MEDAN- Para pengrajin tahu dan tempe di Medan kembali merasa kesulitan dengan kenaikan harga kedelai. Pasca lebaran, harga kedelai naik sebesar Rp400 per kilogram atau saat ini menjadi Rp7.800, padahal sebelumnya harga kedelai hanya Rp7.400 perkilo.
Budisudarno, salah seorang pedagang tempe, kenaikan ini dikarenakan sedikitnya stok sehingga membuat mereka menjadi sulit untuk menjualnya. “Benar-benar susah, bukannya harga kedelai turun, tetapi malah naik lagi sebesar Rp400 perkilogram dan kini menjadi Rp7.800,” kata nya.
Budiarno mengatakan, kenaikan harga tersebut sangat cepat dan tajam. Padahal Sabtu (25/8) harga masih bertahan di posisi Rp7.400/kg setelah naik tajam pada akhir Juli hingga mencapai Rp7.850/kg. “Kalau begini, bingung lah, bagaimana mau berbisnis kalau harga fluktuatif dengan cepat dan besar,” lanjutnya.
Dengan naik turunnya harga kedelai, perajin sulit mengkalkulasikan biaya produksi di tengah masih berupaya mempertahankan harga jual tempe, seperti semula yakni di kisaran Rp1.600-Rp1.800 per potong. Dengan naiknya lagi harga kedelai, maka sebagian besar pedagang kembali menahan pembelian untuk produksi.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut Bidar Alamsyah, menyebutkan, segera mencaritahu penyebab naiknya lagi harga kedelai itu. “Disperindag segera kembali memanggil distributor dan termasuk perajin untuk membicarakan masalah kedelai itu,” katanya didampingi Kabid Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan (IKAHH) Disperindag Sumut Idayani Pane. (ram)