Atria Dea Prawesti
PEKERJAAN sebagai Public Relation Marketing Communication tak hanya membutuhkan kesabaran saja, tapi juga mampu menghadapi berbagai tantangan, khususnya dalam menghadapai para klien perusahaan. Begitulah pandangan Atria Dea Prawesti, Public Relation-Marketing Communication PT LG Indonesia.
Pekerjaannya sebagai Public Relation-Marketing Communication atau yang lazim disebut Humas (Hubungan Masyarakat), mewajibkannya dirinya harus tampil prima, selalu ramah dan tersenyum menghadapi calon konsumen perusahaannya.
Namun, sikap ramah dengan mengumbar senyum itu tak jarang membuat dirinya sering ditanggapi ‘berbeda’ oleh calon konsumen atau para kliennya. Salah satunya, dirinya sering digoda dan diisengi kliennya.
“Sifat ramah merupakan hal paling penting yang harus dimiliki Humas. Tapi ini pula yang sering disalah artikan sehingga banyak klien yang mencoba berbuat iseng kepada saya. Yah, saya cueki sikap iseng klien saya tapi sebisa mungkin saya berikan jawaban yang pas dan tidak menyinggung perasaannya,” ujar wanita yang akrab disapa Dea ini.
Ini dilakukannya semata-mata demi melakukan tugasnya secara profesional. Makanya, untuk menghindari pemikiran negatif dan mencegah klien yang iseng, dirinya selalu menanamkan sifat menghormati pada dirinya. “Kalau saya menghormati diri saya, maka klien pun akan menghormati dirinya dan pekerjaannya. Seperti ilmu ilmu alam, bila kita hormati orang lain, maka kita juga akan dihormati orang lain,” tambah wanita kelahiran Jakarta, 17 Oktober 1987 silam.
Selain kepada klien, sifat ramah juga harus dilakukan pada kompetitor demi pencitraan perusahaannya. Pencitraan lain yang harus ia miliki untuk perusahaannya adalah wawasan yang luas serta selalu menjaga penampilan secara profesional.
Sebab, menurut Dea, wawasan luas tak cukup bagi Public Relation (PR) jika tidak ditunjang dengan penampilan. “Masyarakat kita cendrung menilai seseorang dari penampilan luar dulu. Makanya penampilan merupakan faktor penunjang bagi PR,” bilangnya.
Bicara soal kecantikan, Dea menilai bagi kalangan wanita kecantikan fisik bukan yang menjadi nomor satu, tapi ada yang mengganggap kecantikan fisik hanya sebuah pemandangan semata. “Kecantikan bila dipandang dari luar hanya akan bertahan sementara, karena kita akan menua. Karena itu, harus ada bekal khusus bagi kita sebagai wanita,” ujar gadis yang biasa disapa Dea ini.
Tapi sebagai tuntutan dari pekerjaannya, Dea selalu menjaga penampilannya disela kesibukkannya sebagai Humas. Misalnya, melakukan perawatan wajah, tubuh dan lainnya. “Kalau perawatan tubuh atau kulit seperti pada umunya, luluran di salon, pijat dan lainnya. Saya kurang suka facial, karena sakit. Jadi untuk perawatan wajah saya lebih cenderung pemakaian krim dari dokter.
Menurutnya, wanita tak hanya menjaga penampilan saja, tapi juga harus punya modal ilmu serta wawasan sehingga akan menjadi wanita yang cantik dan elegan. Tapi Dea merasa bangga sebagai wanita yang diberi banyak kelebihan oleh Tuhan.
“Sejak lahir, seorang wanita itu pintar, dia bisa mengurus apa saja yang ada di depan matanya. Bahkan uang seadanya bisa dijadikan apa saja. Lihat saja ibu rumah tangga itu,” ujar Dea.
Karena itu, dirinya selalu memandang seseorang itu dari cara berpikir dan wawasannya dan caranya berbicara, juga bagaimana dirinya dapat memandang orang lain. “Ilmu bisa memperlakukan orang lain dengan baik, karena itu saya tidak mau menilai seseorang dari penampilan saja, tetapi harus dari isi kepalanya,” pungkas Dea. (juli Rambe)