.

Walaupun begitu, perajin masih tetap membatasi untuk membeli kedelai ini. “Karena belum kembali normal, pedagang tempe juga masih tetap melakukan kebijakan pengurangan pembelian kedelai yakni hanya untuk stok 3-4 hari dari sebelumnya yang rata-rata untuk 10 hari,”kata Budi lagi.

Penurunan harga kacang kedelai impor ini, menurut Budi karena harga impor juga melemah di tengah permintaan di dalam negeri yang juga melemah. Pengandalan perajin ini akan produk impor, selain karena pasokan dalam negeri terutama dari Sumut dan Jawa semakin turun, juga kualitas kedelai dalam negeri yang tidak memadai. Seperti kacang kedelai kuning dan jenis warna hitam asal China juga beredar banyak di Sumut.

Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Suharno,  me-ngakui, produksi kedelai pada angka ramalan (Aram) II hanya 5.923 ton. Produksi kedelai Sumut tahun ini diperkirakan turun jauh di bawah angka tetap (Atap) 2011 yang sudah 11.426 ton. “Jumlah produksi kedelai di Aram II 2012 sebesar 5.923 ton itu juga jauh di bawah realisasi atau Atap 2010 yang sudah 9.439 ton,” ungkap Suharno.

Berdasarkan data, produksi kedelai yang turun di Aram II 2012 itu akibat luas areal yang juga jauh di bawah Atap 2011. Luas areal panen kedelai Sumut di Aram II hanya 5.814 hektare dari Atap 2011 yang sudah seluas 11.413 hektare. (ram)

Harga Kacang Kedelai Turun

MEDAN-Walau harga kedelai impor sebagai bahan baku pembuatan tempe telah turun, pedagang masih enggan menurunkan harga. Hal ini dikarenakan penurunan harga kedelai belum stabil.

Saat ini, harga kedelai berkisar Rp7.100-Rp7.200 per kg. Setelah sebelumnya masih berada di posisi Rp7.400-Rp7.500 per kg. Padahal, pada Juli kemarin, harga pangan jenis kacang-kacangan ini mencapai Rp7.850 per kg. “Kita senang harga bahan baku telah turun. Tapi, kita belum bisa mengembalikan bentuk tempe sebelum harga kedelai naik. Karena ini masih belum stabil,” tutur perajin tempe di Tanjung Sari, Budisudarno, Senin (26/11).

Dijelaskannya, pedagang masih mempertahankan ukuran tempe yang dibuat dan diperdagangkan dengan lebih kecil mengingat harga jual tidak bisa dinaikkan dari harga yang sekitar Rp1.600-Rp1.800 per potong. “Kalau ukuran kita kembalikan, maka kita berjudi. Karena kita tidak tahu, apakah kedelai akan naik lagi atau bagaimana. Kita lihat perkembangan saja,” tambah Budi.

Untuk harga normal kedelai ini berkisar Rp5.500-Rp6.000 per kg. “Kalau harganya sudah seperti itu, kita pasti akan mengembalikan ukuran tempenya,” lanjutnya.

Diakui Budi, dengan tren harga menurun ini, membuat perajin tidak susah mengkalkulasikan biaya produksi yang berkaitan dengan harga jual. “Dan jelas, kita senang dengan keadaan ini,” ungkapnya.

Walaupun begitu, perajin masih tetap membatasi untuk membeli kedelai ini. “Karena belum kembali normal, pedagang tempe juga masih tetap melakukan kebijakan pengurangan pembelian kedelai yakni hanya untuk stok 3-4 hari dari sebelumnya yang rata-rata untuk 10 hari,”kata Budi lagi.

Penurunan harga kacang kedelai impor ini, menurut Budi karena harga impor juga melemah di tengah permintaan di dalam negeri yang juga melemah. Pengandalan perajin ini akan produk impor, selain karena pasokan dalam negeri terutama dari Sumut dan Jawa semakin turun, juga kualitas kedelai dalam negeri yang tidak memadai. Seperti kacang kedelai kuning dan jenis warna hitam asal China juga beredar banyak di Sumut.

Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Suharno,  me-ngakui, produksi kedelai pada angka ramalan (Aram) II hanya 5.923 ton. Produksi kedelai Sumut tahun ini diperkirakan turun jauh di bawah angka tetap (Atap) 2011 yang sudah 11.426 ton. “Jumlah produksi kedelai di Aram II 2012 sebesar 5.923 ton itu juga jauh di bawah realisasi atau Atap 2010 yang sudah 9.439 ton,” ungkap Suharno.

Berdasarkan data, produksi kedelai yang turun di Aram II 2012 itu akibat luas areal yang juga jauh di bawah Atap 2011. Luas areal panen kedelai Sumut di Aram II hanya 5.814 hektare dari Atap 2011 yang sudah seluas 11.413 hektare. (ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/