26 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Perempuan oleh Karyawan Lain yang Cantik

KARYAWAN baru pasti akan menjadi sorotan, apalagi bila tergolong cantik atau selalu berdandan menarik. Mereka yang gemar mengumbar pujian atau perhatian adalah karyawan pria, dan hal ini ternyata kurang disukai oleh karyawan wanita.

Pasalnya, sesuai hasil penelitian, hampir semua perempuan memang merasa terancam oleh kehadiran karyawan yang lebih cantik. Reaksi yang ditunjukkan beragam, dari sekadar mengangkat alis hingga memberikan julukan-julukan.

Psikolog Tracy Vaillancourt dari University of Ottawa, Kanada, menggelar sebuah penelitian yang bertujuan untuk mencari tahu seberapa sebalnya seorang perempuan ketika bertemu karyawan lain yang cantik. Pengujiannya tergolong unik.

Sebanyak 86 perempuan berusia 17-28 tahun dikumpulkan dalam sebuah ruangan. Separuh berteman, separuh lainnya tak kenal satu sama lain.

Mereka tahu sedang diobservasi, tetapi tidak mengetahui topik apa yang akan diobservasi.

Mereka juga tidak tahu sedang direkam.

Saat mereka menunggu, seorang mahasiswi pirang masuk memakai rok mini, atasan yang menampakkan belahan dada, dan boots setinggi lutut. Kemudian, perempuan yang sama kembali memasuki ruangan tersebut, tetapi dengan penampilan yang tak dikenali. Rambutnya diikat, rok mini digantikan celana panjang khaki, sepatu datar, dan t-shirt berleher tinggi. Reaksi yang ditunjukkan sekelompok perempuan tadi ternyata mengejutkan.

Ketika berdandan seksi, perempuan ini disambut dengan gelengan kepala, ejekan, dan pelototan mata.

Bukan hanya kelompok yang saling berteman yang melakukannya, melainkan juga kelompok yang tak saling kenal. Setelah perempuan itu keluar dari ruangan, tawa segera menyembur di seluruh ruangan, diikuti komentar-komentar.

Ada yang mengatakan bahwa perempuan itu pasti punya niat “tidur” dengan profesor di kampus. Lucunya, ketika ia masuk lagi dengan dandanan konservatif, tak ada reaksi yang muncul. “Ini bukan sesuatu yang sering terjadi. Sebanyak 97 persen dari para perempuan itu (bereaksi) tidak pantas,” ujar Vaillancourt, menggambarkan respons yang culas tadi.

Kebanyakan perempuan itu tergolong pasifagresif.

Mereka membuat ketidaksukaan mereka diketahui tanpa perlu menyatakannya. “Kita ini tidak mampu melakukan konfrontasi secara langsung,” tutur Vaillancourt, yang memuat hasil surveinya di jurnal Aggresive Behavior. “Namun dengan menertawakan ketika gadis itu keluar dari ruangan, mereka mengirimkan feedback bahwa mereka tidak menerimanya.” (ila/net) Terancam

KARYAWAN baru pasti akan menjadi sorotan, apalagi bila tergolong cantik atau selalu berdandan menarik. Mereka yang gemar mengumbar pujian atau perhatian adalah karyawan pria, dan hal ini ternyata kurang disukai oleh karyawan wanita.

Pasalnya, sesuai hasil penelitian, hampir semua perempuan memang merasa terancam oleh kehadiran karyawan yang lebih cantik. Reaksi yang ditunjukkan beragam, dari sekadar mengangkat alis hingga memberikan julukan-julukan.

Psikolog Tracy Vaillancourt dari University of Ottawa, Kanada, menggelar sebuah penelitian yang bertujuan untuk mencari tahu seberapa sebalnya seorang perempuan ketika bertemu karyawan lain yang cantik. Pengujiannya tergolong unik.

Sebanyak 86 perempuan berusia 17-28 tahun dikumpulkan dalam sebuah ruangan. Separuh berteman, separuh lainnya tak kenal satu sama lain.

Mereka tahu sedang diobservasi, tetapi tidak mengetahui topik apa yang akan diobservasi.

Mereka juga tidak tahu sedang direkam.

Saat mereka menunggu, seorang mahasiswi pirang masuk memakai rok mini, atasan yang menampakkan belahan dada, dan boots setinggi lutut. Kemudian, perempuan yang sama kembali memasuki ruangan tersebut, tetapi dengan penampilan yang tak dikenali. Rambutnya diikat, rok mini digantikan celana panjang khaki, sepatu datar, dan t-shirt berleher tinggi. Reaksi yang ditunjukkan sekelompok perempuan tadi ternyata mengejutkan.

Ketika berdandan seksi, perempuan ini disambut dengan gelengan kepala, ejekan, dan pelototan mata.

Bukan hanya kelompok yang saling berteman yang melakukannya, melainkan juga kelompok yang tak saling kenal. Setelah perempuan itu keluar dari ruangan, tawa segera menyembur di seluruh ruangan, diikuti komentar-komentar.

Ada yang mengatakan bahwa perempuan itu pasti punya niat “tidur” dengan profesor di kampus. Lucunya, ketika ia masuk lagi dengan dandanan konservatif, tak ada reaksi yang muncul. “Ini bukan sesuatu yang sering terjadi. Sebanyak 97 persen dari para perempuan itu (bereaksi) tidak pantas,” ujar Vaillancourt, menggambarkan respons yang culas tadi.

Kebanyakan perempuan itu tergolong pasifagresif.

Mereka membuat ketidaksukaan mereka diketahui tanpa perlu menyatakannya. “Kita ini tidak mampu melakukan konfrontasi secara langsung,” tutur Vaillancourt, yang memuat hasil surveinya di jurnal Aggresive Behavior. “Namun dengan menertawakan ketika gadis itu keluar dari ruangan, mereka mengirimkan feedback bahwa mereka tidak menerimanya.” (ila/net) Terancam

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/