Dra Asli Sembiring
Menjabat sebagai kepala sekolah bukanlah hal yang mudah dilakukan bagi seorang wanita. Selain harus memikul tanggung jawab besar, penentuan sebuah kebijakan demi meningkatkan kualitas pendidikan adalah sebuah prioritas yang dikedepankan.
Inilah menjadi dasar bagi Dra Asli Sembiring, Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN-1) Medan untuk mengedepankan nilai kedisiplinan dalam diri dan lingkungan kerjanya untuk menciptakan sebuah hasil dan prestasi kerja.
Dibalik rasa tanggung jawab yang tinggi, wanita kelahiran Tanah Karo 49 tahun silam ini juga menganggap jabatan adalah sebuah amanah yang harus dijalankan dengan sebaik-sebaiknya.
BAHKAN dengan tanggung jawab dan kedisiplinan yang diterapkannya, membawanya memegang amah sebagai kepala sekolah swasta meskipun baru satu tahun berdedikasi sebagai seorang guru. Tak tanggung-tanggung, saat itu usianya baru 24 tahun sudah menjabat sebagai sekolah.
Meski waktu itu usianya muda, tak lantas membuat Asli berfikir untuk menolak amanah yang dipercayakan kepadanya.
Baginya, bekerja dengan hati dan berbuat untuk banyak orang adalah sebuah tujuan mulia yang terus dipegangnya.
“Dua puluh empat tahun yang lalu, awalnya saya adalah seorang guru swasta di SMK Medan Area. Baru satu tahun menjadi guru, pemilik Yayasan Bapak H Agussani memanggil saya untuk memegang jabatan sentral sebagai kepala sekolah. Saya juga tidak menyangka akan diberikan kepercayaan tersebut karena saat itu saya juga masih sangat muda. Namun berkat dorongan kedua orang tua dan dan keluarga yang lainnya, saya akhirnya memberanikan diri menerima tawaran menjadi kepala sekolah,” ujar Asli mengenang.
Di usianya yang masih muda, tentu saja membuat Asli belum cakap dan berpengalaman dalam memimpin.
Iapun sempat grogi dan gugup saat memimpin menjadi kepala sekolah waktu itu. “Itu wajarlah, karena saya masih muda, dan belum berpengala-man waktu itu,” tambahnya.
Tapi dengan keyakinannya, Asli mampu mengatasinya, sehingga ia bekerja secara sungguh-sungguh agar tidak terbentur kesalahan yang bisa berdampak terhadap kualitas lembaga pendidikan yang tengah ditangani.
Bahkan dengan pola kepemimpinan secara demokrasi, terbuka, dan jujur yang diterapkan, Asli mampu bertahan selama 23 tahun sebagai seorang kepala sekolah di lembaga pendidikan swasata dan hampir dua tahun menjabat kepala sekolah di lembaga pendidikan milik pemerintah.
“Itu semua bisa berjalan berkat dorongan semangat dari keluarga, orangorang dekat dan kedua orangtua tercinta,” ujar Asli .
Namun dibalik itu semua, Asli mengakui kalau wanita sangat identik dengan mempertimbangkan perasaan saat mengambil sebuah kebijakan.
Meskipun terkadang bertolak belakang antara logika dan perasaan, namun semuanya mampu disikapinya secara sistematis.
Dalam pemimpin, Asli mengaku selalu memberikan reward bagi para staf pendidik atau guru yang mampu berprestasi dan sebaliknya memberikan sebuah punishment atau peringatan bagi guru yang melanggar peraturan yang ditentukan oleh pihak yayasan.
“Kalau kita berikan rewad atau penghargaan meskipun nilainya tidak begitu besar, tapi kalau rutin dilakukan setiap tahun, terutama saat Hari Guru dan beberapa kesempatan lainnya, sedikit banyaknya akan mampu merangsang guru untuk terus berkarya,” kata dia.
Kedisplinan inilah yang juga diterapkan dalam membimbing kedua anaknya.
Meskipun terkadang perasaan dan kasih sayang terhadap anak sangat besar, tak jarang Asli bersikap cukup keras dalam mengajarkan anak dalam menjaga prinsip demi memberikan sebuah hasil yang terbaik untuk masa depan kedua anaknya.
Disela-sela rutinitas yang cukup padat, wanita yang memiliki hobi menulis artikel ini mengaku tetap menyediakan waktu bagi kedua anaknya. Asli juga selalu menyempatkan untuk memasak demi keluarganya sebelum melakukan aktivitas kerja.
“Walaupaun waktu saya bersama keluarga tidak cukup banyak, namun kalau untuk masakan di rumah saya selalu menyempatkan masak terlebih dahulu, karena anak saya lebih mau masakan ibunya daripada masakan di luar. Saya juga selalu menyempatkan waktu libur untuk jalan bersama suami dan anak demi menjaga keharmonisan keluarga,”ucapnya diakhir pertemuan.
(kesuma ramadhan)