30 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Melihat Usaha Maidanii Pancake Durian

MEDAN-Meniru atau mencontoh bukalah tindakan tercela, apalagi yang ditiru itu kiat sukses usaha orang lain.Kita bisa lebih banyak belajar dengan yang sudah ada, tentu buka menjadi saingan para pendahulu. Justru usaha yang baru kita buka dapat menjadi pathner usaha yang terlebih dahulu muncul, tetapi harus didukung keseriusan, semangat pantang menyerah dan fokus.

MENIRU: Marzuki Ali, pemilik Maidanii pancake durian memperlihatkan varian pancake yang jualnya. Ali membuka usahanya  tersebut bermula dari meniru.
MENIRU: Marzuki Ali, pemilik Maidanii pancake durian memperlihatkan varian pancake yang jualnya. Ali membuka usahanya tersebut bermula dari meniru.

Setidaknya itulah yang dilakukan oleh Marzuki Halim (26), ayah dari 2 orang putra ini telah membuktikan kesuksesannya. Dimulai dengan keberanian mengikuti pengusaha yang telah sukses di bidang kuliner, olahan durian. Kepada Sumut Pos, Marzuki tanpa segan menceritakan pengalamannya memulai usaha menjual daging durian dan membuat pancake durian.

Suami dari Mayasari ini awalnya seorang marketing perumahan di Medan. Selama 2 tahun menjadi marketing di perumahan, ia mengaku sering mencoba membuka usaha dan hasilnya selalu tak memuaskan. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berbisnis kuliner, olahan durian dan ternyata usaha ini pun mulai berhasil, bahkan ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai marketing.

“Jadi ceritanya ini, kebetulan saya marketing perumahan kan, terus saya terinspirasi sama pembeli pertama rumah dengan saya. Saat membeli rumahkan alamatnya, penghasilannya harus jelas. Nah, disitu saya lihat penghasilannya besar sekali dari hanya berjualan durian. Makanya saya kemudian memutuskan untuk mencobanya,” katanya.

Tambahnya, dengan modal uang simpanan Rp12 juta, ia mencoba menjual daging durian dan selalu mengupdatenya di dunia maya. “Dulu pas pertama kali buka usaha ini, saya kerjaannya di warnet saja cuma untuk promosikan pancake dan olahan daging durian itu,” katanya.

Setelah 6 bulan berjalan, pembeli meningkat. Bahkan dari luar kota seperti Kalimantan, Surabaya, Bandung, Jakarta, Kalimantan, Balik Papan, Pontianak, Sulawesi, Jaya Pura, Timika bahkan sampai ke Sorong. Marzuki kemudian mendapatkan orderan-orderan lainnya, bahkan dalam sehari ia bisa mengeluarkan sebanyak 500 kotak pancake durian. Pancake memang memiliki pasar sendiri di kalangan pecinta durian.

“Sekarang sudah mulai berkurang karena mungkin di daerah pun sudah pintar mengolah pancake durian. Saat ini dalam sehari saya hanya bisa kirim 150 box yang isinya 25 kotak pancake, masing-masing kotak berisi sebanyak 10 pcs dan 21 pcs untuk pancake durian mini. Tapi harganya tetap sama Rp70 ribu per kotak. Omset dari sini sehari sekitar Rp20-Rp30 juta,” katanya.

Tak puas, ia pun membuka usaha toko sekaligus cafe, Maidanii Pancake Durian, ‘Lumer di mulut, pecah di lidah’ di Jalan Perjuangan No 130 A, Pancing. Pancake yang dijual di cafe and shop ini pun memiliki berbagai varian rasa. Tak hanya itu ada juga olahan durian lainnya seperti, pie durian, sop durian, durian saus vanillla yang hanya dijual sekitar Rp10 ribu-Rp15 ribu per porsi.

“Rasa pancake duriannya bervariasi. Seperti original, pandan, coklat, strawberry, mix oripandan dan ada juga mix 4 varian. Ketahanan dari olahan daging duriana ini, bisa bertahan selama satu bulan dalam freezer, satu minggu dalam kulkas, dan 36 jam dalam streaform atau enam jam dalam ruang terbuka,” ujarnya sembari mengatakan ia dibantu oleh 14 karyawan.

Dari usaha ini, Marzuki mampu meraup omzet puluhan juta perharinya. Sementara dari kafe yang baru dibuka dua bulan terakhir ini, masih ratusan ribu. “Usaha ni masih di subsidi dari pemasaran secara online,” ujarnya.

Marzuki telah membuktikan kesuksesannya, memulai dengan berani dan kemudian fokus dan pantang menyerah. (put/btr)

MEDAN-Meniru atau mencontoh bukalah tindakan tercela, apalagi yang ditiru itu kiat sukses usaha orang lain.Kita bisa lebih banyak belajar dengan yang sudah ada, tentu buka menjadi saingan para pendahulu. Justru usaha yang baru kita buka dapat menjadi pathner usaha yang terlebih dahulu muncul, tetapi harus didukung keseriusan, semangat pantang menyerah dan fokus.

MENIRU: Marzuki Ali, pemilik Maidanii pancake durian memperlihatkan varian pancake yang jualnya. Ali membuka usahanya  tersebut bermula dari meniru.
MENIRU: Marzuki Ali, pemilik Maidanii pancake durian memperlihatkan varian pancake yang jualnya. Ali membuka usahanya tersebut bermula dari meniru.

Setidaknya itulah yang dilakukan oleh Marzuki Halim (26), ayah dari 2 orang putra ini telah membuktikan kesuksesannya. Dimulai dengan keberanian mengikuti pengusaha yang telah sukses di bidang kuliner, olahan durian. Kepada Sumut Pos, Marzuki tanpa segan menceritakan pengalamannya memulai usaha menjual daging durian dan membuat pancake durian.

Suami dari Mayasari ini awalnya seorang marketing perumahan di Medan. Selama 2 tahun menjadi marketing di perumahan, ia mengaku sering mencoba membuka usaha dan hasilnya selalu tak memuaskan. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berbisnis kuliner, olahan durian dan ternyata usaha ini pun mulai berhasil, bahkan ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai marketing.

“Jadi ceritanya ini, kebetulan saya marketing perumahan kan, terus saya terinspirasi sama pembeli pertama rumah dengan saya. Saat membeli rumahkan alamatnya, penghasilannya harus jelas. Nah, disitu saya lihat penghasilannya besar sekali dari hanya berjualan durian. Makanya saya kemudian memutuskan untuk mencobanya,” katanya.

Tambahnya, dengan modal uang simpanan Rp12 juta, ia mencoba menjual daging durian dan selalu mengupdatenya di dunia maya. “Dulu pas pertama kali buka usaha ini, saya kerjaannya di warnet saja cuma untuk promosikan pancake dan olahan daging durian itu,” katanya.

Setelah 6 bulan berjalan, pembeli meningkat. Bahkan dari luar kota seperti Kalimantan, Surabaya, Bandung, Jakarta, Kalimantan, Balik Papan, Pontianak, Sulawesi, Jaya Pura, Timika bahkan sampai ke Sorong. Marzuki kemudian mendapatkan orderan-orderan lainnya, bahkan dalam sehari ia bisa mengeluarkan sebanyak 500 kotak pancake durian. Pancake memang memiliki pasar sendiri di kalangan pecinta durian.

“Sekarang sudah mulai berkurang karena mungkin di daerah pun sudah pintar mengolah pancake durian. Saat ini dalam sehari saya hanya bisa kirim 150 box yang isinya 25 kotak pancake, masing-masing kotak berisi sebanyak 10 pcs dan 21 pcs untuk pancake durian mini. Tapi harganya tetap sama Rp70 ribu per kotak. Omset dari sini sehari sekitar Rp20-Rp30 juta,” katanya.

Tak puas, ia pun membuka usaha toko sekaligus cafe, Maidanii Pancake Durian, ‘Lumer di mulut, pecah di lidah’ di Jalan Perjuangan No 130 A, Pancing. Pancake yang dijual di cafe and shop ini pun memiliki berbagai varian rasa. Tak hanya itu ada juga olahan durian lainnya seperti, pie durian, sop durian, durian saus vanillla yang hanya dijual sekitar Rp10 ribu-Rp15 ribu per porsi.

“Rasa pancake duriannya bervariasi. Seperti original, pandan, coklat, strawberry, mix oripandan dan ada juga mix 4 varian. Ketahanan dari olahan daging duriana ini, bisa bertahan selama satu bulan dalam freezer, satu minggu dalam kulkas, dan 36 jam dalam streaform atau enam jam dalam ruang terbuka,” ujarnya sembari mengatakan ia dibantu oleh 14 karyawan.

Dari usaha ini, Marzuki mampu meraup omzet puluhan juta perharinya. Sementara dari kafe yang baru dibuka dua bulan terakhir ini, masih ratusan ribu. “Usaha ni masih di subsidi dari pemasaran secara online,” ujarnya.

Marzuki telah membuktikan kesuksesannya, memulai dengan berani dan kemudian fokus dan pantang menyerah. (put/btr)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/